Oleh : Yohansli Noya
Referrensimaluku.id , – Pendemi Coronavirus Disease 2019 atau yang disebut juga dengan COVID-19 sangat memukul kondisi perekonomian bangsa kita, sebab tidak hanya berdampak pada sektor rill tetapi juga sektor non rill, tatanan ekonomi Indonesia yang sejak awal memang diprediksi akan mengalami pertumbuhan pesat juga belakangan terpuruk, dan yang paling nyata dirasakan adalah imbasnya kepada sektor parawisata yang harus kehilangan wisawatan domestik maupun mancanegara, hal ini barang tentu membuat peredaran dan perputaran uang yang terjadi di mayarakat juga kecil dan menurun, bahkan sektor jasa dan kontruksi juga hanya bisa menyesuaikan sembari melakukan inovasi dengan kondisi yang ada, sehingga ini sangat berdampak pada perekonomian di Indonesia, dalam artian bukan hanya produksi barang saja yang terganggu, tetapi investasi pun juga terhambat, ketimpangan sosial ekonomi atau konflik kelas juga semakin terlihat, pertumbuhan ekonomi masyarakat kelas atas melambung lebih tinggi, dan kemudian mematikan ekonomi masyarakat kelas bawah, bentuk Pemabtasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) juga membuat kondisi ekonomi rakyat terpukul, sektor pendidikan juga merasakan dampak yang luar biasa, para supir angkot, pedagang kaki lima, tukang becak, tukang ojek bahkan pedagang makanan, harus mengalami penurunan pendapatan akibat tidak beroperasinya sektor pendidikan dan parawisata tadi, adanya Sekolah daring juga berpengaruh memang dalam membuat harga barang elektronik terkhusunya Laptop dan HP mengalami lonjakan dan kenaikan pesat dari harga awalnya. Hal ini mungkin tidak terlalu berasa bagi mereka yang dari kelas atas, sementara mereka yang berasal dari kelas bawah dan keluarga tidak mampu terpaksa harus menyesuaikan dengan kondisi yang ada, mereka harus lebih mengikat tali pinggang untuk membeli paket data dan peralatan belajar online, asalkan anaknya bisa terus menimbah ilmu, agar kelak dapat memperbaiki kondisi ekonomi keluarga melalui jalan pendidikan nanti.
Sehingga tentu ditengah kondisi pendemi ini pemerintah dan para pemangku kebijakan lainnya harus terus melihat kedepan langkah solutif apa yang harus diambil untuk menyelamatkan ekonomi kerakyatan, ekonomi kaum proletar, ekonomi masyarakat kelas bawah, sebab jika dilakukan terus perpanjangan PPKM dan PSBB tanpa ada terobosan untuk memikirkan bagaimana menyelamatkan ekonomi rakyat, maka sudah tentu kita akan berjalan menuju resesi ekonomi ditengah wabah corona ini, ketika ekonomi sudah merosot tentu akan terjadi pembangkangan social terhadap pemerintah dari mereka yang hidupnya susah dan berteriak lapar. Kebijakan pemerintah sekerang melalui pemberian bantuan langsung melalui kartu prakerja maupun bantuan non tunai dan bantuan langsung tunai dalam bentuk sembako juga belum sepenuhnya menyentuh masyarakat secara menyeluruh, karena terjadinya ketimpangan sistim data yang kurang dan masih harus terus diperbaiki, serta bantuan tersebut kadang tidak cukup untuk bertahun hidup dari bulan ke bulan, walau memang dirasa sudah sangat membantu ditengah pendemi ini, untuk itu pemerintah kedepan harus memikirkan solusi baru dengan daya dobrak yang kuat, sehingga gerakan kebawah tidak hanya sekedar membantu rakyat untuk makan, tetapi bagaimana gerakannya sudah harus dibuat agar dapat merangsang rakyat untuk menghidupkan kembali perekonomiannya, mulai dari yang paling bawah ditingkat keluarga, sampai tingkat RT dan RW maupun Kelurahan, Desa dan Kecamatan.
Pemerintah sekarang tentu harus belajar dari kebijakan mantan Presiden Susilo Bambang Yodhoyono (SBY) ketika mengalami krisis ekonomi dan wabah virus flu burung dulu, seperti dengan memperbaiki neraca transaksi berjalan (current account defisit) dan menjaga nilai tukar rupiah, lalu menjaga daya beli masyarakat dan stabilitas petumbuhan ekonomi, menjaga tingkat inflasi dengan mengatasi inflasi yang dapat mengakibatkan harga bahan pokok bergejolak, serta melakukan percepatan iklim investasi untuk mempercepat laju perputaran uang. Tentu pemerintah sekarang harus meilhat hal ini yang dahulu terbukti menyelamtkan Indonesia dari krisis ekonomi saat itu, sehingga kondisi ekonomi bisa tetap aman dan maju mengalami pertumbuhan yang signifikan.
