Referensimaluku.id, Ambon -Memang tidak salah jika UNESCO (United Nations Educational Scientific and Cultural Organization) atau Organisasi Perserikatan Bangsa Bangsa yang membidani urusan pendidikan,ilmu pengetahuan dan kebudayaan megnugerahkan Ambon Kota Musik Dunia (City of Music) pada 31 Oktober 2019 silam.
Selain dikenal gudang penyanyi berbakat, musisi hebat, komposer lagu produktif di Indonesia dan di dunia, lagu-lagu rakyat Maluku, seperti “Rasa Sayang ee”, “Sayang e”, “Huhate”, “Ole Sio”, Mande-mande, “Buka Pintu”, “Burung Tantina”, “Beta Balayar Jau”, “O Ulath e”, “E Tanase”, “Waktu Hujan Sore-sore”, “Sudah Berlayar”, “Sio Mama”, “Naik-Naik ke Puncak Gunung”, dan lainnya sudah dikenal luas di mancanegara.
Bahkan lagu Maluku “Rasa Sayang ee” diklaim Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Malaysia sebagai milik “Negeri Jiran” tersebut. Ternyata tak hanya lagu-lagu lawas, lagu-lagu dekade 1990an hingga 2000an yang mencuri perhatian khalayak nasional seperti lagu “Poco-Poco” karangan Arie Sapulette dan dinyanyikan mendiang biduan Yopi Latul dan lagu “Daong Pisang” ciptaan Loela Drakek sempat diklaim warga Sulawesi Utara sebagai lagu-lagu milik mereka.
Lagu-lagu etnik Maluku karangan mendiang Pendeta Christian Isaac Tamaela seperti “Toki Gong” dan “Toki Tifa” juga telah dikenal publik nasional dan internasional dalam perlombaan Paduan Suara. Alhasil, pada tahun 2012 lagu “Toki Tifa” dinyanyikan enerjik Paduan Suara Pria mahasiswa Amerika Serikat dalam perlombaan Paduan Suara antarkampus di Welington, ibu kota Selandia Baru.
Lagu-lagu kontemporer Maluku seperti lagu “Cinta Beda Agama” ciptaan Vicky Salamor, “Se Paleng Bae” ciptaan Cavin Sahilatua, Tania ciptaan Roby Lailossa, “Danke” ciptaan Gerald Huwae, “Bale Pulang I” dan “Bale Pulang II” ciptaan Justy Aldrin Tahapary dan Toton Caribo Bartkombawa, “Janji Putih” ciptaan Maxi Makalaipessy telah viral di mana-mana dan dinyanyikan di mana-mana dan ada yang diklaim lagu milik suku-suku lain di Indonesia dan negara-negara lain.
Lagu “Bale Pulang I” sendiri sempat diklaim warga Nusa Tenggara Timur (NTT) dan warganegara Timor Leste sebagai lagu milik mereka karena menggunakan bahasa mereka. Ambon di posisi ke-32 dari 45 kota musik dunia versi UNESCO. (RM-03)
Discussion about this post