REFMAL.ID, Ambon – Sepak terjang sekawanan kecil oknum-oknum tertentu yang menggunakan lebel jurnalis untuk kepuasan syahwat dan materi bukan lagi rahasia umum di kalangan dunia pers di Ambon, Maluku. Praktik “jual diri” ilegal oknum-oknum “wartawati dodol” bagi oknum-oknum pejabat maupun politisi di Ambon telah lama tersaji, dan sempat meresahkan sebagian kalangan termasuk insan pers di Kota Ambon.
Dari Hotel Manise, SwissBel Hotel, Hotel Mutiara dan McDonald, para perusak profesi jurnalis ini merayu sejumlah pejabat maupun politisi. Tawaran awal bagi mangsa adalah datang membayar bill restorant maupun pesanan kemudian cipika-cipika lalu berlanjut japri di WhatsApp sebelum baku hela nafas di kamar hotel mewah.
“Ikut saya ke kamar nomor (sekian),” begitu tulis pesan salah satu oknum pejabat di Maluku ke para jurnalis abal-abal ini. Di antara pejabat yang ikut “bersimbiosis mutualisme” dengan wartawati-wartawati gadungan ini adalah mantan kepala dinas (kadis) di lingkup Pemerintah Provinsi Maluku.
Mantan kadis ini tahu sepak terjang “ani mun-ani mun” ini. Celakanya, ada yang rela menjadi “gundik” dari mantan kadis demi mendapatkan uang dan handphone (hp) mahal. “Ada yang “taputar” (selingkuh) dengan kadis dan mantan kadis lalu dikasih Hp belasan juta rupiah,” ungkap salah satu wartawati senior di Maluku kepada referensimaluku.id, pekan lalu.
“Biasanya kalau mantan kadis turun tugas ke kabupaten, ada anak buah mami tun yang ikut dari belakang,” ucap sumber itu lagi. Akibat hubungan asmara terlarang ini, ada isteri oknum pejabat yang stres mendengar nama-nama anak peliharaan “Mami Tun” ini. “Dong (mereka) su (sudah) seng (tidak) tahu malu lai “baku bakalai” (cekcok) dengan isteri sah pejabat dan ajudan pejabat,” tutup sumber. (Tim RM)
Discussion about this post