Referensimaluku.id.Ambon– Menu makanan bagi atlet Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda) Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Maluku masih memicu polemik dan penolakan atlet. Satuan Tugas (Satgas) Pelatda PON XX Maluku dituding tidak punya rasa malu dan tidak tahu malu karena sekalipun dikritik pedas masyarakat olahraga dan Komisi IV DPRD Maluku, namun mereka tak menggubris cemohan-cemohan tersebut.
Seminggu sebelum keberangkatan ke tanah Papua, atlet PON XX Maluku masih mengamuk soal pemberian menu makanan tak sesuai selera dan tak sebanding kebutuhan kalori. “Selesai latihan sampai di kamar sudah tak ada air untuk mandi. Bahkan ke ruang makan lihat makanan seperti selera dan bikin emosi makin meningkat. Apalagi masih ada atlet lain (atlet dayun) belum makan. Telur dan sayur jadi andalan. Awas bisul muncul lalu menghantam sebagian atlet,” protes salah satu atlet kempo Maluku Muhammad Yamin Rahayaan di akun fesbuknya sebagaimana dikutip referensimaluku, Selasa (14/9).

Yamin adalah peraih emas PON XVIII 2012 Kepulauan Riau dan PON XIX 2016 Jawa Barat. “PON XX hanya tinggal dua Minggu lagi, apakah kalian (Satgas Pelatda PON XX Maluku) tidak dapat memberikan makanan yang baik,” heran atlet randori 70 kg putra. Keluhan serupa disampaikan Rahma Bugis Kelian, salah satu netizen di kolom komentar fesbuk Rahayaan “Ryam Kempo Ulima Rahayaan”. Rahma yang mengaku pernah menangani katering atlet dayung di Jayapura, Papua, beberapa waktu lalu. “Astaqfurullah…saya dulu pernah tangani tangani katering atlet dayung di Jayapura. Makanannya super mewah. Sarapan pagi, makanan siang beda lagi, Snack sore, makan malam beda lagi. Makanannya lebih dari kata 4 sehat 5 sempurna. Makanan siang tidak boleh lagi dihidangkan untuk malam,” tulis Rahma.

Di bagian lain salah satu mantan atlet tinju Maluku David Isikiwar juga mengaku heran pemberian menu makan di zaman kepengurusan KONI Maluku saat ini. “Saya tidak mau membandingkan secara individu, tapi saya sudah empat kali ikut PON mulai 2004, 2008, 2012 dan 2016, baru kali ini atlet mengeluh soal makanan dan perlengkapan. Padahal dana yang dikucurkan yang saya baca di berita itu Rp.16 miliar. Lalu dana sebesar itu dikemanakan saja,” kecam peraih emas PON Sumatera Selatan (2004), PON Kalimantan Timur (2008), PON Kepulauan Riau (2012) dan Perak PON Jawa Barat (2016) itu. David berharap sepulang PON XX 2021 seluruh anggaran PON XX melalui dana hibah diaudit lembaga berwenang terutama Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Maluku. “Dana PON XX harus diadit,” tutup pria yang pernah menimba ilmu di Kuba itu. (RM-02/RM-03)
Discussion about this post