Referensimaluku.id.Ambon-Dugaan keberadaan Abdul Gafar Lestaluhu (AGL) di lapangan mendampingi pemain-pemain Jong Ambon Football Club U-17 berlatih dalam beberapa hari terakhir ini senyatanya menunjukkan arogansi dan pembangkangan manajemen klub terhadap keputusan Komisi Disiplin Asosiasi Provinsi PSSI Maluku yang melarang AGL beraktivitas di sepakbola selama 3 tahun dan 6 bulan berikut denda Rp.25 juta.
“Kalau misalnya saudara Abdul Gafar Lestaluhu masih tetap berada di lapangan baik di tepi lapangan atau di luar lapangan sambil memberi aba-aba dan menu latihan, maka itu artinya pihak klub sengaja tidak menghargai atau melecehkan putusan Komdis Asprov PSSI Maluku.
Nah, kalau sampai ada kesengajaan dari pihak klub yang tetap mengizinkan saudara Gafar melatih dari luar, maka klub harus bisa disanksi juga oleh Komdis PSSI Maluku. Bila perlu cabut gelar juara Soeratin U-17 dari Jong Ambon FC,” kata praktisi sepakbola Maluku Reza Syraranamual kepada Referensimaluku.id, Jumat (4/2/2022).
Reza menyebutkan seharusnya pihak Jong Ambon tidak mengizinkan AGL berada bersama-sama dengan pemain-pemain karena dia masih disanksi Asprov PSSI Maluku.
“Kalau sampai Asprov PSSI Maluku membiarkan kondisi ini berjalan, maka sikap Asprov PSSI Maluku patut dipertanyakan. Sanksi ya sanksi. Ini kan untuk efek jera, sebab seorang pelatih yang diutamakan adalah etikanya. Pelatih yang baik mulutnya tidak kotor. Kalau Asprov PSSI Maluku membiarkan pihak klub mengizinkan saudara Gafar berada di lapangan, berarti Asprov PSSI Maluku membiarkan pelecehan terhadap asisten wasit dan perangkat pertandingan yang telah dicaci-nali atau dihina dengan kata-kata tak pantas. Asprov PSSI Maluku harus lihat ini dong,” tegasnya.
Reza menandaskan AGL adalah pelatih berlisensi nasional dan AFC yang seyoginya memiliki etika menawan di dalam dan di luar lapangan. Karena itu, AGL harus menjadi teladan bagi pelatih-pelatih lain. Apalagi, yang dilatih AGL ini pemain-pemain usia muda.
“Kalau ada seorang pelatih punya lisensi nasional dan AFC namun dia suka mengeluarkan kata-kata kotor, maka itu kebiasaan buruk yang menjadi Life stylenya. Kalau dia saja mulutnya kotor maka bagaimana dengan perawakan anak-anak muda yang dilatihnya,” paparnya. Reza menyatakan manajemen Jong Ambon FC harus bisa mengambil sikap terpuji dan sportif untuk menggantikan AGL dengan pelatih -pelatih lain yang lebih punya etika dan ilmu melatih mumpuni.
“Bukan sebaliknya pihak klub memasang badan tetapi membangkang terhadap putusan Komdis Asprov PSSI Maluku. Kan ada banyak pelatih tuh yang hebat dan mulutnya tidak kotor. Kalau soal denda ya harus dibayar sebab kalau tidak dibayar bisa saja masyarakat menilai klub didirikan karena ada kepentingan politik. Ini bahaya dan tidak kita inginkan bersama terjadi,” tandasnya. (RM-07/RM-04/RM-05/RM-02)
Discussion about this post