Referensimaluku.Id.Ambon-Bupati Maluku Tengah Tuasikal Abua dinilai gagal menyelesaikan kerusuhan antara warga Tamilouw dan penduduk Sepa yang mengakibatkan satu orang tewas, sembilan orang lainnya luka-luka, dua rumah dan belasan unit sepeda motor dirusak massa. Hingga kini belum ada jalan damai yang dimediasi Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah di bawah kepemimpinan Tuasikal Abua. Walau telah ada langkah-langkah mediasi yang dilakukan tokoh-tokoh dan pemerintah setempat, termasuk dengan menurunkan 120 personil aparat kepolisian untuk mengamankan lokasi perbatasan antara kedua negeri, namun ketakutan masih menyelimuti penduduk negeri-negeri lain yang melakukan perjalanan ke Masohi harus melewati kedua negeri tersebut.
“Konflik yang terjadi membuat akses jalan bermasalah, dan kami di Kecamatan Tehoru dan Teluti yang mau melakukan aktivitas ke Masohi susah, akhirnya bensin susah dan kebutuhan lainnya susah,” keluh salah satu warga yang tak mau namanya dikorankan kepada referensimaluku.id referensi.id via telepon, Rabu (10/11/2021).
Akibat sulitnya akses dari kecamatan menuju Masohi, ibu kota kabupaten Maluku Tengah, Maluku, menyebabkan pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) berkurang dan langka, sehingga berakibat buruk kepada kenaikan sembilan bahan kebutuhan pokok (sembako). “Katong seng bisa menyeberang dari Masohi ke Teluti dan Tehoru karena konflik Tamilouw dengan Sepa itu alasannya. Bensin itu 1 liter Rp. 12 ribu, kalau lampu padam model begini, maka 5 liter Rp. 60 ribu seng cukup satu hari. Jadi satu hari bisa Rp.120 ribu, kalau satu minggu katong hebrek,” lanjut warga tersebut.
Konflik kedua negeri sudah sangat berlarut dan Pemkab Maluku Tengah di bawah kepemimpinan Tuasikal Abua dinilai gagal untuk melakukan proses mediasi. Tuasikal dinilai hanya sibuk memelihara tradisi rangkap jabatan dan melihat kroninya saja. “Bereskan rangkap jabatan bertahun-tahun sampe hari ini saja tidak becus kok, bagaimana dia mau diharapkan peduli dan bereskan konflik komunal. Jangan-jangan malah konflik di masyarakat sengaja dipelihara,” tegas salah satu warga Maluku Tengah Fahri As.
Selain Bupati Maluku Tengah masyarakat juga meminta Kapolda Maluku untuk mencopot dan mengevaluasi Kepala Kepolisian Resort Maluku Tengah AKBP Rosita Umasugi, S.IK karena dinilai gagal mendeteksi benih-benih konflik yang ada, terlebih dalam melakukan proses pengamanan. ”Kami Aliansi Mahasiswa Tamilouw menuntut pencopotan secara tidak terhormat Kapolres Maluku Tengah karena beliau tidak mampu dan lalai dalam menyelesaikan konflik antar Desa Tamilouw dan Desa Sepa,” desak perwakilan Mahasiswa Tamilouw Rahman Kolalina.
Menyikapi konflik tersebut juga, m Bupati Maluku Tengah Tuasikal Abua dan Kapolres Malteng Rosita Umasugi sudah melakukan pertemuan dan mediasi dengan beberapa tokoh-tokoh Sepa dan Tamoliuw untuk mencari jalan keluar terhadap permasalahan yang ada di Pendopo Bupati Maluku Tengah, Masohi, Selasa (09/11/2021), namun belum ada kesepakatan mendasar yang didapat atau mengalami jalan buntu. “Kami minta pak Bupati Maluku Tengah dan jajarannya diminta untuk serius demi menyikapi hal ini, sehingga tidak berlarut dan berdampak buruk terhadap situasi ekonomi dan keamanan yang ada. Pertamina dan PLN juga diminta bersikap responsif dan bergerak cepat mengatasi kelangkaan BBM dan listrik yang sering padam, sebab sangat mempengaruhi aktivitas warga Tehoru dan Teluti,” tutup Kolalina. (RM-07)
Discussion about this post