Dr. M.J. Latuconsina, S.IP, MA
Pemrehati Sosial,Ekonomi&Politik
Referensimaluku.id,- Ambon -Para genarasi kelaharian tahun 50 an sampai dengan 90 an hanya populer dengan Perang Dunia (PD) II. Rentang waktu kejadiannya dalam kurun waktu 1939-1945, yang kemudian turut melahirkan negara ini, dimana tercatat dalam buku-buku sejarah di bangku sekolah. Begitu pula para genarasi terdahulu mereka seperti kakek, nenek, dan orang tua mereka turut merasakan dampak PD II hingga di tanah air, baik itu tatkala zaman Hindia Belanda sampai dengan mendaratnya tentara pendudukan Jepang di tanah air, tak luput pula mengisahkannya kepada generasi penerus mereka. Sehingga para generasi pada era itu selalu mengigatnya.
Berikut para aktor-aktornya di dalam PD II, seperti ; Generaldfeldmarschall Erwin Rommel (Jerman), Jenderal Dwight David Eisenhower (AS), Marsekal Lapangan Bernard Montgomery (Inggris), Marsekal Medan Hisaichi Terauchi (Jepang), Jenderal Mikhail Petrovich Petrov (Rusia), Jenderal Rodolfo Graziani (Italia), Jenderal Charles de Gaulle (Perancis), Generalissimo Chiang Kai-shek (Tiongkok) dan belasan jenderal, marsekal, admiral dari Blok Poros (Axis) serta Sekutu lainnya, yang mewarnai perang modern itu selalu mereka kenal, lantaran dikisahkan dalam buku-buku sejarah di sekolah.
Padahal terdapat PD I yang terjadi dalam kurun waktu 1914-1918, yang sebarnya tidak kalah seru dibandingkan dengan PD II, dimana dalam perjalannya negara-negara yang terlibat didalam PD I, akan tampil kembali dalam front pertempuran pada PD II, yang disebabkan faktor ekonomi politik, geo politik, maupun kehendak membalas kekalahan negara mereka pada PD I. Guna mengkonstruksi ingatan kita tentang PD I itu, Alfi Arifian kemudian menarasiknnya dalam karyanya, dengan judul ; “Sejarah Lengkap Perang Dunia I 1914-1918, yang di publis sejak Januari 2020 lalu, dengan penerbit Sociality, Yogyakarta.
PD I adalah konteks gladiator terbesar sepanjang sejarah umat manusia yang melibatkan para hegemon Eropa serta koloninya. Vladimir Lenin (1870-1924), seorang tokoh revolusioner komunis, politikus, dan teoretikus politik berkebangsaan Rusia menyebut perang ini sebagai “perangnya bangsawan”, bukan “perang rakyat”. Pemikirannya yang dilandasi sikap anti kaum nigrat dan pro rakyat, yang kemudian melahirkan gagasan berdirinya negara komunis di Rusia setelah berhasil menumbangkan dinasti Romanov, penguasa terakhir Kekaisaran Rusia, melalui serangkaian revolusi : Revolusi Februari dan Revolusi Oktober 1917.
Perang ini dampaknya mengubah peta politik dunia, dimana terdisintegrasinya negara Balkan, yang sebelumnya dikuasai Dinasti Hapsburg dari kekaisaran Austro-Hongaria, runtuhnya Kekaisaran Turki Utsmani sebagai pemangku kekalifahan Islam terakhir, terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa, yang merupakan benih organisasi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), bangkrutnya Jerman yang harus menanggung semua dampak kerugian perang bagi negara-negara Blok Sekutu, yang lantas memicu dendam rakyat Jerman hingga kemudian merencanakan PD II.
Kondisi ini, diikuti pula dengan pengambil alihan koloni Jerman di Afrika dan Tiongkok oleh aliansi Sekutu : Inggris, Perancis, dan Jepang. Begitu pula dampaknya, pemindahan besar-besaran (eksodus) warga etnis Yahudi Eropa menuju “tanah yang dijanjikan” (Palsetina), yang merupakan implementasi dari “Delerasi Balfour”. Karya Alfi Arifian ini tentu menarik dibaca dan dituntaskan bagi mereka yang menyukai studi ; politik, politik internasional, pertahanan, ekonomi politik, hukum internasional, negara dan studi tata negara maupun bagi mereka yang secara spesifik gemar membaca perang.(*)
Discussion about this post