Kondisi sekarang ini juga kita tidak dapat menyalahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) karena memang pendemi covid-19 ini terjadi secara Global, seluruh negara di dunia mengalami dampaknya dan terpukul begitu luar biasa, namun kita dapat tetap mengapresiasi langkah yang sudah dilakukan oleh beliau sekarang, sembari memberi masukan dan kritik yang konstruktif agar pemerintah bisa tetap menerima solusi dan masukan dari rakyat, sebab kerja ini juga menjadi kerja bersama, namun tentu langkah pemerintah belum selesai, sehingga pemerintah kedepan harus membuat langkah maraton dalam bentuk paket-paket kebijakan baru yang tidak hanya menguntungkan kaum kelas atas, tetapi juga bagaimana dapat bersikap egaliter sehingga tentu dapat mengakar kebawah (downward) yang langsung menyentuh masyarakat akar rumput (Grass Root).
Kebijakan penyelamatan ekonomi rakyat ini bisa segera dilakukan dengan memulai pembukaan dibidang pendidikan dan parawista, sebab dua hal ini yang memang menjadi andalan untuk mengerakan perekonomian rakyat dan perputaran ekonomi di kelas bawah, pemberian subsidi secara menyeluruh kepada kelompok petani, nelayan dan masyarakat kelas bawah di perkotaan juga harus terus digenjot, agar mereka dapat diberdayakan, sembari pemerintah juga terus memberdayakan juga usaha kecil dan menengah (UKM), agar dapat terus tembuh tidak hanya didalam negeri, tetapi dengan harapan agar mereka juga harus melakukan langkah terobosan baru untuk melakukan ekspor demi menjangkau pasar mancanegara, tentu dengan melihat juga kondisi sektor maritim yang memang diharapkan kedepan menjadi tumpuan ekonomi kita, sudah saatnya kita menjadi penyedia dan penghasil pasar global yang memanfaatkan kekayan laut agar dapat meningkatkan APBN yang ada, untuk itu tenaga-tenaga ahli juga harus terus disiapkan agar bangsa kita tidak hanya menjadi pengekspor bahan mentah, tetapi harus menjadi pengekspor bahan jadi dalam bentuk produk teknologi baru, sehingga kita benar-benar dapat menjadi bangsa mandiri yang dapat menumbuhkan ekonomi, tetapi juga dapat mengerakan kekuatan ekonomi dunia. Jadi keduanya harus seimbang dalam mengembangkan ekonomi rakyat kelas bawah sembari menaruh perhatian juga kepada sektor bisnis, industry, minyak dan gas.
Kita memang harus memainkan dan mengambil jalan sosialisme demokratik untuk menyelamatkan ekonomi kelas bawah, sebeb yang miskin dan termarjinalkan saja yang memang benar-benar harus ditanggung dan diurus oleh Negara atau bisa disebut juga dengan gotong royong, gotong royong dalam artian pengusaha dan pembisnis kelas kakap juga harus mengambil sikap dalam membantu masyarakat ekonomi kelas bawah, melalui gerakan turun tangan dilingkungan sekitar tempat dia tinggal, atau jika mampu dapat melakukan hal yang lebih besar. Tetapi itu semua dapat diwujudkan tentu dengan melakukan percepatan langkah vaksinasi secara masal juga harus terus dilakukan sampai menyentuh semua lapisan masyarakat, karena hanya dengan membentuk kekebalan kelompok (herd immunity), maka kita bisa meningkatkan daya imun tubuh, yang sudah tentu dapat membantu melawan penyebaran virus corona. Kita dari sekarang memang sudah harus mengambil posisi untuk menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada sekarang, dan mungkin kita akan terus selamanya hidup berdampingan dengan virus ini, tetapi dengan adanya vaksinasi dan menjaga protolol kesehatan melalui gaya hidup yang sehat, maka kita sebagai rakyat dapat membantu pemerintah untuk menekan angka kematian dan penyebaran virus ini, dengan begitu maka pemerintah juga harus melihat, mendengar dan memahami isi hati dan keinginan rakyat, tentu kita yakin sebagai mahkluk yang percaya kepada Tuhan yang Maha Esa, sembari melakukan usaha dan langkah-langkah strategis maka pasti badai ini akan berlalu, agar negara yang kita cintai ini semakin maju, rukun dan sejahtera demi terciptanya masyarakat adil dan makmur. (*)
Discussion about this post