REFMAL.ID,Ambon – Jika merujuk pada hasil kesepakatan damai Maluku di Malino, Kelurahan Malino, Kecamatan Tinggi Moncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2002 silam, sejatinya pemilihan kepala daerah (pilkada) Maluku 27 November 2024 menghasilkan kepala daerah dari komunitas Kristen.
Sebab, dalam dua periode Gubernur Maluku, Said Assagaff (2014-2019) dan Gubernur Maluku Murad Ismail (MI) periodesasi 2019-2024 sama-sama dari komunitas Muslim. Namun, konstalasi politik lokal Maluku bakal terbalik 180 derajat atau faktanya akan menyisikan atau menyampingkan isi Perjanjian Malino 2002 silam.
Mengapa demikian? Menelisik konfigurasi politik di balik pencalonan kepala daerah Maluku, maka terdapat jurang pemetaan pemilih yang besar antara calon kepala daerah (calkada) dari komunitas Kristen dan calkada dari komunitas Muslim. Sejurus dengan fakta empiris politik ini, MI dipastikan merupakan satu-satunya calkada yang datang dari komunitas Muslim sebab Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI (Marinir) Said Latuconsina bakal sulit memperoleh rekomendasi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), apalagi SL telah dimutasi ke Markas Besar TNI-AL (Mabesal) dalam jabatan baru sebagai Staf Ahli Khusus Kepala Staf TNI-AL (Kasal) setelah lebih kurang empat tahun SL dipercayakan Mabesal menjabat Komandan Pangkalan Utama TNI-AL (Lantamal) IX Ambon.
Sebaliknya, cukup banyak calkada Maluku dari komunitas Kristen, yakni Letnan Jenderal TNI (Purnawirawan) Jefry Apoly Rahawarin (JAR), Hendrik Lewerissa (HL), S.H.,L.LM, Febry Calvin Tetelepta (FCT) dan Barnabas Nataniel Orno (BNO), sehingga konsentrasi pemilih Kristen buyar dan tidak fokus pada satu calkada Maluku. Dengan jumlah pemilih Maluku yang hanya sebesar 1.341.012 suara, peluang MI memenangi pilkada Maluku relatif besar berkisar 55-60 persen sebab suara di komunitas Kristen akan terpecah-belah antara yang memilih JAR, HL, FCT dan BNO. Selain itu, ada sejumlah alasan-alasan mengapa MI diprediksi menang mulus di Pilkada Maluku 2024.
Yakni, pertama, MI merupakan satu-satunya calkada Maluku yang sudah mengantongi rekomendasi PAN, Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan MI sudah final menggandeng Michael Wattimena (MW) sebagai pasangan calon wakil kepala daerah Maluku menuju pilkada serentak pada 27 November 2024.
Sementara JAR, HL, FCT dan BNO hingga kini belum memperoleh satu pun rekomendasi partai untuk berkontestasi di pilkada Maluku 2024. Kedua, MI adalah petahana yang pernah mengalahkan petahana Gubernur Maluku Said Assagaff di pilkada Maluku 2018. Belum menjadi petahana saja sanggup mengalahkan petahana, apalagi kini menjadi petahana itu sendiri. Ketiga, sebagai petahana, MI tentu telah “menguasai” sebagian besar barisan birokrasi di Maluku hal mana dibuktikan dengan pelantikkan Sadali Ie sebagai Penjabat (karteker) Gubernur Maluku atas kekuatan dan kedekatan MI dengan Menteri Dalam Negeri Jenderal Polisi Tito Karnavian.
Selain itu, MI telah mengutus “bidak-bidak catur politik” ke Kabupaten Seram Bagian Barat di pundak Ahmad Jais Ely, Afandy Hasanussi di Kota Tual, Jasmono di Kabupaten Maluku Tenggara, Syarif Hidayat di Kabupaten Buru dan Benjamin Thomas Noach di Kabupaten Maluku Barat Daya dan para “eksekutor politik” kabupaten-kabupaten lain di Maluku. Keempat, sebagai petahana, MI punya kekuatan finansial yang kuat dibanding JAR, HL, FCT dan BNO.
Sekalipun JAR ditopang David Glen, pengusaha tambang asal Ambon yang berkantor di Maluku Utara. Kelima, sebagai petahana, MI masih punya “romantisme masa lalu” dengan para punggawa di infrastruktur politik dan para penyelenggara pemilu di daerah ini. Akan selalu berkumandang lagu lawas milik Frangky Siahailatua, “Kemesraan ini jangan cepat berlalu,” dan keenam, Isteri MI, Widya Pratiwi (WP) adalah Ketua Tim Penggerak (TP) Program Pemberdayaan Keluarga (PKK) Maluku dan Ketua “Gerakan Potong Pele” Stunting yang memiliki pengurus dan simpatisan di 11 kota/kabupaten di Maluku.
Pembuktian sahih elektabilitas (tingkat keterpilihan) WP adalah ketika dia unggul suara telak atas HL dan Ramly Umasugy /RU (wakil gubernur Maluku dari HL) di pemilu DPR RI dapil Maluku pada 14 Februari 2024 persis di hari kasih sayang.
Ringkasnya, menghadapi WP, isteri MI saja, HL dan RU kalah telak, apalagi melawan MI sang “matahari Maluku”. Alhasil, HL-RU yang oleh sebagian masyarakat dinilai sedikit “kawaja” (pelit, kikir), kurang merakyat dan sedikit bertipikal eksklusif bakal rontok dengan ranting-ranting di pilkada Maluku 2024 melawan MI dan isterinya. MI ditengarai hanya khawatir berhadap-hadapan atau “head to head” dengan JAR. Apakah prediksi ini akan menjadi kenyataan? Mari kita ikuti dinamika politik jelang pilkada Maluku kali ini. (Tim RM)
Discussion about this post