REFMAL.ID,- AMBON – Firdaus Ahmad Fauzi, pendaki muda asal Bogor, akhirnya pulang ke pangkuan keluarga. Bukan dengan kaki yang lelah, tapi dalam heningnya duka dan haru.
Tubuhnya ditemukan setelah 21 hari hilang. Dievakuasi selama 36 jam melalui medan terjal berbatuan. Jasadnya diserahkan ke keluarga, oleh tangan-tangan yang bekerja tanpa seragam, jabatan, atau otoritas.
Saat negara menyerah, masyarakat bergerak dengan sumber daya terbatas, mengandalkan tekad dan rasa kemanusiaan. Mereka para relawan, adalah pahlawan tanpa nama yang bekerja dalam sunyi.
Tidak perlu menangis karena membawa Firdaus pulang dalam kondisi tak lagi bernyawa. Seperti kata kakak kandungnya, Imam Jajuli; “Kalian semua bukan sekadar relawan, tapi pahlawan. Kita nggak gagal, kita berhasil tanpa bantuan lembaga itu, kita berhasil. Insya Allah ini yang terbaik buat Firdaus. Biarkan nama Firdaus abadi di Binaya. Nama Daus abadi di Binaya,” ucapnya, dengan suara bergetar.
Kisah Firdaus bukan sekadar tragedi. Ini adalah potret nyata tentang kekuatan solidaritas yang melampaui batas birokrasi, dan terus bergerak atas nama kemanusiaan.
Selamat jalan, Firdaus. Di setiap derai angin yang menjamah puncak Binaya, di setiap kabut yang menyelimuti lembah Yahe tempat jasadmu ditemukan, kisahmu akan abadi bersama gunung dan lembah yang telah memelukmu dalam kesendirian.
Di sana, ada sebagian dari dirimu yang tertinggal. Jiwamu, kini menyatu dengan kabut, batu, dan rindangnya hutan tropis pulau Seram. (*)
Discussion about this post