Referensimaluku.id ,- Setelah Ambon ditetapkan UNESCO (United Nations Educational Scientific and Cultural Organization) atau Organisasi Perserikatan Bangsa yang menangani masalah pendidikan dan kebudayaan sebagai Kota Musik Dunia pada Oktober 2019 silam, kini bermunculan penyanyi-penyanyi kafe dan rumah kopi bak cendawan yang tumbuh di musim penghujan.
Bahkan, seiring pengakuan internasional pada Ambon sebagai Kota kreatif berbasis Musik memunculkan banyak pengamen-pengamen jalanan. Semua fenomena ini merupakan jawaban “setali tiga uang” jika musik dan bernyanyi adalah DNA-nya orang Ambon dan Maluku pada umumnya.
Sekalipun kehadiran mereka terkesan mengusik “sifat malu-malu kucing” orang Maluku,tapi para pengamen dan pemusik jalanan ingin menggugah Pemerintah Kota Ambon jika pandemi virus korona (Covid-19) bukan penghalang kemajuan musik Ambon menghiasi musik dunia.
Para pengamen ini hanya butuh sedikit sentuhan pemerintah agar cara dan teknik bernyanyi benar-benar keluar dari hati sebagaimana mendiang Broery Marantika merintisnya pada dekade 1970an hingga awal 2000an lalu dilanjutkan mendiang Glend Fredly Latuihamallo.
Para pengamen ini perlu dibina pemerintah agar kehadiran mereka membawa sukacita bagi penikmat musik dan pengunjung kafe dan rumah kopi di Ambon. (RM-02)
Discussion about this post