Oleh : Dr. M.J. Latuconsina,S.IP,MA
Pemrehati Sosial,Ekonomi&Politik
Referensi Maluku.id,- Berawal dari pendapat Abraham Lincoln Presiden Amerika Serikat yang ke-16, yang sukses menghapuskan perbudakan di negaranya melalui Proclamation of Emancipation pada tahun 1863. Namun tragis nasibnya, dia tewas oleh timah panas yang ditembakkan John Wilkes Booth dari senjatanya di teater Ford, Washington, Amerika Serikat pada 14 April 1865 dan meninggal keesokan harinya tanggal 15 April 1865 bahwa, “buruh lebih penting daripada modal dan harus mendapatkan perhatian yang lebih besar”.
Pendapat Lincoln itu, yang menjadi perhatian kita tatkala kita kembali ke masa silam, dimana pada era “Tanam Paksa” atau Cultuurstelsel (1830”1870) Pemerintahan Hindia Belanda, begitu semena-mena terhadap para warga pribumi, yang diperkejakan di perkebun-perkebun kopi sebagai buruh, yang ada di Pulau Jawa maupun Pulau Sumatera. Pasalnya, para buruh di perkebunan kopi itu tidak memiliki hak sama sekali, untuk menikmati kopi yang mereka tanam.
***
Terlepas dari itu, kita bangga kopi asal negara kita dengan brand biji kopi Luwak adalah salah satu biji kopi termahal didunia, yang mencapai USD100 per 450 gram. Mahalnya biji kopi ini, karena memiliki rasa yang berbeda setelah dimakan dan melewati pencernaan luwak, salah satu spesies binatang yang biasa disebut juga musang kelapa.
Kemasyhuran kopi ini di kawasan Asia Tenggara telah lama diketahui, tetapi baru menjadi terkenal luas di peminat kopi gourmet setelah publikasi pada tahun 1980-an. Dibalik mahalnya biji kopi Luwak itu, ternyata dalam sejarahnya, biji kopi ini awalnya dikonsumsi oleh para kaum tertindas (proletar), yang tak lain adalah para pekerja pribumi. Asal mula kopi luwak terkait erat dengan sejarah pembudidayaan tanaman kopi di Indonesia.
Pada awal abad ke-18, Belanda membuka perkebunan tanaman komersial di koloninya di Hindia Belanda terutama di pulau Jawa dan Sumatra. Salah satunya adalah perkebunan kopi arabika dengan bibit yang didatangkan dari Yaman. Pada era “Tanam Paksa” atau Cultuurstelsel (1830-1870), Belanda melarang pekerja perkebunan pribumi memetik buah kopi untuk konsumsi pribadi, akan tetapi penduduk lokal ingin mencoba minuman kopi yang terkenal itu.
Kemudian pekerja perkebunan akhirnya menemukan bahwa ada sejenis musang yang gemar memakan buah kopi, tetapi hanya daging buahnya yang tercerna, kulit ari dan biji kopinya masih utuh dan tidak tercerna. Biji kopi dalam kotoran luwak ini kemudian dipunguti, dicuci, disangrai, ditumbuk, kemudian diseduh dengan air panas, maka terciptalah kopi luwak. Kabar mengenai kenikmatan kopi aromatik ini akhirnya tercium oleh warga Belanda pemilik perkebunan, maka kemudian kopi ini menjadi kegemaran orang kaya Belanda.
Karena kelangkaannya serta proses pembuatannya yang tidak lazim, kopi luwak pun adalah kopi yang mahal sejak zaman kolonial. Luwak, atau lengkapnya musang luwak, senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik dan masak termasuk buah kopi sebagai makanannya. Dengan indra penciumannya yang peka, luwak akan memilih buah kopi yang betul-betul matang sebagai makanannya, dan setelahnya, biji kopi yang masih dilindungi kulit keras dan tidak tercerna akan keluar bersama kotoran luwak.
Hal ini terjadi karena luwak memiliki sistem pencernaan yang sederhana, sehingga makanan yang keras seperti biji kopi tidak tercerna. Biji kopi luwak seperti ini, pada masa lalu hingga kini sering diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan telah difermentasikan secara alami di dalam sistem pencernaan luwak. Aroma dan rasa kopi luwak memang terasa spesial dan sempurna di kalangan para penggemar dan penikmat kopi di seluruh dunia. (*)
Discussion about this post