Oleh : Ahmad Yani (Pemuda Kelimury)
Referensimaluku.Id.Ambon- Selama negara Indonesia merdeka pada 1945 hingga kini berbagai macam Pembangunan terjadi mana-mana, entah di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan sebagian daerah lain di Tanah Air. Masyarakat di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Madura selalu menikmati dan merasakan pembangunan jalan-jalan tol, jalan berlapis, jalan bertingkat-tingkat. Di wilayah-wilayah itu gedung gedung pencakar langit bertebaran di mana mana,jembatan jembatan megah berjejer rapi dibangun,pelabuhan- pelabuhan dengan kapal megah berlabuh ,listrik internet dan berbagai macam Tehnologi 24 jam mereka nikmati, dan berbagai macam pembangunan lainnya dibangun dan nikmati. Ironisnya, selama 76 tahun negara ini merdeka, masyarakat di Timur Indonesia, salah satuya di pelosok Maluku yakni di Kecamatan Kelimury, Kabupaten Seram Bagian Timur, kehidupan mereka masih terpencil karena minimnya sarana dan prasarana umum.
Masyarakat di sana masih berjalan kaki dari satu desa ke desa yang lain karena tidak ada jalan lintas darat. Masyarakat harus berenang melewati sungai jika hendak ke suatu tempat karena tidak ada jembatan penyeberangan. Masyarakat hanya mengandalkan jalan pantai ketika air laut surut Di malam hari masyarakat masih menggunakan lampu pelita berbahan minyak tanah karena tidak ada jaringan listrik PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Masyarakat terpaksa menaiki pohon untuk berkomunikasi karena jaringan komunikasi tidak memadai. Masyarakat harus mengumpulkan uang jutaan rupiah untuk memperoleh tiket dari desa sampai ke kota kabupaten karena tak ada transportasi laut. Jembatan atau pelabuhan kapal pun tidak ada di kota kecamatan. Namanya kota kecamatan, tapi kantor pegawai nya tidak ada. Aspek kesehatan dan pendidikan yang terpuruk, terbelakang terisolasi.
Semua itu menjadi lembaran derita yang dirasakan masyarakat Kelimury selama puluh tahun. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Maluku hingga Pemerintah Kabupaten Seram Bagian Timur seakan menutup mata. Kelimury tak lebih bagaikan anak tiri di Bangsa ini. Tak ada kepedulian pemerintah menggelar pembangunan sedikit pun di wilayah itu. perhatikan, Sungguh tak adil perlakuan Pemerintah terhadap masyarakat Kelimury di daerah pedalaman,padahal kayu, emas, minyak dan berbagai macam kekayaan alam lainnya dikeruk dari daerah itu kemudian diangkut dan diekspor yang menghasilkan devisa puluhan bahkan ratusan triliun rupiah. Yang hanya dirasakan masyarakat Kelimury hanyalah kerusakan lingkungan dan kerusakannya kerusakan lainnya serta ketertinggalan, padahal di dalam Sila kelima Pancasila di katakan “Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia”,tapi itu hanya slogan tak bermakna sebab realitanya yang dialami masyarakat Kelimury adalah penindasan dan ketidakkepedulian Pemrintah terhadap masyarakat Kelimury.
Pemerintah sudah seharusnya membuka mata hati untuk melihat ketertinggalan masyarakat Kelimury agar masyarakat Kelimury juga ikut merasakan pembangunan dan kemerdekaan dari Negara ini. (RM-03)
Discussion about this post