Referensimaluku.Id.Ambon-Stadion Mandala Remaja di bilangan Karang Panjang, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, Maluku, masih merupakan stadion kebanggaan warga kota ini sejak dibangun di paruh 1970an.
Informasi yang diperoleh referensimaluku.id, Sabtu (9/10/2021), menyebutkan Stadion Mandala Remaja Ambon adalah satu satu hasil di balik kesepakatan Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Jepang dalam kesepakatan “menggadaikan” Laut Banda selama 50 tahun. Politisi-politisi dan birokrat yang memerintah di Maluku pada dekade 1970an hingga 1980an tentu tahu persis agreement tersebut.
Kisah historis ini nyaris mirip pertukaran Manhattan (Amerika Serikat) dengan Pulau Rum (Bandanaira) di Maluku antara Pemerintah Inggris dan Pemerintah Kolonial Belanda pada 31 Juli 1667 di kota Breda, Belanda.
Sejak akhir 1970an hingga 1980an di Stadion Mandala Remaja Karpan selalu mengukir dan terukir kisah menawan soal tim Perserikatan PSA Ambon yang kini redup bersama kerusakan sebagian sisi Stadion yang sempat masuk kategori terbaik di Indonesia Timur menyaingi Stadion Mattoanging (Makassar), Klabat (Manado) dan Stadion Mandala di Jayapura.
Kini semua tinggal kenangan. Stadion Lukas Enembe di Jayapura, Papua, yang menjadi lokasi seremonial perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2021 Papua oleh Presiden Joko Widodo pada 2 Oktober 2021 mengalahkan semua “pandangan-pandangan sombong” orang Maluku.
Di bidang olahraga, Papua kini telah jauh berada di atas provinsi-provinsi di Indonesia Timur termasuk Maluku. Sepanjang pelaksanaan PON I di Surakarta 9-12 September 1948 hingga PON XX di Papua 26 September 2021 hingga 15 Oktober 2021 hanya Papua satu-satunya provinsi di Indonesia Timur yang berani dan sukses menggelar PON sekalipun di tengah kekurangan-kekurangan.
Wajar saja baru pertama kali menggelar PON. Lalu Maluku? Pejabat-pejabat lokal masih terbius romantisme masa lampau. Gaya berpikir dan pola tindak masih mengikuti cara “kompeni” alias individualistis, serakah dan haus kekuasaan. Pejabat-pejabat dan elite birokrat di daerah ini tak lebih dari kumpulan “tukang kewel” yang banyak berbicara tapi tak berani berkorban untuk kemajuan olahraga Maluku. Letak Stadion Mandala Remaja Karpan relatif berdekatan dengan rumah-rumah dinas pejabat-pejabat di daerah ini tapi jarang mereka berbicara soal bagaimana memelihara dan menjadikan stadion ini lebih megah dan ikonik.
Maluku boleh bangga menjadi satu dari delapan daerah yang ikut mendirikan Republik Indonesia. Tapi untuk prestasi olahraga sungguh memalukan. Selama empat edisi PON terakhir Maluku selalu berada di peringkat 20. Itu pun direbut dengan susah. Lebih menyakitkan banyak atlet asal Maluku dan berdarah Maluku sukses menyumbang medali bagi daerah-daerah lain di setiap event PON termasuk di PON XX Papua. Pada dekade 2000an Stadion Mandala Remaja Karpan pernah dijadikan lokasi partai usiran antara Persipura Jayapura dan PSM Makassar. Menariknya saat itu Persipura diperkuat pemain asal Brasil yang pernah membela “Juku Eja” (julukan PSM) Luciano Leandro.
Pada 2010 dan 2011 Rapat Anggota Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Maluku dalam rekomendasinya menghendaki swastanisasi Stadion Mandala Remaja Karpan. Tapi selalu mentok karena peraturan daerah dan ketidakpahaman pemerintah daerah Maluku akan konsep keolahragaan. Keluhan Asosiasi Provinsi PSSI Maluku soal swastanisasi dengan pembagian hasil 70:30 juga selalu “kandas” di meja Kepala Biro Perlengkapan Sekretariat Provinsi Maluku.
Kedatangan Menteri Pemuda dan Olahraga RI Zainudin Amali ke Ambon pada akhir 2020 yang juga sempat prihatin setelah melihat kondisi terkini stadion Mandala Remaja Karpan. Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Maluku Sandi Wattimena dalam keterangan pers menyebutkan anggaran rehabilitasi Stadion Mandala Remaja Karpan sudah diusulkan ke Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia tapi belum direspons karena pandemi Covid-19. Ada benar juga.
Tapi di saat drainase,lampu stadion, bench penonton, atap stadion dan tembok stadion mulai retak dan rusak dikikis air, tak ada pejabat Pemprov Maluku dan anggota DPRD Maluku yang bersuara dan mengambil sikap mendesak. Ini belum termasuk jumlah bonus PON XX Papua yang masih misteri. Pejabat-pejabat kita di daerah ini memang tidak tahu malu. Ketika masyarakat butuh sikap pemerintah akan nasib atlet Maluku di PON XX Papua dan peduli Stadion Mandala Remaja Karpan justru mereka ribut soal jabatan politik ke 2024. (RM-02)
Discussion about this post