REFMAL.ID,Ambon – Bukan tidak mungkin suatu saat nanti Kota Ambon, Maluku, Indonesia, dinobatkan menjadi “Kota Pawai Sepakbola” di dunia. Sebutan Ambon Kota Musik (“City of Music”) Dunia dan Gong Perdamaian Dunia di Ambon bisa menjadi benang merah penghubung betapa Kota bersejarah di dunia berusia 449 tahun pada 7 September 2024 layak meraih penghargaan bergengsi tersebut. Euforia pendukung timnas Belanda, Argentina, Jerman, Italia, Prancis, Portugal, Spanyol, Inggris, Turki, Maroko, dan Arab Saudi di Piala Dunia 1986 Meksiko, 1990 Italia, 1994 Amerika Serikat, 1998 Prancis, 2002 Korea Selatan-Jepang, 2006 Jerman, 2010 Afrika Selatan, 2014 Brasil, 2018 Rusia dan 2022 Qatar menjadi karpet testimoni publik internasional dan nasional terhadap antusiasme luar biasa warga Ambon di cabang sepakbola.
Konvoi ribuan warga kota berpenduduk lebih kurang 400 ribu jiwa sehabis timnas Indonesia mengalahkan Korea Selatan 11-10 (2-2) melalui drama adu penalti di perempatfinal Piala Asia 2024 di Qatar mengundang decak kagum publik kulit bundar Tanah Air. “Kalian luar biasa. Ambon terbaik. Maluku the best,” puji netizen Indonesia menyikapi pawai besar-besar pendukung timnas Garuda di akun tiktok mereka.
Berita konvoi ribuan warga Ambon menyambut kemenangan Rafael Struick dan kolega telah viral di media sosial, baik tiktok, instagram maupun WhatsApp. “Belanda, Argentina, Jerman, Italia dan timnas negara lain menang saja katong pawai sampe pagi hari apalai timnas Indonesia,” ungkap Leticya Aurora Samloy, warga Ambon kepada referensimaluku.id di Ambon, Senin (29/4/2024).
Serasa tidak berlebihan dan asal-asalan jika warga Ambon, Maluku, mengidolakan timnas Belanda di setiap gelaran Piala Eropa maupun Piala Dunia.
Tali simpul sejarah dan hubungan emosional orang Maluku dengan timnas Belanda sudah terjalin sejak Piala Dunia 1938 di Prancis di mana saat itu Tim Hindia Belanda atau NIVU (Nederlandsch Indische Voetbal Unie) yang dilatih Johanes Christofel Jan Mastenbroek ikut diperkuat tiga pemain asal Maluku masing-masing Isaak Pattiwael, Frans Hukom dan MH Hans Taihuttu.
Sekalipun tampil sekali dan langsung dihajar Hungaria 0-6 akan tetapi NIVU merupakan tim Asia pertama yang tampil di Piala Dunia. Di Piala Dunia 1986 Meksiko, Piala Dunia 1990 Italia dan Piala Dunia 1994 Amerika Serikat ada tiga pemain berdarah Maluku yakni Simon Tahamatta, Jan Jacobus “Sonny” Silooy, Ruud Gullit dan Petrus Ferdinandus Johanis van Hooijdonk yang menjadi punggawa-punggawa timnas Belanda. Pada edisi Piala Dunia 1998 di Prancis dan Piala Dunia 2002 Korea Selatan dan Jepang masih ada pemain timnas Belanda keturunan Maluku yakni Mark Van Bommel, Roy Makay, Deni Dominggus Landzaat, dan Demmi de Zeew. Saat Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan juga masih ada pemain keturunan Maluku yakni Nigel de Jong dan Giovanni van Bronckhorst.
Menariknya, Giovanni yang memegang ban kapten de Oranje, julukan timnas Belanda, sukses mengantarkan Belanda di partai final menghadapi Spanyol. Untuk Piala Eropa 2024 di Jerman di timnas Belanda juga ada Tijani Reijnders yang punya darah Maluku. Tak mengherankan sehabis gelaran Piala Asia 2024 di Qatar warga Ambon siap-siap menyambut gelaran Piala Eropa 2024 di Jerman. Konvoi untuk Belanda dan Tijani Reijnders bakal lebih seru. Lihat saja nanti. (Rony Samloy)
Discussion about this post