Referensimaluku.Id.Ambon- Banyak kegiatan dilakukan masyarakat di sela-sela peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-76 Republik Indonesia pada 17 Agustus 2021.
Pada momen spesial memeringati HUT RI ke 76 Balai Penyuluhan dan Pelatihan Perikanan (BPPP) Ambon melakukan panen perdana parsial udang vannamei di kolam Bioflok yang dihadiri langsung Ir. H. Abdullah Tuasikal, M.Si, Anggota Komisi IV DPR RI didampingi Kepala BPPP Ambon, Abubakar, S.St.Pi, M.Si, dan Subkoordinator Tata Usaha Pirhel, S.Sos,M.Si, Amrullah Usemahu Wasekjen 3 Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia beserta para pelatih dan pegawai BPPP Ambon.
“Saya mengapresiasi terobosan BPPP Ambon yang telah melakukan budidaya udang vannamei dan dilakukan dengan sistem bioflok. Kiranya hal ini dapat menjadi percontohan bagi masyarakat Maluku untuk dikembangkan di wilayah ini,” ajak Tuasikal.
“Menuju implementasi program lumbung ikan nasional, kita tidak boleh hanya terfokus pada sektor perikanan tangkap saja namun sektor perikanan budidaya juga memiliki peluang yang sangat besar untuk dikelola apalagi potensi kawasan budidaya yang dimiliki Maluku sebesar 183.046,40 ha yang tersebar di 11 kabupaten/kota hingga saat ini tingkat pemanfaatan baru mencapai 4,12 % (7.544,30 ha)”.
Tuasikal mengatakan keberhasilan pembesaran udang vannamei sistem intensif yang bisa dikembangkan menjadi sistem supra intensif yang diinisisasi oleh BPPP Ambon dapat menjadi pemicu berkembangnya budidaya udang vannamei di Provinsi Maluku dengan mendorong teknologi tersebut dapat diaplikasikan kepada para pelaku utama (pembudidaya ikan/udang) di wilayah Maluku.
“Semoga dapat memacu kita semua untuk memanfaatkan lahan yang tersedia dalam pengembangan sektor budidaya karena dilihat dari trend perikanan dunia saat ini permintaan terhadap produk perikanan dari sektor budidaya terus meningkat dan saat ini komoditas udang masih menyimpan potensi sangat besar untuk dikembangkan sebagai salah satu komoditas andalan pada sektor perikanan budidaya di Indonesia maupun di Maluku,’ ungkap Tuasikal.
Pada kesempatan yang sama Abubakar menyampaikan Inovasi yang dikembangkan tersebut merupaka upaya BPPP sebagai lembaga penyuluhan dan pelatihan perikanan untuk da
berpartispasi aktif dalam mengimplementasikab program Lumbung Ikan Nasional (LIN) yang sementara digalakkan pemerintah.
“Kami siap berkolaborasi aktif dengan semua stakeholder guna penguatan SDM agar memiliki skill atau kemampuan yang andal serta berkualitas melalui sarana dan prasarana yang kami miliki. Salah satunya budidaya udang vaname melalui sistem bioflok” kata Abubakar.
“Kiranya ke depan ada dukungan berupa stimulus dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sehingga dapat mendukung sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mengaplikasikan teknologi pembesaran udang vannamei dengan sistem bioflok di kolam bundar,” harap alumni SUPM Negeri Bone, Sulawesi Selatan, ni.
Di bagian lain sisi Usemahu mengungkapkan sesuai data capaian realisasi produksi budidaya perikanan Maluku tahun 2019 adalah sebanyak 620.841,69 ton atau 52,43% dari target yang ditetapkan sebesar 1.184.104 ton. Produksi perikanan budidaya terdiri dari 99,62% produksi rumput laut (618.482,19 ton) dan sisanya sebesar 0,38% berasal dari produksi ikan (2.359,5 ton).
“Budidaya udang kita secara intensif sementara ini masih dilakukan pada PT. Wahana Investama Lestari Arara Seram Utara. Harus dikembangkan lagi pada wilayah lainnya apalagi saat ini KKP lagi menggalakan kawasan perikanan budidaya terintegrasi melalui shrimp dan crabs estate serta lagi menggenjot produksinya untuk menjadi produsen perikanan terbesar di dunia, khususnya udang dengan melakukan target produksi 16 juta ton per tahun dan berencana membuka tambak seluas 200 ribu hektare hingga 2024,”sebut Usemahu
Usemahu menyebutkab pengembangan sektor budidaya perikanan sangat berpeluang besar guna meningkatkan pendapatan masyarakat, daerah dan devisa negara rangka implementasi program LIN. “Orientasi kerja saat ini yang masih pada perikanan tangkap harus mulai diubah secara perlahan. Iika ikan di perairan masih sebatas estimasi jumlah stoknya dan dapat diketahui setelah ditangkap, tetapi untuk sektor budidaya kita sendiri bisa mengatur kapasitas produksinya dengan jumlah padat tebar yang dilakukan. Memang diperlukan keahlian khusus dan sarana prasarana serta manajemen yang memadai dalam pelaksanaanya baik kebutuhan pakan, lahan, SDM dan lainya. Tetapi saya pikir itu dapat disiapkan dengan baik,” pungkas Usemahu. (RM-04)
Discussion about this post