Referensimaluku.id,- Maluku dan Papua menjadi penting dalam bingkai keberagaman dan kesatuan negara kesatuan Republik Indonesia, namun tidak dapat dipungkiri bahwa berbagai rentetan konflik masih terjadi sampai saat ini, sehingga kerja-kerja perdamaian yang sudah maksimal harus lebih dimaksimalkan lagi.
Apalagi dengan berkaca pada kondisi geopilitik dan geoekonomi global saat ini maka dapat dipastikan pemekaran 6 Provinsi baru di Papua memang bertujuan untuk mempercepat pembangunan tetapi tidak menjamin bahwa letupan konflik tidak akan terjadi lagi.
“Penambahan pasukan di Papua selama ini ternyata belum maksimal dalam menghentikan konflik-konflik yang terus bermunculan, sehingga harus ada cara-cara lain yang dipakai untuk mewujudkan pembangunan di Papua yang inklusif, aman, berketahanan dan berkelanjutan,” tegas aktivis sekaligus founder Tahuri Foundation, Yohansli Noya.
Kita juga harus betul-betul memastikan bahwa letupan konflik selama ini apakah murni karena senjata yang dipakai dan bereder apakah hanya dari dalam negeri atau adanya suplay senjata dari luar.
“Kalau ada suplay senjata dari luar berarti sudah bisa dipastikan bahwa adanya state sponsor for freedom dari negara lain, kita bisa belajar dari Laurent Desire Kabila, Mantan Presiden Republik Demokratik Kongo, dimana Kabila memerdekakan Republik Kongdo dengan Sponsor berupa uang melimpah dan senjata dari Canada”, lanjut Noya.
Sponsor dari Canada ini tentu karena Repbulik Kongo punya cadangan kobalt yang melimpah, dimana kobalt ini diperlukan untuk membuat ponsel pintar dari Apple, Samsung, Microsoft, dll. Tanah di Republik Kongo juga 90 persen mengandung emas, sehingga ini menjadi menarik.
Sama halnya juga dengan Papua yang kaya raya akan emas, minyak dan gas, bahkan sumber daya alam lainnya. Kita tidak bisa menutup mata apalagi ada operasi CIA yang sebelumya berhasil mengasai Freeport selama puluhan tahun dan sekarang berhasil diakuisi, tetapi adanya suaka yang diberikan oleh Inggris dan Australia kepada pemimpin pro Papua harus menjadi pekerjaan rumah kita kedepan.
Sehingga kerja-kerja perdamaian yang lebih soft dan futuristik akan kami diskusikan dengan presiden terpilih untuk kerja-kerja perdamaian di Papua dan Maluku kedepan. (*)
Discussion about this post