Oleh: Dr. M.J. Latuconsina,S.IP,MA
Pemerhati Sosial,Ekonomi&Politik
Referensi Maluku.id,- Seperti ungkapan Albert Einstein (1879-1955), seorang fisikawan teoretis kenamaan kelahiran Jerman bahwa, “kegilaan adalah melakukan hal yang sama berulang-ulang dan mengharapkan hasil yang berbeda.”
***
Diksi berulang-ulang pada ungkapan fisikawan teoretis kelahiran Jerman itu, memiliki relevansi dengan buku karya Sukardi Rinakit, berjudul : “Sudut Istana”, terbitan Galang Press tahun 2019 lalu. Pasalnya buku ini, seperti mengulangi karya-karya penulis sebelumnya, yang dekat dengan Presiden dan istana. Dua diantaranya yakni, buku karya Andi Alfian Malaranggeng, dengan judul : “Dari Kilometer 0.0” yang di publis di tahun 2007 lalu, dan karya Wisnu Nugroho, dengan judul : “Pak Beye dan Istananya”, yang di publis di tahun 2010 lalu.
Meskipun ulasan dua penulis sebelumnya mirip dengan objeknya travel notes Presiden, namun memiliki sentuhan yang berbeda. Karya Sukardi Rinakit ini merupakan essay, yang lebih ringan dan pendek daripada karya dua penulis sebelumnya. Walaupun ringan dan pendek, tapi deskripsinya menyentuh masalah-masalah sosial ekonomi humanis penuh dengan joke-joke, yang relevan dengan kunjungan Presiden ke berbagai daerah di tanah air.
Misalnya pada bagian “Sejak Bumi Diciptakan” menarik dibaca dan membuat kita tertawa, dimana kunjungan Presiden Jokowi ke Kabupaten Humbung Hasudutan, Provinsi Sumatera Utara pada 21 Agustus 2016. Dikisahkan penulisnya, awalnya disepakati bahwa kunjungan ini semacam in cognito. Tidak perlu masyarakat tahu. Tapi ternyata di sepanjang jalan, warga ramai menyambut kedatangan Presiden dan rombongan. Bahkan anak-anak sekolah mengibar-ngibarkan benderah Merah Putih ukuran kecil. Ada juga yang menyanyikan lagu-lagu kebangsaan.
Ketika kami protes Bupati Humbung Hasudutan Dosmar Banjarnahor, Pak Bupati menjawab, “kalau di Samosir, 71 tahun sejak Indonesia merdeka baru dikunjungi Presiden. Kalau disini ? Di Humbung Hasudutan ? Sejak bumi diciptakan oleh Tuhan, baru kali ini Presiden datang”. Respons tersebut menyangkut kunjungan Presiden sebelumnya di Kabupaten Samosir, dimana Bupati Samosir Rapidin Simbolon, saat penyambutan Presiden Jokowi di Tomok, Pak Bupati mengatakan, “tujuh puluh satu tahun kami menunggu kedatangan Presiden ke Samosir. Baru mimpi kami terwujud.”
Bukan hanya travel notes Presiden yang penuh humanis dan joke, yang mengisahkan kunjungannya ke Kabupaten Samosir dan Kabupaten Humbung Hasudutan saja, yang menarik untuk di baca dalam buku karya Sukardi Rinakit ini. Tapi masih banyak kisah-kisah lain yang penuh humanis dan joke. Mengakhiri book review ini, meminjam ungkapan Salim Akhukum Fillah, yang hits melalui novel romantiknya : “Agar Bidadari Cemburu Padamu” di tahun 2004 lalu bahwa, “kisah terbaik adalah kisah yang berliku-liku. Cerita terbaik adalah hidup yang berwarna-warni.”
Discussion about this post