Oleh : Dr. M.J. Latuconsina, S.IP, MA
Pemrehati Sosial, Ekonomi&Politik
REFERENSIMALUKU.ID , – “Sejarah berulang dengan sendirinya”. (George Eliot, Sastrawan Inggris). Foto ini merupakan Makassar Port di Jalan Nusantara Kota Makassar, Sulawesi Selatan di waktu malam, yang saya abadikan dari Gravity Sky Lounge, yang berada di lantai 20 Swiss Belhotel di Jalan Ujung Pandang, Kota Anging Mamiri itu pada 16 Januari 2022 lalu. Jika cuaca cerah pada pagi, siang dan sore para pengunjung Gravity Sky Lounge bisa menikmati pemandangan laut biru di Kota Makassar disertai pulau-pulau kecil disekitarnya, dan aktivitas kapal motor rakyat, umum maupun niaga yang lalu lalang disekitarnya.
Jika beruntung dalam cuaca yang cerah, kita bisa menyaksikan indahnya sunset, yang turun keperaduannya dibalik laut dan pulau-pulau kecil disekitarnya. Dahulu kala saat masih kuliah sunset di Kota Makassar sering menjadi buruan saya, untuk mengabadikannya dengan kamera analog Nikon FM10 di Pantai Losari. Bahkan pernah saya mengabadikan sunrise dari Pulau Barang Lompo, yang tak jauh dari Makassar Port saat mengikuti diklat fotografi, yang digelar Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Forografi, Universitas Hasanuddin (Unhas) di tahun 2001 lalu.
Sunrise yang nampak bangun dari peraduannya semalam, yang terlihat indah dari balik puncak Gunung Bawakaraeng, Kabupaten Goa nun jauh disana. Kemunculannya seperti nyala kawat pijar didalam lampu pijar, yang menit per menit semakin utuh dan membesar bulat terang dari balik gunung yang dijuluki “Gunung Mulut Tuhan” itu. Hal ini menunjukkan Kota Makassar memiliki pemandangan alam yang indah, yang tak kalah menarik dengan kabupaten/kota lainnya di Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Kalau pandangan kita kedarat melihat pemandangan Kota Makassar, yang sibuk nampak seakan tak tidur dari pagi, siang, sore hingga malam. Deretan gedung bertingkat, pemukiman warga, jalan raya, ramainya kendaraan bermotor, dan berbagai fasilitas publik sebagian kecil terlihat dari Gravity Sky Lounge di lantai 20 Swiss Belhotel. Tak kalah menarik adalah Makassar Port, yang terletak disisi kanan lounge ini, dimana berada di Jalan Nusantara Kota Daeng itu.
Lebar Makassar Port 150 meter dengan kedalaman minimum 16 Meter, dimana luas daerah lingkungan kerja daratan dari pelabuhan ini mencakup 119.29 ha. Wilayah Makassar Port berada pada tiga wilayah adminsitarif Kecamatan, yakni ; Kecamatan Makassar, Wajo, dan Kecamatan Ujung Tanah.(https://kkpmakassar.com, 2022). Seperti kota Anging Mamiri, Makassar Port sedari pagi, siang, sore dan malam selalu menampakan kesibukannya. Tidak saja menjadi tempat berlabuhnya kapal-kapal yang memuat penumpan antara pulau se tanah air.
Tapi juga tempat berlabuhnya puluhan kapal-kapal niaga baik itu antar pulau se tanah air, dan manca negara yang memuat dan membongkar berbagai jenis barang di pelabuhan terbesar di KTI itu. Geliat Makassar Port dalam dunia perdagangan identik dengan sebagian besar profesi warga masyarakat yang mendiami kota ini, yang rata-rata adalah saudagar. Profesi warga masyarakatnya tersebut, tidak saja dikenal di level nasional, namun juga regional dan internasional.
Jika kita setback di masa lampau, Makassar Port sejak awal telah menjadi gerbang Indonesia bagian timur yang letaknya di bagian barat Kota Makassar tepat berada di bibir pantai jalur selat Makassar, sejak dahulu dikenal oleh para pedagang dan pelaut. Sejak abad ke-17 pada masa pemerintahan Kesultanan Gowa, Pelabuhan Makassar telah ditetapkan sebagai pusat perdagangan rempah-rempah.
