REFMAL.ID, Ambon – Keterpurukkan prestasi olahraga Maluku di pentas Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI 2024 Aceh dan Sumatera Utara merupakan hasil perekrutan pengurus Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Maluku yang sejatinya tidak berdasarkan kompetensi keolahragaan dan hanya sekadar menjadi alat kepentingan politik mantan ketum KONI setempat Murad Ismail. Di PON XX 2021 Papua, kontingen Maluku turun satu tangga di urutan ke-21 dari 34 provinsi kontestan dari raihan “Laskar Pattimura Muda” dan “Christina Tiahahu Muda” di PON XIX 2016 Jawa Barat di mana Maluku bercokol di peringkat 20 besar nasional juga dari 34 kontestan.
Mirisnya di PON ke-21 Aceh dan Sumut, ranking Maluku jeblok di urutan 31 Nasional dari 38 provinsi kontestan. KONI Maluku periodesasi 2022-2026 bentukan Murad dicap sebagai KONI Maluku terburuk atau terjelek selama keikutsertaan Maluku sejak PON II Tahun 1951 di Jakarta.
Kesimpulannya prestasi olahraga Maluku terjerambab ke jurang keterpurukan hanya karena dua hal, yakni “salah urus” dan “diurusi oleh orang-orang salah”. Salah urus dibuktikan dengan masih adanya beban hutang pengurus demisioner yang harus dilunasi pengurus KONI Maluku yang baru.
Bayangkan Pemerintah Provinsi Maluku menggelontorkan lebih kurang Rp 16 Miliar ke PON 2024 Aceh dan Sumut, tapi akibat salah pengelolaan dan perilaku pancuri kepeng negara menyebabkan beban hutang ke pihak ketiga, KONI Pusat dan bonus peraih medali masih menjadi beban yang harus ditanggulangi Muhammad Armayn Syarif alias Sam Latuconsina dan kawan-kawan. Orang-orang salah di sini adalah orang-orang yang tidak punya latarbelakang keilmuan olahraga atau teknokrat keolahragaan, tapi dipaksa masuk karena berada dalam jaringan kekuasan dan melekat kuat patron balas budi politik.
Umpamanya Bidang Pembinaan Prestasi (Binpres) sebagai bidang paling vital dan krusial di KONI Maluku justru dipercayakan ke Arif Hentihu yang “pure” seorang politisi. Tahu apa seorang Arif Hentihu dengan “grand design” pembinaan olahraga mikro dan makro, bagaimana format apik membentuk atlet lapis pertama dan kedua atau ketiga dan istilah-istilah olahraga macam antopometri, game over, technical knock out dan lain sebagainya?.
Masih beruntung Arif mendapat ilmu segar olahraga dari mantan Ketua Harian KONI Maluku Agust Kaya. Memang kacau balau. Lucunya, aroma “orang-orang salah” di KONI Maluku masa pengabdian 2025-2029 yang dikomandoi Sam Latuconsina juga kental terasa sekalipun secara “de facto” belum ada pelantikan pengurus KONI Maluku teranyar.
Lagi-lagi di Bidang Binpres KONI Maluku, dari selentingan kabar yang terendus menyebutkan pos ini bakal dikepalai salah satu bos rumah kopi dan oknum kulit tinta yang kerjanya hanya memeras pejabat melalui penyajian berita-berita “UUD” (Ujung-Ujungnya Duit).
“Beta (saya) yang jadi wartawan olahraga di atas 20 tahun saja akan menolak mentah-mentah jika beta dikasih masuk ke bidang Binpres.
Artinya, beta masih tahu diri sebab bidang vital ini lebih layak dihuni para teknokrat olahraga bukan yang lain. Itu kalau tujuan kita sama yakni mengembalikan kejayaan Maluku di PON,” sindir salah satu wartawan senior di Ambon, Sabtu (1/3/2025).
Dia memprediksi KONI Maluku saat ini bakal dihuni kumpulan aktivis dan politisi muda “seng paham teknis keolahragaan” yang terikat tali temali pertemanan dan balas jasa kontestasi politik pemilihan Gubernur Maluku 2024. KONI Maluku kemungkinan diatur bak Organisasi Kemasyarakatan Pemuda atau Organisasi Kemasyarakatan.
“Kalau beta ibaratkan KONI Maluku saat ini hanya ganti kulit, tapi isinya hampir sama. Apalagi, ada pengurus demisioner atau pengurus lama macam Roy Mongie, John Tahapary, dan Jance Heumasse yang masih dipakai Kabinet Olahraga Sam sekalipun berganti posisi,” tuding sumber ini. (Tim RM)
Discussion about this post