Dr. M.J. Latuconsina, S.IP, MA
Pemerhati Sosial, Ekonomi & Politik
Referensimaluku.id,-Ambon – Karier seorang figur populis, yang pernah menggeluti profesi awalnya dengan pekerjaan terendah, sampai sukses menjadi presiden, tidak hanya pernah digeluti oleh Ho Chi Minh (1945-1969) Presiden Republik Sosialis Vietnam, yang memulai karier awalnya sebagai seorang koki kapal uap. Begitu pula karier figur populis, yang pernah menggeluti profesi awalnya dengan pekerjaan terendah, sampai sukses menjadi presiden, tidak saja pernah dijalani Lech Wałęsa (1990-1995) Presiden Republik Polandia, yang memulai karier awalnya sebagai tukang listrik.
Namun, ternyata terdapat juga figur populis, yang menggeluti profesi awalnya dengan pekerjaan terendah, hingga sukses menjadi presiden. Dia tidak lain adalah Jenderal Idi Amin (1971-1979). Meskipun Idi Amin dikenal publik dunia sebagai seorang diktator tatakala berkuasa di negaranya Republik Uganda sebagai Presiden, dengan kemerosotan politik, ekonomi, hukum, dan hak asazi manusia. Tapi untuk sampai ke jabatan tinggi di negara penghasil kopi (coffe) terbesar di Afrika Timur itu, dia harus tertatih-tatih memulai karier awalnya dari bawa sebagai seorang penjajah kue, dan selanjutnya menjadi asisten koki tatkala memasuki resimen KAR(King’s African Rifles) bagian dari tentara koloni Inggris.
Nama lengkapnya adalah Idi Amin Dada Oumee, dia lahir di Koboko, Uganda, distrik Nil Barat terkecil di Uganda, negeri kecil yang subur di tepi Danau Victoria, mata air sungai Nil. Ayahnya Andreas Nyabire, dari Suku Kakwa, ibunya dari Suku Lugbara, dua suku yang bertetangga. Akan tetapi, begitu Idi Amin lahir, kedua orangtanya langsung berpisah, Idi Amin bukanlah nama aslinya, pada tahun 1910 ia menjadi mualaf dan mengganti namanya menjadi Idi Amin. Ibu Amin langsung memboyongnya ke koloni Suku Nubia di Lugazi kurang lebih 40 km dari Jinja, sebuah kota besar di tepi Danau Victoria, di mana banyak orang Nil Barat yang menjadi buruh perkebunan gula.
Idi Amin masuk sekolah Islam di Bombo pada tahun 1941. Idi Amin meninggalkan bangku sekolah setelah beberapa tahun kemudian dan melakukan pekerjaan serabutan sebelum akhirnya direkrut oleh dinas militer Inggris. Karier Idi Amin di dinas militer dimulai dari dapur. Ketika beranjak remaja sekitar tahun 1943-1949, Idi Amin masuk resimen KAR bagian dari tentara koloni Inggris sebagai asisten koki, setelah sebelumnya menjadi penjaja kue. Dalam Perang Dunia II (1939-1945) Idi Amin ditugaskan ke Burma. Kemudian ia ikut memadamkan pemberontakan pribumi Uganda yang berpangkat perwira.
David Martin dalam bukunya ‘General Amin’ mengatakan, “Amin itu jenis prajurit yang disukai oleh Perwira Inggris : bertubuh besar dan tidak berpendidikan. Menurut teori mereka, orang semacam ini lebih taat pada atasan dan lebih berani di medan pertempuran.” Yang jelas, Idi Amin secara fisik cukup bagus. Ia tidak hanya pemain rugby tetapi juara tinju kelas berat Uganda 1951-1960. Bisa dimengerti jika karier Idi Amin di kemiliteran cukup pesat, lebih-lebih karena ia akhirnya dekat dengan pusat kekuasaan pada masa itu, Perdana Menteri Uganda Milton Obote (1962-1966).
Dalam karirnya, meskipun Idi Amin diselamatkan oleh Perdana Menteri Obate untuk tidak diajukan ke pengadilan, dengan pertimbangan politik lantaran terjadinya pembantaian terhadap Suku Turkana di Kenya barat laut pada awal tahun 1962, yang dilakukan Idi Amin dengan ditemukannya mayat-mayat pada sejumlah kubur yang dangkal, tapi dia tidak mempedulikan jasa Obate tersebut, pasalnya Perdana Menteri Obate dikudeta Idi Amin. Hal ini terjadi tatkala Perdana Menteri Obate menghadiri konfrensi persemakmuran di Singapura, 25 Januari 1971. Obote akhirnya tidak bisa pulang ke Kampala, Uganda, tetapi ke Darussalam, ibu kota Republik Bersatu Tanzania, negara sahabatnya Presiden Julius Kambarage Nyerere (1964-1985).
Kudeta ini dilatarbelakangi perseteruan antara Idi Amin dan Perdana Menteri Obate, dimana Perdana Menteri Obate menduga Idi Amin menyelewengkan anggaran angkatan bersenjata. Idi Amin yang yakin bakal ditangkap Perdana Menteri Obote, lantas bergerak cepat dan melakukan kudeta saat Perdana Menteri Obate sedang melakukan kunjungan kenegaraan ke Singapura. Persahabatan kedua petinggi Uganda ini lantas bubar, karena perbedaan kepentingan. Padahal
Sebelum Uganda merdeka, Idi Amin memang sudah berkawan dekat dengan Perdana Menteri Obote. Keduanya bekerja sama menyelundupkan emas, kayu, dan gading dari Kongo.
Dua hari kemudian, Idi Amin membebaskan lima puluh orang tahanan politik yang ditahan Obote tanpa alasan yang jelas sejak 1966. Ia juga melarang rapat umum dan kampanye politik. Pemilu dijanjikannya paling tidak lima tahun kemudian. Ironisnya, dia menyatakan zaman kekejaman sudah berakhir dan mengajak rakyatnya menuju zaman persahabatan tanpa permusuhan. Rupanya kebijakan Idi Amin itu, hanya ilusi politik semata dimana dicap sebagai Negara tanpa hukum.
Begitu setelah empat tahun berkuasa, Idi Amin telah mengubah kehidupan Uganda yang buruk. Dulu negeri Uganda pengekspor teh dan kopi, namun karena sistem administrasi dan transportasi yang buruk, ratusan karung kopi teronggok di gudang menunggu diekspor, semetara puluhan ribu ton diselundupkan ke Kenya. Uganda dulunya sebagai salah satu negeri tersubur di Afrika, kini hasil pertanian begitu langkanya sampai penduduk kota menanam tebu dan pisang. Sabun, gula, dan gandum diperlakukan seperti emas saking langkanya. Sementara di pedesaan hasil panen begitu melimpah, penduduk kota tidak dapat menikmati hasilnya.
Kekuasaan Idi Amin rupanya tidak awet pada beberapa periode pemerintahan selanjutnya, karena pada bulan April 1979, Amin berhasil digulingkan oleh tentara nasionalis Uganda yang dibantu Tanzania. Sebelumnya Amin dengan bantuan Libya mencoba menyerang Kagera, provinsi utara Tanzania. Idi Amin akhirnya terbang mengungsi ke Libya yang kemudian meminta suaka ke Jeddah, Arab Saudi serta menetap di sana. Pengasingan Idi Amin di Jeddah, Arab Saudi menandai tamatnya karir politik penjaja kue ini untuk selamanya-lamanya.(Kompas, Wikipedia, 2018). (*)
Discussion about this post