REFMALID,-Ambon – Balai Pengawas Obat dan Makanan RI mengungkapkan kesehatan anak di Indonesia sekitar 80% anak mengalami masalah gizi, baik itu stunting, kekurangan mikronutrien, hingga obesitas.
Hal ini diungkapkan Kepala BPOM RI Taruna Ikrar yang dikutip dari media menit Indonesia, Selasa (4/3/2025).
“Dari data yang kami miliki, 100 persen anak yang kami teliti, sekitar 80 persen mengalami masalah kesehatan,” ujar Taruna.
Taruna merinci, 21,6 persen anak mengalami stunting, 40 persen menderita kekurangan mikronutrien seperti anemia akibat defisiensi zat besi (ferrum), dan 20 persen lainnya mengalami kelebihan gizi atau obesitas.
“Kondisi ini sangat memprihatinkan, apalagi angka kelahiran anak di Indonesia mencapai 4,8 juta per tahun. Jika tidak segera ditangani, dampaknya bisa sangat serius bagi generasi mendatang,” tambahnya.
Peran Industri Pangan dalam Menekan Krisis Gizi
Untuk mengatasi persoalan ini, BPOM mendorong industri pangan ikut berperan aktif bersama pemerintah dalam memastikan ketersediaan pangan sehat dan bergizi. Taruna menegaskan, pihaknya akan lebih mengoptimalkan pengawasan terhadap produksi, izin edar, hingga distribusi pangan agar sesuai standar kesehatan.
“Kami ingin memastikan bahwa industri pangan berkontribusi dalam menyediakan makanan yang sehat bagi anak-anak, karena jika hanya mengandalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), tentu akan sulit,” jelasnya.
Menurutnya, program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi prioritas Presiden Prabowo Subianto bisa diperkuat melalui partisipasi industri pangan dan masyarakat secara gotong royong.
“Kami ingin mempromosikan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pangan agar ikut berkontribusi dalam program makan bergizi gratis. Dengan demikian, MBG bisa berjalan bukan hanya sementara, tetapi berkelanjutan,” katanya.
Taruna berharap dukungan dari berbagai pihak dapat memastikan program makan bergizi gratis ini tetap berlangsung dalam jangka panjang, bahkan menjadi gerakan nasional.
“Kalau program ini bisa menjadi bagian dari gerakan masyarakat, bukan tidak mungkin MBG akan menjadi program selamanya,” tutupnya. ( RM-04)
Discussion about this post