REFMAL.ID,Ambon – Korban penganiayaan oknum Bintara Pembina Masyarakat Kuai Melu, Abraham Leinussa dan terduga pelaku oknum Prajurit Kepala (Praka) Wilhelmus Leti (WL) bersepakat damai dan mengakhiri perseteruan mereka tersebut. Dalam surat pernyataan yang dibuat dan ditandatangani di atas meterai cukup, Senin (25/11/2024), disaksikan keluarga dekat korban, terjadi kesepakatan di mana seluruh biaya pengobatan dan perawatan korban sebesar Rp. 15 Juta ditanggung pelaku, sedangkan korban bersepakat tidak melanjutkan kasus tersebut ke ranah hukum.
Sebagaimana diberitakan referensimaluku.id, Jumat (22/11) WL yang juga oknum Babinsa menganiaya warga Damer Abraham Leinussa hingga keluar darah (babak belur). Kejadian berawal dari korban saat itu tengah duduk bersama di atas KM Cantika Lestari, Kamis (21/11), dalam perjalanan kapal cepat itu dari pelabuhan Kaiwatu di Pulau Moa menuju Kepulauan Damer.
Tetiba datang anggota TNI-AD berinisial WL alias Emus menegur dan langsung menganiaya korban yang saat ini lagi menjabat salah satu kepala urusan di Pemerintah Desa Bebar, Kecamatan Damer, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku.
“Insiden pemukulan terjadi di KM Cantika Lestari dan berawal ketika korban lagi mengonsumsi sopi (minuman keras tradisional) bersama dengan pelaku.
Entah apa masalahnya tetiba pelaku yang adalah salah satu anggota TNI-AD memukul korban sampai babak belur dan berdarah-darah. Mungkin si pelaku merasa dia tentara. Jadi dia dengan seenaknya memukul dan menganiaya rakyat kecil,” duga John Letemulu kepada media ini, via ponsel, Jumat (22/11) dini hari.
Menurut Letemulu apa yang dilakukan WL adalah perbuatan melawan hukum dan tak dapat dibiarkan begitu saja. “Ini adalah perbuatan yang sama sekali tidak terpuji. Untuk itu saya meminta Pangdam XV/Pattimura dan Dandim Maluku Barat Daya untuk menindak tegas pelaku,” desak Letemulu.
Klarifikasi Pelaku
Sementara itu, Prajurit Kepala, Wilhemus Letti (WL) membantah melakukan pemukulan terhadap korban, AL.
Menurut WL, saat itu dirinya hanya mendorong korban dari dek atas di lambung kiri belakang kapal. ”Karena takut korban terjatuh di dasar, pelaku langsung menarik korban dan tangannya mengenai hidung korban sehingga terluka dan mengeluarkan darah. ”Jadi saat itu saya hanya menarik dia karena takut dia jatuh ke dasar,” ungkapnya kepada referensimaluku.id, Jumat (22/11) via ponsel.
Saat kejadian itu, sambung WL, dirinya tengah menggendong salah satu anaknya di dekat rombongan teman-temannya. Tiba-tiba datang korban yang sudah dalam kondisi mabuk, tapi masih sadar. Lalu, korban sudah bicara ”ngelantur” (bicara sembarangan) dan menjulurkan lidah. Salah satu keluarga pelaku memberikan rokok kepada korban tapi korban hanya menghisap dua kali lalu dibuang dan dinjak-injak korban. Korban juga menginjak genangan air di dek yang mengena penumpang yang lain.
Karena sikap korban sudah menyinggung orang lain, saya diminta untuk menertibkan. Tapi yang saya sampaikan tidak diindahkan oleh korban. Memang dia (korban) sudah mabuk dan bicara sudah tidak kontrol lagi. Saya hanya diminta tertibkan tapi yang saya sampaikan juga tidak didengar,” tandas WL. (RM-02)
Discussion about this post