Dr. M.J. Latuconsina,S.IP, MA
Pemerhati Sosial,Ekonomi&Politik
Referensi maluku.id,- Ambon –Tak lain adalah Helen Adams Keller yang biasa disapa Helen Keller, seorang penulis perempuan berkewarganegaraan Ameriksa Serikat, kelahiran Tuscumbia, Alabama pada 27 Juni 1880 lantas meninggal di Easton, Connecticut, pada 1 Juni 1968. Pada suatu kesempatan dia pernah mengatakan bahwa, “hidup adalah petualangan cinta atau tidak berpetualang sama sekali”. Ungkapannya ini serupa dengan kisah dalam novel “Penari dari Serdang, karya Yudhistira ANM Massardi, yang publis tahun 2019 yang diterbitkan PT. Gramedia Pustaka Utama.
Berawal di Kota Medan seorang seorang wartawan Jakarta bernama Bagus Burhan, yang lazim disapa Mas Bagus, yang sudah memiliki istri dan dua anak, jatuh hati pada pandangan pertama dengan seorang penari dari Serdang. Perempuan itu tersenyum dengan sepasang mata bundar dan setangkup bibir tipis. Hidungnya yang bangir bertakhta di wajah tirus putih. Rambutnya sedikit berombak, lepas terurai. Dialah Putri Chaya, seorang penari rupawan yang menjerat hati Bagus.
Pertemuan singkat itu, tak hanya mampu membuat Bagus dimabuk kepayang, juga membuka matanya soal sepotong sejarah Melayu yang tersingkirkan. Sejarah perihal Sumatera Timur yang tak hanya dilupakan oleh penduduk sekitar, juga tak dianggap oleh Pemerintah Pusat. Juga membawanya bersua dengan Tengku Natashya, perempuan menawan keturunan bangsawan sekaligus pegiat kebudayaan.
Mas Bagus pun terjerembab dalam petualangan cinta, karena tak hanya menyukai Putri Chaya tapi juga menyukai Tengku Natashya. Diam-diam antara Mas Bagus dan Tengku Natashya menjalin cinta hingga pertentangan batin pun tak terelakan terjadi menimpa Mas Bagus dan Tengku Natashya, dimana rasa cemburu menghinggapi Putri Chaya yang berujung cekcok mulut diantara keduanya.
Relasi hati diantara Mas Bagus dan Putri Chaya serta Tengku Natashya tetap terjalin, meskipun tidak terkuak oleh Putri Chaya. Namun Mas Bagus dan Tengku Natasya tetap menjalaninya, tanpa mempedulikan perasaan dari Putri Chaya yang lebih dulu serius menjalin cinta dengan Mas Bagus. Pada sisi lain Mas Bagus tetap memiliki komitmen untuk membangun bahtera rumah tangganya bersama istrinya Mia dan kedua anaknya.
Kisah cinta terlarang dalam novel ini menarik, penulisnya membawa pembaca pada kisah hot antara Mas Bagus dan Putri Chaya serta Tengku Natashya. Kisah novel ini mengingatkan kita pada novel Fredy S yang populer pada kaum remaja di era 1980-an lalu, yang ceritanya selalu hot. Hanya saja Yudhistira ANM Massardi mengemasnya dengan eksistensi kebudayaan Melayu, dan kerajaan Melayu di Serdang hingga revolusi kaum kiri yang melululantahkan aristokrat feodalistik di Sumatera Timur itu.
Mengakiri resensi ini mengutip ungkapan romantik Taylor Alison Swift, yang populer dengan sapaan Taylor Swif, seorang penyanyi dan penulis lagu berkebangsaan Amerika Serikat, kelahiran Reading, Pennsylvania, Amerika Serikat pada 13 Desember 1989 bahwa, “Cinta adalah misteri besar..” yang membuat misteri lagi tatkala novel ini tak perlu diresensi hingga tuntas, karena disanalah kekuatan para calon pembaca mengebu-gebu ingin membacanya.(*)
Discussion about this post