REFMAL.ID, Ambon – Sejumlah data dan fakta tersembunyi di balik lakon oknum-oknum tertentu yang menjual lekuk tubuhnya meraup keuntungan berbaju jurnalis di Kota Ambon, Maluku, kian tersingkap ke permukaan.
Selain berperan bak istri simpanan oknum-oknum pejabat, sejumlah ajudan pejabat dan oknum politisi di Kota Ambon, Kabupaten Maluku Barat Daya, Kabupaten Buru Selatan, dan kabupaten lain di Maluku, mereka juga melakoni diri diam-diam (terselubung) di salah satu hotel mewah di bilangan Tanah Tinggi, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, Maluku, sebagai wanita panggilan alias Perempuan Seks Komersial (PSK). Hotel ini menjadi markas “Maria Dasdores” dan kolega menerima tawaran menjual tubuh mulus mereka ke oknum pejabat dan oknum pengurus partai dan anggota dewan. Harga sekali main atau bergoyang enak-enak di atas ranjang empuk hotel terbilang cukup tinggi.
Berapa harga lendirnya? “Beta (saya) dengar dari salah satu teman beta kalau ada oknum jurnalis yang tawar diri Rp. 3 Juta sekali main atau ‘short time’ di kamar hotel Jadi harga itu bukan sehari full melayani pelanggan,” ungkap sumber referensimaluku.id via WhatsApp, Jumat (21/3/2025).
Sumber itu mengaku kaget karena harga sales produk rokok di kawasan Mangga Besar, Jakarta, untuk sekali kuda-kudaan berkeringat di kamar hotel xxx hanya berkisar Rp. 400.000 hingga Rp. 1.000.000.
“Waktu itu teman beta kaget lai dengar tawaran main Rp 3 Juta,” lanjut sumber.
Sumber mengaku aksi oknum-oknum PSK berkedok wartawan di Ambon sudah menjadi rahasia umum banyak wartawan, namun tak banyak yang berani menulis karena saling kenal dan prinsip ‘malu hati’.
“Katong (kita/kami) mau tulis dong (mereka), tapi seng (tidak) enak lai,” ucap Chimink dan Ati Hehanussa, dua jurnalis lokal di Polresta Ambon, pekan lalu.
Pengurus Forum Jurnalis Perempuan (FJP) Maluku mengaku kecewa atas lakon sejumlah oknum yang menggunakan baju dan kartu pers untuk tujuan lain di luar tujuan menyampaikan informasi aktual ke khalayak.
“Berita yang disajikan referensimaluku.id harus dilihat dari sudut pandang positif sebagai otokritik agar profesi pers yang mulia selalu terjaga baik di mata masyarakat,” papar Saswaty Matakena, pengurus FJP Maluku, belum lama ini di Kafe Tradisi Joas, Jalan Said Perintah, Ambon. (Tim RM)
Discussion about this post