Dr. M.J. Latuconsina,S.IP,MA
Pemerhati Sosial,Ekonomi&Politik
Referensi Maluku.id ,- Kisah ini bermula dari Atlantis, suatu kota mentropolitan kuno, yang berada pada sebuah pulau, dimana pertama kali disebutkan oleh Plato (427-347 SM), seorang filsuf Yunani dalam bukunya yang berjudul Timaeus dan Kritias, yang kisahnya telah melegenda. Dalam perjalanannya, kota metropolitian kuno itu pun tenggelam ke dasar samudera, lantaran dihantam gelombang tsunami dahsyat. Tenggelamnya kota metropolitian kuno itu, diikuti pula dengan tenggelamnya aset ilmu pengetahuan (science). Fenomena ini merupakan konsekuensi rill dari bencana, yang menimpa suatu kawasan pada suatu negara (state).
Meskipun tidak sama seperti kisah Atlantik kota metropolitan kuno itu, saat bencana alam melanda Ambon pada Juli 2013 lalu, kediaman saya yang berada di Jalan Baru merupakan suatu kawasan langganan banjir. Buku karya Soe Hok Gie : “Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan, Kisah Pemberontakan Madiun September 1948”, terbitan PT. Bentang Pustaka, Sleman Yogyakarta 2005 turut terendam banjir. Karya Gie itu dibelikan seorang kawan wartawati di Kota Bogor di tahun 2005 lalu, saat dia mengunjungi kota itu, dengan urusan organisasi kemahasiswaan.
Saya cukup prihatin, tidak hanya karya Gie ini saja, yang ditelan banjir tapi juga karyanya yang lain seperti ; “Zaman Peralihan”, dan “Di bawah Lentera Merah”. Alhamdulillah seminggu yang lalu, saat ke Toko Buku Dian Pertiwi, saya menemukan dua buku itu lagi : “Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan, Kisah Pemberontakan Madiun September 1948”, dan “Zaman Peralihan”. Pencarian yang panjang, baru menemukannya lagi. Maklum Ambon tidak seperti Jakarta, Yogyakarta, Bandung, dan Malang, dimana buku-buku lama dan buku-buku baru dapat kita temukan dengan mudah.
Sama persis seperti “Seri Buku Tempo Sarwo Edhie Dan Misteri 1965”, yang juga tenggelam saat banjir melanda Ambon pada Juli 2013 lalu, lantas baru menemukannya kembali pada tahun lalu di Gramedia Grand Indonesia Mall Jakarta pusat dengan cover buku, yang telah mengalami revisi oleh penerbitnya. Ibarat puzzle buku-buku yang hilang ditelan banjir itu, satu persatu di hunting kembali, meskipun tidak utuh, namun bisa menemukan sebagian kecil dari yang hilang ditelan banjir tujuh tahun lalu.
Karya Gie ini menarik, dimana merupakan skripsi untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia (UI) tahun 1969 dengan judul asli “Simpang kiri dari sebuah jalan: Kisah Pemberontakan Madiun September 1948”. Untuk merampungkan buku ini Gie mewawancarai banyak tokoh besar seperti Benedict Anderson, salah satu Indonesian studies di Cornell University, Amerika. Sedangkan didalam negeri Gie mewawancarai tokoh seperti Muhammad Hatta, Alimin dan Semoen.
Buku ini menceritakan kondisi internal dari PKI, begitu juga tentang persaingan antar tokoh-tokohnya seperti Soetan Sjahrir, Amir Sjarifudin, Alimin, Muso, dan Semaoen. Setiap tokoh memiliki sudut pandang masing. (*)
Discussion about this post