Dr. M.J. Latuconsina, S. iP, MA
Pemerhati sosial, Ekonomi&Politik
Referensimaluku.id,-Ambon– Hampir semua mantan gerliyawan yang menjadi presiden di dominasi para pria. Sebut saja Sanchez Ceren di San Salvador, Daniel Ortega di Nikaragua, Jose Mujica di Uruguay, Ho Chi Minh di Vietnam, Deng Xiaoping di China, Fidel Castro di Kuba, dan José Alexandre Gusmão di Timor Leste adalah para pria yang menjadi presiden di negaranya masing-masing.
Lain halnya dengan Dilma Vana Rousseff, wanita kelahiran Belo Horizonte-Brasil 14 Desember 1947 lampau itu, adalah salah seorang perempuan eks gerilyawan Marxis yang menjadi Presiden Republik Federal Brasil. Ia adalah putri dari seorang imigran Bulgaria, Rousseff dibesarkan dalam sebuah rumah tangga kelas menengah atas di Belo Horizonte.
Ia menjadi seorang sosialis selama masa mudanya, setelah terjadi kudeta 1964, ia bergabung dengan berbagai kelompok sayap kiri dan gerilya perkotaaan Marxis yang berjuang melawan kediktatoran militer. Rousseff akhirnya ditangkap, disiksa, dan dihukum penjara antara tahun 1970 hingga 1972 oleh diktator militer kala itu.
Setelah ia dibebaskan, Rousseff membangun kembali hidupnya di Porto Alegre bersama dengan Carlos Araújo. Mereka berdua membantu mendirikan Partai Buruh Demokrat (PDT) di Rio Grande do Sul, dan berpartisipasi dalam beberapa kampanye pemilu partai.
Ia menjadi Menteri Keuangan Kota Porto Alegre dalam pemerintahan Alceu Collares, dan kemudian menjadi Menteri Energi Negara Bagian Rio Grande do Sul di bawah pemerintahan Collares dan Olívio Dutra. Pada tahun 2000, setelah sengketa internal dalam kabinet Dutra, ia meninggalkan PDT dan bergabung dengan Partai Pekerja (PT).
Pada tahun 2002, Rousseff bergabung dengan komite yang bertanggung jawab atas kebijakan energi calon presiden Luiz Inácio Lula da Silva, di mana, setelah memenangkan pemilu, ia diangkat menjadi Menteri Energi. Pada tahun 2005, krisis politik yang dipicu oleh skandal korupsi Mensalão menyebabkan pengunduran diri dari Kepala Staf José Dirceu.
Rousseff mengambil alih posisi itu, menjabat sampai dengan 31 Maret 2010, ketika ia mengundurkan diri untuk mencalonkan diri sebagai presiden. Ia terpilih sebagai presiden pada 31 Oktober 2010, setelah mengalahkan calon dari Partai Sosial Demokrasi Brasil (PSDB), José Serra, dan terpilih kembali pada 26 Oktober 2014 dengan kemenangan tipis pada putaran kedua atas Aécio Neves, yang juga calon presden dari PSDB.
Meskipun dalam karirnya Rousseff pernah bergabung dengan berbagai kelompok sayap kiri, dan gerilya perkotaaan Marxis yang berjuang melawan kediktatoran militer di era Presiden Humberto de Alencar Castelo Branco, yang kemudian menjadi titik balik kesuksesan kiprahnya dalam dunia politik di negeri samba itu.
Namun rupanya Rousseff tidak kuat menghadapi turbelensi politik domesetik yang menghadangnya. Pasalanya pada 3 Desember 2015, proses pemakzulan terhadap Rousseff secara resmi diterima oleh Kamar Deputi. Pemakzulan itu lantaran ia dituduh mengalihkan anggaran antar pemerintah secara ilegal, dan juga dituduh berusaha menutup defisit program sosial sebagai upaya mendorongnya untuk dipilih lagi untuk kedua kalinya pada Oktober 2014.
Pada 12 Mei 2016, Senat Brasil menangguhkan sementara kekuasaan dan tugas Presiden Rousseff selama enam bulan atau sampai Senat mencapai vonis: untuk menurunkannya dari jabatan jika ia terbukti bersalah atau untuk membebaskanya dari kejahatan yang dituduhkan kepadanya. Selanjutnya Wakil Presiden Michel Temer mengambil alih kekuasaan dan tugasnya sebagai Penjabat Presiden Brasil selama masa penangguhan itu.
Akhirnya lonceng kematian pun berbunyi, sebagai tanda berakhirnya karir politik puncak Rousseff, pada 31 Agustus 2016 Senat Brasil dengan perbandingan suara 61-20 mendukung pemakzulan, Rousseff dinyatakan bersalah karena melanggar undang-undang anggaran dan menurunkannya dari jabatan Presiden Brasil.(Berdikarionline, Kompas : 2016, Wikipedia : 2017). (*)
Discussion about this post