Setelah dikuasai oleh VOC pada tahun 1667 melalui Perjanjian Bungaya atau lebih dikenal “Bonggai Tracttate” maka Pelabuhan Makassar semakin ramai dikunjungi para pedagang dan pelaut dari mancanegara serta antar pulau. Pada tahun 1921, pemerintah Hindia Belanda mulai membangun dermaga dengan menggunakan konstruksi beton bertulang, pondasi sistem caisson, yang kemudian dikenal dengan nama Dermaga Soekarno.
Pada tahun 1957, setelah melihat arus bongkar muat barang dan kunjungan kapal-kapal yang mengalami kenaikan dari waktu ke waktu, Pemerintah Republik Indonesia memperluas pelabuhan makassar dengan konstruksi beton bertulang, pondasi tiang pancang dan dermaga tersebut diberi nama Dermaga Hatta. (https://dephub.go.id, 2022). Terlepas dari itu, terdapat aspek menarik dan strategis dari keberadaan Makassar Port itu sendiri.
Hal ini selaras dengan pendapat Putra Pairunan Teguh (2015) bahwa, peranan pelabuhan menjadi sangat penting bagi terwujudnya tujuan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Disisi lain, bila MP3EI dapat diimplementasikan dengan baik, maka implikasinya adalah pertumbuhan lalu lintas barang melalui pelabuhan menjadi lebih tinggi. Salah satu program MP3EI adalah konsep tol laut (Marine Highway) dengan membangun konektifvitas distribusi logistik antara wilayah Indonesia barat dan wilayah Indonesia timur.
Dalam rangka mengimplementasikan MP3EI, sekaligus menjadikan Makassar sebagai poros maritime tersebut, maka Makassar Port pun mengalami pengembangan yang lebih luas, dengan hadirnya Makassar New Port (MNP). Adapun lokasi pembangunannya di kawasan sekitar galangan kapal PT Industri Kapal Indonesia (IKI), di Kecamatan Tallo, Kota Makassar. Dalam perkembangannya MNP pun diintegrasikan sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN).
Sejak Mei 2015 lalu Pemerintah memulai pembangunannya, dengan menggelontorkan angaran sebesar Rp2,52 triliun, dengan nilai investasinya sebesar Rp89,57 triliun. Proyek MNP dibagi dalam tiga tahap. Tahap I, proses pembangunannya dibagi lagi per paket, yaitu Paket A, B, C dan D. Total lahan untuk MNP ini adalah 1.428 hektare.
Pembangunan proyek nasional itu dikebut, pengerjaan untuk Paket I B juga menghabiskan anggaran total sebesar Rp1,66 triliun (2018-2020) yang berdasarkan rencana akan selesai hingga 2022. Setelah rampung, akan dilanjutkan Paket I C dengan besaran biaya Rp2,69 triliun (2020-2022) dan Paket I D dengan total investasi sebesar Rp6,14 triliun yang juga telah memulai pembangunannya sejak 2015 hingga 2022.
Sementara untuk pembangunan MNP Tahap II yang pembangunannya bakal dimulai pada 2022 hingga 2025, dengan target investasi yang bakal diserap sebesar Rp10,01 triliun. Untuk pembangunan MNP Tahap III atau tahap akhir akan di bangun tahun 2022 hingga 2025 dengan biaya investasi sebesar Rp66,56 triliun Hingga rampungnya PSN itu, MNP akan memiliki dermaga yang panjangnya sekitar 9.923 meter dengan kapasitas terpasang sebesar 17,5 juta TEUs (twenty-foot equivalent unit) per tahunnya. (https://antaranews, 2021).
Makassar Port tak sekedar menjadi objek pemandangan pengunjung dari Gravity Sky Lounge Swiss Belhotel Kota Makassar saja. Melainkan mengalami pengembangan menjadi MNP. Pada titik ini barangkali ungkapan George Eliot (1819-1880), seorang sastrawan berkebangsaan Inggris menjadi pembandingnya bahwa, “sejarah berulang dengan sendirinya”. Dahulu Pelabuhan Makassar mengalami kejayaan di abad ke-16, dimana merupakan pelabuhan terbesar di Nusantara dengan menjadi pusat niaga rempah-rempah maupun non rempah seperti beras dan kain tenun. Kini MNP adalah jawaban untuk mengembalikan kejayaan di masa lalu itu. (*)
Discussion about this post