Referensimaluku.Id.Ambon- Pemuda Honitetu menyatakan sikap menolak pernyataan Bupati Seram Bagian Barat Timotius Akerina tentang pemilihan kepala desa (pilkades) yang akan dilakukan di Kabupaten berjuluk “Saka Mese Nusa” itu. “Pilkades tetap berjalan, namun tidak boleh memaksakan negeri adat yang memang tidak ingin untuk terlibat dalam pilkades,” tegas komponen pemuda Honitetu Eli Laiuluy kepada referensimaluku.id di Ambon, Minggu (26/9).
Sebagai pemuda adat negeri Honitetu, Laiuluy mengharapkan pemerintah desa dan Badan Pemerintahan Desa (BPD) Honitetu serta jajarannya tidak terburu-buru mengikuti jalannya pilkades seraya tetap menunggu hingga Peraturan Daerah (perda) tentang Penetapan Negeri Adat disahkan.”Karena mengikuti pilkades itu sama saja memisahkan kita dari adat istiadat yang telah dititipkan oleh para leluhur kita sejak dahulu. Lagian kita sebagai masyarakat adat juga dilindungi dan dihargai oleh Undang-Undang Dasar 1945. Jadi kita tidak perlu takut untuk tidak terlibat dalam pilkades karena kita akan tetap mendapatkan hak yang sama seperti desa”.
“Olehnya itu masyarakat tidak boleh terprovokasi oleh isu-isu yang berkembang terkait perbedaan dan perhatian pemerintah terhadap desa dan negeri, karena keduanya akan mendapatkan hak yg sama”. “Pemerintah Desa Honitetu dan jajarannya jangan membuat sesuatu atas dasar keputusan sekelompok orang saja, tetapi harus melibatkan seluruh elemen masyarakat secara kolektif, apalagi ini mengenai jati diri negeri adat yg sudah seharusnya dirawat”.
“Untuk itu perlu adanya kesepakatan bersama dan sosialisasi yang baik untuk masyarakat lebih dulu agar tidak menimbulkan kesan buruk terhadap kinerja pemdes, BPD dan jajarannya sebagai para pemimpin”.
“Jika pilkades di Honitetu tetap dipaksakan untuk berjalan tanpa dukungan penuh dari masyarakat, maka pihak yang menjalankan Pilkades di Honitetu harus bertanggung jawab jika suatu saat status negeri dipertanyakan. Sebab jika tidak, maka mereka akan dicap sebagai kelompok atau oknum-oknum yang menghilangkan jati diri Honitetu sebagai negeri adat”.
“Para pemuda setempat juga menginginkan adanya kehidupan sosial yang baik antar orang basudara di Honitetu. Jadi sekalipun ada perbedaan pendapat, solusi maupun tawaran namun para pemuda berharap hal itu tidak akan mengganggu stabilitas kehidupan sosial orang basudara dan tidak boleh ada ego maupun rasa kebencian yang bangkit dalam diri masing-masing, karena perbedaan-perbedaan itu adalah hal yabg biasa yang sering terjadi secara universal dalam kehidupan sehari-hari dan dalam menganalisis kehidupan yg masih jauh ke depan”.
“Jadi apapun diperdebatkan hari ini tidak boleh sampai merusak tatanan kehidupan kita selaku orang basudara”.
“Masyarakat Honitetu juga diharapkan tidak terlibat Pilkades karena jika hal ini terjadi, maka akan menurunkan tingkat kehidupan sosial selaku orang basudara dan pastinya akan ada kubu-kubu yang dibangun untuk mencapai apa yang diinginkan dalam perhelatan pilkades nanti.
Hal inilah yg kemudian bisa saja berpotensi tidak baik, dan sudah seharusnya selaku anak adat negeri Honitetu kita berharap masyarakat mau menjaga identitasnya sebagai negeri adat,” tutup Laiuluy. (RM-05)
Discussion about this post