Referensimaluku.id.Ambon-Guru Besar Olahraga Universitas Pattimura Profesor Alberthus Fenanlampir memprediksi Pekan Olahraga Provinsi Maluku (Popmal) IV pada 17-27 November 2022 di Kota Ambon tak akan dapat mewujudkan dengan baik tiga sukses, yakni partisipasi,penyelanggaraan dan prestasi.
“Trisukses multievent olahraga seperti Popmal IV mungkin tidak akan terwujud dengan baik setelah dikaji dari berbagai aspek,” sahut Fenanlampir kepada referensimaluku.id di Ambon, Sabtu (5/11/2022).
Fenanlampir menjelaskan jika berbicara soal sukses prestasi tak ada, karena tidak semua cabang-cabang olahraga unggulan dan cabor prioritas yang dilombakan atau dipertandingkan di Popmal IV.
“Saya ambil contoh dayung. Dayung ini kan cabor terukur dan selalu menjadi penyumbang medali di beberapa episode Pekan Olahraga Nasional yang pernah diikuti. Pertanyaannya kenapa dayung tidak dilombakan di Popmal IV,” tanya Wakil Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unpatti ini.
Soal sukses partisipasi, urai Fenanlampir, memang ada tapi jumlahnya mungkin tak mencukupi karena ada beberapa kabupaten dan kota yang terpaksa membatasi cabor karena anggaran yang minim dan persiapan yang kurang matang.
“Kabupaten Kepulauan Tanimbar misalnya, hanya mengikutsertakan empat cabor di Popmal kali ini. Padahal awalnya hanya tiga cabor yakni karate, atletik dan tinju, tapi setelah dibahas Alot lalu dinaikan jadi empat. Mungkin Kabupaten Aru juga begitu.
Baru saya dapat informasi kalau Maluku Tengah gagal mengikutsertakan Wushu di Popmal IV,” ucapnya. Lebih lanjut soal sukses penyelenggaraan, ulas Fenanlampir, sangat relatif karena hal itu sangat tergantung pada dua komponen utama, yakni Technical Delegate (TD) dan Wasit.
“Kalau bicara soal TD berarti cakupannya luas mulai dari gedungnya, peralatannya, wasitnya, peraturannya dan semua hal yang diatur dari awal sampai akhir multievent macam Popmal IV. Nah, kalau bicara soal wasit ini juga yang paling penting sebab yang dituntut di sini adalah profesionalitas karena masing-masing kontingen datang dengan semangat dan fanatisme kedaerahan masing-masing,” jabarnya.
Fenanlampir menyatakan masih ada kesalahan persepsi di sebagian kalangan masyarakat olahraga yang menyamakan kedudukan dan peran TD adalah sama dengan wasit. “TD itu yang menentukan layak atau tidaknya gedung atau Venue, TD bisa menghentikan pertandingan dan lain-lain persiapan dari awal sampai akhir.
Kalau Wasit kan hanya pimpin saat pertandingan jalan. Itu bedanya TD dan Wasit ibarat dua kutub mata angin yang berbeda,” tutupnya. (RM-03)
Discussion about this post