Referensimaluku.id.Ambon — Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Ambon, Steiven Patty mengatakan bahwa Disnaker Kota Ambon bekerja sama dengan beberapa perusahan diantaranya, pertama bekerjasama dengan California Education Center (CEC) dimana CEC ini di pimpin oleh Elly Yana.
Tugas dari pada California Education Center ini adalah mempersiapkan anak – anak daerah untuk bekerja di Australia. Jadi skill mereka ini di siapkan sesuai dengan kebutuhan yang ada di Australia, ujar Steiven Patty dalam konfrensi pers di Balai Kota Ambon, Kamis (30/3/2023).
Kedua Disnaker bekerjasama dengan International Word Group di Australia, dimana IWG ini punya tugas untuk mencari lapangan kerja bagi kandidat – kandidat yang ada di Australia, dan IWG ini sudah kerjasama dengan Astonpolic yang merupakan salah satu lembaga di Australia. Disana juga nanti sama – sama CEC untuk mempersiapkan adik – adik kita disini yang sesuai dengan standar yang diinginkan di Australia otomatis Disnaker membuka seleksi terhadap calon kandidat yang mau ingin kerja di Australia, jelasnya.
Untuk ketahuan semua bahwa sebanyak 430.000 calon yang mendaftar tapi kita masih masuk Pra-persiapan untuk kandidat ini, setalah dari 430.000 ini diseleksi interveu yang punya potensi untuk kerja di sana yaitu 148. 148 ini yang nantinya dibina dan disiapkan mereka dari semua persyaratan – persyaratan untuk mereka bekerja.
“Kami dari Disnaker tidak punya kompetensi untuk menilai standar yang di inginkan di sana seperti apa. Makanya kita mengandeng California Education Center sebagai konsultan yang mempersiapkan tenaga – tenaga kerja tersebut” ujarnya.
“Kita baru mulai dan belum berproses baru persiapan 4 persen, dari 400.30 itu setalah di interviuw dengan CEC baru yang punya potensi 148 dan dari 148 ini kita baru masuk untuk mendatakan kembali, apakah 148 ini betul – betul punya berminat untuk bekerja di sana. Olehnya itu Kita masih membuka pendaftaran sampai hari Jumat (31/3/) besok. Setelah itu baru kita berproses tahapan-tahapannya”, ucapnya.
Untuk diketahui semua satu proses untuk sampai ke sana pasti membutuhkan biaya besar. Estimasi biaya sampai di sana itu yang berdasarkan pengalaman dari CEC ini di estimasinya sebesar Rp 85 juta, dan 85 juta ini diperuntukkan untuk semua pembiayaan yang terkait dengan awal proses sampai bekerja, ujar Patty
Patty menjelaskan, Ada 13 item tahapan – tahapan yang di input semua itu jumlah biayanya sebesar Rp 85 juta untuk melakukan pelatihan skill sehingga sampai di sana punya pendalaman, dan itu salah satu persyaratan untuk kerja di sana. Kemudian ada pengurusan visa otomatis dalam pengurusan visa ada dokumen – dokumen yang perlu disiapkan salah satunya seperti sertifikat AES itu sebagai perurusan persyaratan Visa, otomatis mesti ada sertifikat AESD. kemudian di dalam 85 juta itu termasuk asuransi kesehatan, pengurusan bank, tiket-tiket, biaya hidup bagi mereka selama satu minggu dan tempat nginap mereka di sana, jadi semua inputnya 85 juta itu gratis siap kerja.
Kalau sudah pergi ke sana pasti kerja karena kita sudah kerjasama dengan IWG untuk tugasnya untuk mencari tempat kerja bagi adik – adik kita yang ingin bekerja di Australia.
Waktu persiapan itu kami perkirakan sekitar 6 bulan dan 6 bulan itu paling lambat dalam proses itu sudah berada tapi kalau ada yang sudah prosesnya cepat dia punya sertifikat untuk karyanya dia di sana lebih cepat, dia lebih berangkt dan semua itu tergantung dari prosesnya.
Sementara, CEO California Education Center (CEC) Elly Yana, menyampaikan bahwa calon pekerja di Australia mempunyai biaya sebesar Rp 85 juta adalah untuk mengurus kandidat ini. Pertama, sebagai kelayakan mereka bekerja, mereka harus bersertifikasi standar Australia.
Kalau di Indonesia itu sertifikasi BNSP, yang sudah punya sertifikasi berarti sudah kualifait dan yang tidak punya sertifikasi tidak kualifait tidak bisa di akui dan untuk berangkat kesana itu sertifikasi dari Astonpolic, ujar Elly.
Setelah mereka mendapatkan sertifikasi dan kita akan memberikan pembelajaran sampai dia bisa berbahasa ingris sehingga dia mampu untuk mengambil sertifikat IELTS sejinis TOEFL. Karena skor yang di minta itu minimal 4,5. Jadi pelatihan itu kita lakukan sampai mereka bisa melakukan proses untuk mendapatkan sertifikat IELTS.
Sertifikat IELTS itu harus di bayar kurang lebih Rp 3 juta lebih tergantung kurs dolarnya. Kemudian mereka ikut pelatihan mulai dari soff kill has kill dan fisik selama 6 bulan sambil proses dokumen, dan mereka tinggal di asrama dan mereka makan 3 kali sehari dan semua sudah input di dalamnya.
Untuk dokumen karena ini proses keluar negeri dokumen mereka semua harus di translit dalam bahasa ingris dan tersumpah, karena ada khusus badan yang membuat itu juga membutuhkan biaya lembaran – lembaran tersebut di hitung perlembar. Berapa banyak dokumen mereka, sebanyak itu juga di translit.
Mereka yang pemeriksa itu kan dari Australia mereka tidak paham, jadi kita harus translit. Kita sebagai konsultan mengurus dokumen mereka merekomendasi dari pemerintah Indonesia tentu yang bekerja itu butuh transportasi dan lainnya membutuhkan biaya itu juga.
Mereka juga mendapat dua asuransi yaitu asuransi Indonesia yang menjamin mereka itu asuransi jiwanya sampai jenazah mereka di bawah pulang dan nilainya sebesar Rp 60 juta dari Bank BRI, karena pemerintah Australia tidak mau direpotkan dengan anak tersebut dengan asuransi ini yang bisa mengurus sehingga keluarganya bisa jemput. Kedua asuransi Australia sendiri yaitu asuransi kesehatan, jadi kalau mereka bekerja sudah ada asuransinya itu sudah termasuk didalam biaya tersebut, pungkas Elly. (RM-04)
Discussion about this post