Dr. M.J. Latuconsina, S.IP, MA
Pemerhati Sosial,Ekonomi&Politik
Referensi maluku.id,-Penanganan sebuah problem, yang berkaitan dengan khalayak agar tuntas sangat memerlukan strategi. Pasalnya, dengan strategi akan mensukeskan pencapaian tujuan, sebagaimana yang dikehendaki. Pentingnya strategi, sehingga terkadang memunculkan jargon populis “apapun suatu problem strategi adalah pilihannya”. Jargon ini bena adanya, karena sejak dahulu kala strategi menjadi instrument, yang vital untuk memenangkan suatu pertempuran. Dalam perkembangannya, strategi dalam konteks kekinian telah di transformasikan ke dalam bidang manajemen, birokrasi, pemerintahan, politik, pariwisata, bisnis dan jasa serta bidang-bidang vital lainnya.
Hal ini menandaskan bahwa, hampir tidak ada satu bidang pun yang jalankan tanpa suatu strategi. Menyangkut dengan strategi, Peter Schroder salah seorang ilmuan komputer berkebangsaan Jerman, dalam karyanya “Strategi Politik”, yang diterbitkan tahun 2013 lalu lantas mengatakan bahwa, pengertian strategi berasal dari konsep militer, dan kata itu sendiri berasal dari bahasa Yunani. Perimbangan-pertimbangan strategis senantiasa memainkan peranan ketika sekelompok besar orang butuh dipimpin dan diberi pengarahan. Di masa lalu, ada banyak prospek perang yang menciptakan kebutuhan ini.
Hingga awal masa industrialisasi, istilah strategi masih dipakai sebatas konotasi militer saja. Baru setelah itu kepemimpinan atas sejumlah besar orang diperlukan di bidang ekonomi. Sejak itu pengertian strategi meluas, dan lahirlah strategi manajerial untuk memudahkan pengelolaan orang-orang dalam sebuah organisasi. Selanjutnya, sedikit demi sedikit konsep strategi makin meluas ke berbagai aspek masyarakat, termasuk tentu saja ke politik. Politik juga bertujuan memimpin kelompok-kelompok besar masyarakat atau anggota partai politik dan organisasi kea rah sasaran.
Begitu pula, Charles Chow dalam karyanya “Management Efficacy”, yang di publis tahun 2014 lalu mengemukakan bahwa, berbagai pendapat dan defenisi mengenai strategi berkembang sejak zaman dahulu, ribuan tahun sebelum masehi, dan salah satu yang sering dibuat sebagai rujukan adalah strategi Sun Tzu. Karya Sun Tzu, yang dikomposisi sewaktu Dinasti Zhou tahun 500 SM, yaitu The Art of War, yang sangat terkenal dan syarat dengan falsafah yang masih relevan sampai saat ini. Menurutnya, ada beberapa hal yang sering dirujuk dari dokumen tersebut, yaitu ‘kenali dirimu, kenali musuhmu’ (zhi ji zhi bi) ; dan ‘dalam seratus pertempuran, seratus kemenangan’ (bai zhan bai sheng).
Kata ‘bi’ (musuh) dalam bahasa Cina mempunyai arti sebagai kooperator, koordinator, dan pesaing. Dengan demikian, musuh (bi) mempunyai pengertian yang lebih luas jika diterapkan di dalam strategi musuh bukan hanya pesaing, tetapi juga kooperator dan koordinator. Dalam konteks yang mirip, Richard P. Rumelt dalam karyanya “Good Strategy Bad Strategy” yang di publis di tahun 2017 lalu, memaparkan dalam pendahuluan karyanya ini dengan tema “Mengatasi Rintangan”, yang mengisahkan pertempuran laut di Eropa, sebagaimana dinarasaikan dibawah ini.
Pada tahun 1805, Inggris menghadapi masalah. Napolion telah menguasai sebagian besar Eropa dan merencanakan invasi terhadap Inggris. Namun untuk menyeberangi Selat Inggris, dia harus merebut kendali laut dari Inggris. Di lepas pantai barat daya Spanyol, armada gabungan Prancis dan Spanyol yang berkekuatan tiga puluh tiga kapal berhadapan dengan aramada Inggris yang lebih kecil, berkekuatan dua puluh tujuh kapal.
Taktik yang biasa pada waktu itu adalah kedua armada yang bertempur berbaris berjajar lalu saling tembak. Namun Admiral Inggris Lord Nelson punya wawasan strategis. Dia memecah armada Inggris menjadi dua barisan dan memajukan keduanya ke armada Prancis-Spanyol, menghantam barisan Prancis-Spanyol secara tegak lurus. Kapal-kapal terdepan Inggris menanggung resiko paling besar, namun Nelson menilai bahwa penembak-penembak Prancis-Spanyol yang kurang terlatih tidak dapat mengimbangi ombak besar hari itu.
Pada akhir pertempuran Trafalgar, pihak Prancis dan Spanyol kehilangan dua puluh dua kapal, dua pertiga armada mereka. Inggris hanya kehilangan satu. Nelson terlukah parah, dan gugur menjadi pahlawan bahari terbesar Inggris. Dominasi laut Inggris tetap terjamin dan tetap tak dapat dikalahkan selama satu setengah abad. Tantangan yang dihadapi Nelson adalah bahwa dia kalah jumlah, strateginya adalah mengorbankan kapal-kapal terdepannya untuk memecah kesatuan armada musuh. Dia menilai bahwa dengan hilangnya kesatuan musuh, para kapten Inggris yang lebih berpengalaman akan lebih unggul dalam pertempuran.
***
Beranjak dari kisah pertempuran ini, dimana armada Prancis dan Spanyol dapat dikalahkan armada Inggris dengan strategi yang tepat dan jitu, yang didesain Admiral Lord Nelson pimpinan armada Inggris. Pada titik ini, Sofyan Assauri dalam karyanya “Strategic Management”, yang di terbitkan pada tahun 2017 lalu mengatakan bahwa, strategi yang ditetapkan, dapat dirumuskan sebagai penentuan tujuan dan sasaran suatu organisasi yang mendasar yang bersifat untuk jangka panjang. Strategi yang ditetapkan tersebut merupakan pengangkatan atau rumusan rangkaian tindakan atau aksi, serta pengalokasian sumber daya yang diperlukan bagi upaya pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Dalam perspektif organisasi yang sifatnya global seperti negara, baik itu dari level pemerintah pusat hingga pemerintah daerah, penanganan suatu problem yang tengah menderah negara, yang berkaitan dengan keselamatan nyawa khalayak, perlu dilakukan dengan manajamen strategi yang tepat dan jitu. Dalam konsepsi Luther Halsey Gulick, seorang ilmuan politik berkebangsaan Amerika Serikat, yang populer melalui karyanya “Administrative Reflections from World War II”, yang beredar pada tahun 1948 lampau, dengan manajemen strateginya yang dimulai dari ; planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting dan budgeting dapat direalisasikan untuk menuntaskan problem bidang kesehatan, yang tengah menimpa negara ini. (*)
Discussion about this post