Referensimaluku.id,Ambon -Tokoh olahraga Maluku Heygel Tengens digadang-gadang komunitas olahraga lokal salah satu nominator peraih penghargaan (Award) Seksi Wartawan Olahraga (SIWO) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Maluku Tahun 2023. Sekadar diketahui di tahun 2008, Heygel nyaris meraih SIWO PWI Maluku Award setelah kalah satu suara atas mantan Walikota Ambon dua periode (2005-2010 dan 2010-2015) Marcus Jacob atau Jopi Papilaja.
Saat itu berkat Program “Ambon Gemilang”, Jopi unggul 19 suara atas Heygel yang terpaut satu digit di bawah, 18 suara. “Sudah saatnya PWI Maluku melalui SIWOnya memberikan penghargaan untuk om Heygel Tengens. Beliau sangat layak meraih penghargaan ini,” nilai pemerhati olahraga Maluku Theo Rehiraky kepada referensimalukuid via WhatsApp, Kamis (13/7/2023). Menurut mantan jurnalis Harian Metro Maluku dan Ambon Ekspres tak ada yang meragukan Heygel untuk meraih SIWO PWI Maluku 2023.
“Kalau ditanya siapa sosok yang sudah puluhan tahun berdarah-darah untuk olahraga Maluku, maka om Heygel jadi pembeda dari sosok nominator lain,” kesan Theo. Heygel sudah hampir 40 tahun atau empat dekade berkontribusi bagi pembinaan dan pembinaan olahraga Maluku. Dia cukup berdarah-darah bagi olahraga. Tenaga, pikiran, waktu hingga materi sudah tak dapat dihitung lagi hanya untuk membangun anak-anak Maluku yang punya bakat di cabang judo, sepakbola, pencak silat, tinju maupun cabang olahraga lain.
Pelangi di tengah atmosfer pembinaan dan pengembangan olahraga Maluku tak berwarna ceriah jika tak melukis indah nama Heygel Tengens. Hati dan jiwanya utuh untuk membangun olahraga. Di masa muda Heygel pernah bergelut di matras judo. Dia pernah beberapa kali mengikuti event-event nasional judo mewakili Maluku. Ikut juga beberapa personel-personel polisi di bawah Kepolisian Daerah Maluku.
Banyak di antara mereka yang sudah wafat. Selain judo, Heygel juga aktif sebagai pemain sepakbola. Lebih dari 10 tahun suami dari Hilda Kastanya ini berada di bawah mistar sebagai penjaga gawang.
Dia berulang kali membela klub Bintang Timur, sebuah klub perserikatan di Kota Ambon, dekade 1970an hingga 1980an. Di akhir dekade 1989an, ayah kandung Cinthya Tengens, presenter program Jejak Petualang TransTV, memilih gantung sepatu sebagai atlet judo dan pemain sepakbola.
“Nadi pembinaan” Heygel terhenti di judo, tapi bukan di sepakbola. Di masa (mendiang) Augutinus Kaya, Kepala Bidang Olahraga di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Maluku, Heygel dipercayakan sebagai juru taktik (alenatore) pelajar Maluku di Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) 1991 Jakarta, Popnas 1995 Jawa Timur dan Popnas 1997 Jawa Tengah.
Anak-anak binaan Heygel produk Popnas, di antaranya Dedy Umarella, mantan pemain PSSI Baretti yang pernah berguru ke Italia dan Rahel Tuasalamony, juru gedor Persebaya Surabaya. Ayah kandung advokat LBH Mawar Saron Jecky Tengens, mantan Ketua Presidium Mahasiswa Indonesia di Universitas Tilburg, Belanda, ini juga pernah membesuti tim sepakbola pelajar Maluku di Arafura Youth Games 1996 di Manado, Sulawesi Utara. Selepas itu bersama (almarhum) Mochsen Alhamid, Darul Kutny Tuhepaly dan Hasan Karim, Heygel mengurusi pencak silat.
Di Pengurus Provinsi (Pengprov) Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Heygel menjabat bendahara. Hanya satu periode dia di sini. Namun, di tengah aktivitas organisasi cabor bela diri asli Indonesia itu Heygel kembali ditunjuk Sekretaris Umum KONI Maluku 2003-2008 (almarhum) Augutinus Kaya sebagai Manajer Tim Pencak Silat Maluku di Pra Pekan Olahraga Nasional (PON) XVII 2007 di Stadion Matoanging, Makasar, Sulawesi Selatan. Sepulang dari Makassar, Heygel dipercayakan secara aklamasi sebagai Ketua Pengurus Kota (Pengkot) IPSI Ambon. Lebih kurang 3 tahun Heygel mengurusi pembinaan pencak silat di ibu kota Maluku. Tak lupa setiap Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IPSI di Padepokan Silat milik Jenderal Purnawirawan Prabowo Subianto di Jakarta, Heygel mengikuti dan sempat berswafoto dengan salah satu calon Presiden Republik Indonesia 2024-2029 itu.
Jenuh di pencak silat, Heygel menggaet (almarhum) Hein Pattiasina, Hendrik Latupeirissa, Rony Soenarjo dan Rony Samloy (jurnalis olahraga senior Maluku) mendirikan Sekolah Sepakbola (SSB) Amboina atau Amboina Football Scholl (AFS) dengan homebase di Lapangan Merdeka Ambon sebelum dipasang batu-batu bata atas keinginan Gubernur Maluku Murad Ismail.
Hampir tiga tahun AFS membina anak-anak Maluku di Ambon bermain sepakbola. Di bangku kepelatihan ada Jemy Poetiray, legenda dari Dinasti Poetiray yang pernah mengharu biru sepakbola Indonesia di dekade 1990an, yang dipercayakan mengasuh pemain-pemain muda Ambon,Maluku. Tak pernah kenal lelah dalam membangun olahraga Maluku.
Saban pagi dan sore, bapak empat anak ini berolahraga. Sesekali dia “menyelinap” di markas Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Maluku di Stadion Mandala Remaja di Karang Panjang, Kecamatan Sirimau, Ambon, untuk memberikan ilmu dan taktik sebagai penjaga gawang bagi tim sepakbola pelajar Maluku. Sehabis berolahraga, Heygel kerap nyambi di rumah kopi Tradisi Joas di Pangkalan Taxi, Jalan Said Perintah, Kelurahan Honipopu, Sirimau, Ambon, Maluku. Di kafe terkenal di Indonesia dan Amerika Serikat ini, Heygel banyak mengkritik kebijakan tak pro atlet maupun pelatih oleh pengurus KONI Maluku di masa Tony Donald Pariela hingga Murad Ismail.
Karena alergi kritik, nama Heygel acapkali disingkirkan pengurus KONI Maluku di setiap anugerah pembina olahraga terbaik Maluku bertepatan Hari Olahraga Nasional (Haornas), setiap 9 September. Jangan sampai SIWO PWI Maluku juga melakoni hal serupa. Tetap profesional dan obyektif dalam memberikan penilaian. “Prinsipnya hindari pesan sponsor calon-calon tertentu,” ingat jurnalis olahraga senior Maluku Rony Samloy, Kamis (13/7/2023). Samloy berharap SIWO PWI Maluku tidak terjebak pada perspektif dana hibah lalu mengorbankan hakikat dan dinilai luhur olahraga di balik pemberian Award SIWO PWI Maluku. “Harus diletakan kriteria-kriteria sebagai variabel utama dalam penilaian nanti,” ingat advokat muda dan jurnalis senior Maluku ini. (RM-04)
Discussion about this post