REFMAL.ID, Ambon – Maluku pernah berdigjaya di cabang tinju Pekan Olahraga Nasional (PON) X 1981 Jakarta dengan meraih tujuh emas dan satu perak dari kepalan tangan Wellem Gommies, Paulus Pesireron, Notje Thomas, Herry Maitimu, Charles Thomas, Elias Picaldan Max Auty. Nama terakhir kini menjadi salah satu legenda tinju Maluku yang nasibnya belum diperhatikan serius Pemerintah Provinsi Maluku.
Dia hanya bekerja seadanya sebagai tukang tambal ban di rumahnya di kawasan Benteng, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, Maluku, untuk menyambung hidup ke depan. Padahal, Max Auty punya sederet prestasi mentereng di ring tinju amatir nasional dan internasional.
Antara lain, peraih medali emas tinju kelas Welter di PON X 1981 Jakarta dan PON XI 1985 Jakarta. Warga Benteng, Kelurahan Benteng, Ambon, Maluku, ini juga pernah meraih Sarung Tinju Emas (Golden Glove) pada Kejuaraan Sarung Tinju Emas (STE) di Manado, Sulawesi Utara, Tahun 1981.
Anak Soakacindan ini pun sukses meraih medali emas kelas Welter di Sea Games XI, 6-15 Desember 1981 di Manila, Filipina.
“Saat ini hidup Bung Max paling susah. Belum ada perhatian serius Pemerintah Daerah Maluku, padahal beliau punya segudang prestasi nasional dan internasional,” ungkap Agust Lomo, rekan akrab Max Auty kepada Rony Samloy di Ambon, Rabu (12/3/2025).
Di zaman Ketua Harian KONI Maluku Agust Kaya, Max Auty pernah dihadiahi Rp. 100 Juta oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. Rumah sewaannya di Benteng saat ini dijadikan Max Auty sebagai pekerja di usaha tambal ban milik temannya untuk menghidupi isteri dan anak-anaknya.
“Saya belum pernah dengar ada bantuan KONI Maluku ke Bung Max. Yang saya tahu baru dikasih Rp 3 Juta saat Hari Olahraga Nasional di Ambon beberapa tahun lalu, ” ucap Lomo, pemilik Dan V karate itu. (RM-02)
Discussion about this post