Referensi maluku.id, Ambon-Trend kemacetan tidak hanya menjadi langganan kota-kota besar di tanah air seperti Medan, Jakarta, Surabaya, dan Makassar saja. Namun berbagai kota sedang dan kecil di tanah air, tidak luput dari masalah macet. Salah satu kota di maksud yakni, Kota Ambon juga seringkali mengalami macet pada sejumlah ruas jalan tertentu, sehingga membuat warga kotanya tidak nyaman dengan kondisi macet tersebut.
Sejumlah ruas jalan yang pada hari-hari sibuk di awal pekan, yang rawan macet yakni : Jalan Sultan Hairun, Jalan G.S.J. Ratulangi, Jalan Slamet Riyadi, Jalan D.I. Panjaitan, Jalan Telukabessy, Jalan Rijali, Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Wolter Monginsidi. Rata-rata semua ruas jalan dimaksud berada pada wilayah administratif Kecamatan Sirimau, dan hanya satu ruas jalan saja yang berada di wilayah administratif Kecamatan Baguala.
Jauh sebelum konflik kemanusiaan yang melanda Kota Ambon di tahun 1999 lalu, kota yang bertajuk manise ini, tidak pernah mengalami macet seperti saat ini. Kemacetan yang dialami saat ini, karena jumlah kendaraan roda dua, dan roda empat sudah banyak. Hal ini tidak setara dengan lebar dan luas jalan, sehingga pada jam-jam sibuk di Kota Ambon kendaraan pun membludak, dimana berdampak pada macet yang berkepanjangan.
Ruas jalan yang tidak nyaman di Ambon itu antara lain : dari arah Jalan Slamet Riyadi didepan Lapangan Merdeka, Jalan D.I. Panjaitan di seputaran Kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Provinsi Maluku, Jalan Telukabessy di seputaran Citra Swalayan serta The City Hotel hingga ke arah Jalan Jenderal Sudirman, yang berdekatan dengan Pos Lantas Mutiara (Batumerah).
Pada siang hingga sore sejak pukul 15.00 WIT-18.00 WIT penuh sesak dengan bergeraknya kendaraan roda dua, tiga dan empat dari dalam Kota Ambon melewati ruas jalan dimaksud, lantaran warga Ambon yang pulang kantor, sekolah, berbelanja, dan berbagai kesibukan lainnya. Kadang para pengendara roda dua harus pandai menerobos ditengah himpitan kendaraan roda dua, tiga dan roda empat.
Jika para pengendara motor salah mengendarai motor, mereka bakal terpeleset masuk di dalam got, yang berada di sebelah kiri markas Komando Distrik Militer (Kodim) 1504/Ambon, hanya karena menerobos himpitan kendaraan roda dua, tiga dan roda empat yang berada di depan mereka, maupun berada disisi kanan mereka. Dan beberapa kali pengendara motor pun terjatuh di dalam got tersebut, tentu sesuatu yang memprihatinkan kita.
Belum lagi saat di depan The City Hotel para pengendara roda dua, dan empat mulai berebutan, untuk mencari sisi lowong agar bisa melaju ditengah macet hingga di depan Pos Lantas Mutiara (Batumerah). Terpaksa ada yang mengambil lajur kanan kendaraan ke arah Karang Panjang dan Jalan Rijali. Hingga tepat diportal berwarna oranye, lantas mereka pun berbelok ke arah kiri didepan Grand Palace Pub&Karaoke, yang berbatasan antara Jalan Tulukabessy dan Jalan Jenderal Sudirman.
Bagi para pengendara roda dua dan empat, melewati Jalan Slamet Riyadi, Jalan D.I. Panjaitan, Jalan Telukabessy dan Jalan Jenderal Sudirman pada hari-hari sibuk, seperti suatu perjuangan berat. Bahkan jika ada yang memiki hajatan penting di saat waktu macet, dipastikan mereka akan terlambat tiba pada hajatan penting dimaksud. Kalau warga Kota Ambon yang sukses melewatinya pun merasa lega.
Belum lagi ruas jalan lainnya seperti : Jalan Sultan Hairun di depan Kantor Walikota Ambon, G.S.J. Ratulangi diseputaran Ambon Plaza, Jalan Rijali disepanjang pabrik Roti Sarinda, Jalan Jenderal Sudirman di bawah jembatan penyeberangan Mall Maluku City Centre (Tantui), dan Jalan Wolter Monginsidi di depan Mall Ambon City Centre (Passo). Jika hari-hari sibuk melewati ruas jalan ini, sering kali mengalami macet. Sebagai warga Kota Ambon kita merasa tidak nyaman.
Visi solusi adalah Pemerintah Kota Ambon perlu membangun jalan layang, fly over dan underpass untuk meminimalsir macet, yang sering terjadi pada ruas-ruas jalan utama di ibu kota Provinsi Maluku tersebut. Suatu visi solusi, yang harus dibayar mahal dengan anggaran yang tidak sedikit, demi kenyamanan warga Kota Ambon dalam mengendari kendaraan bermotor.
Jika visi solusi itu, tidak bisa direalisasikan, maka diperkirakan 7-10 tahun nanti, Kota Ambon akan mengalami mecet krusial. Hal ini berdampak negativ pada ketidaknyamanan warganya. Tentu suatu pekerjaan rumah, yang berat bagi Pemerintah Kota Ambon dimana harus direalisasikan, karena suatu kota yang maju adalah suatu kota yang mampu meralisasikan cita-cita besarnya, melalui pembangunan inpratsruktur perhubungan demi kenyamanan warganya. (RM-06)
Discussion about this post