REFMAL.ID,Ambon – Tak dapat dilegitimasi jika 100 persen lembaga survey di Indonesia bebas dari setoran para kandidat yang ingin menaikkan elektabilitas (tingkat keterpilihan) sebelum berkontentasi di pemilihan kepala daerah.
Secara sarkastik lembaga survey juga “cari makan” sehingga penilaian berdasarkan kekuatan isi perut. Siapa setor besar, elektabiitasnya naik. Siapa dekat kepala air pasti diprioritaskan dalam penilaian.
Objektifitas dalam penilaian benar-benar dihilangkan dan/atau dinafikan. Penilaian atas hasil survey lebih didasarkan pada ucapan verbal di kalangan pengurus partai dan pembisik utusan para kandidat. Bukan hasil obsevasi dan interview pemilih di lapangan.
Fakta menggelikan ini diperoleh Referensimaluku.id, Senin (1/7/2024) dari rekapan hasil survei “Voxpuli Centre Research and Consulting” , kepunyaan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Nasional Demokrat (Nasdem) yang diduga melakukan survey belakang meja terhadap sejumlah calon walikota (cawalkot) dan calon wakil walikota (cawawalkot) Ambon periodesasi 2024-2029.
Terkesan ada “permainan kotor” lembaga survey NasDem ini untuk memenangkan calon walikota Ambon Bodewin Melkias Wattimena (BMW). Lembaga survey NasDem ini layak disebut “lembaga survey abal-abal” karena memaketkan atau menandemkan Sekretaris Kota (Sekkot) Ambon Agus Ririmasse dan anggota DPRD Provinsi Maluku Jantje Wenno sebagai pasangan cawalkot dan cawawalkot Ambon 2024-2029.
Padahal, Ririmasse dan Wenno sama-sama menyatakan diri maju berkontestasi sebagai para cawalkot Ambon 2024-2029. Tahu saja jika Ririmasse telah direkomendasikan Partai Amanat Nasional (PAN) sebagai cawalkot Ambon 2024-2029. Begitu pun Wenno telah direkomendasikan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebagai calon orang nomor satu di Balai Kota Ambon menggantikan Richard Louhenapessy. Publik di Maluku pun tahu untuk pemilihan gubernur Maluku maupun pemilihan walikota dan wawali Ambon tetap bersandar pada isi Perjanjian Damai di Malino Tahun 2002 pascakonflik sosial berhaluan SARA (suku, agama, ras dan antargolongan) di sebagian wilayah Maluku. Misalnya di Kota Ambon, jika cawalkotnya berasal dari komunitas Kristen, maka cawawalkot Ambon harus dari komunitas Muslim. Dan juga sebaliknya. Ini kesepakatan yang tak dapat ditawar-tawar lagi oleh siapapun. Akan tetapi kandidat yang disurvey “Voxpol Centre Research and Consulting” secara tidak langsung telah merobek-robek isi perjanjian Damai Maluku di Malino 2002. Dalam survey itu Ririmasse dipaketkan dengan Wenno, Alexander Waas dipasangkan dengan mantan Sekkot Ambon Anthony Gustav Latuheru. Padahal, Ririmasse, Wenno, Waas dan Latuheru sama-sama dari komunitas Kristen. Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai NasDem Kota Ambon Mourits Tamaela dikonformasi media siber ini belum memberikan konfirmasi seputar hasil survey “Voxpuli Centre Research and Consulting” yang lebih memihak ke cawalkot Ambon BMW. Sementara itu Ketua Badam Hukum (Bahum) DPD Partai NasDem Kota Ambon Adam Hadiba, S.H.,M.H., yang dihubungi.media siber ini enggan memberikan keterangan resminya mengenai hal ini sekalipun terjadi percakapan via ponsel. (RM-02/RM-05/RM-03)
Discussion about this post