Referensimaluku.Id.Ambon-Suara Sprinter Indonesia asal Maluku Alvin Tehupeiory,26, memang belum sukses membawa pulang medali dari Lintasan Atletik Stadion Nasional pada Olimpiade Tokyo 2020. Setelah masuk peringat ketiga heat pertama dan lolos ke putaran pertama nomor lari 100 meter putri Olimpiade Tokyo, Jumat (3/7/2021) siang, mantan atlet Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Maluku hanya mampu finish dan peringat kedelapan atau urutan terakhir.
Sekalipun begitu, personel Korps TNI-AD Kodam XVI/Pattimura mengaku memiliki pengalaman berharga berlomba satu heat dengan salah satu idolanya Elaine Thompson asal Jamaika. Elaine akhirnya sukses menyabet emas di nomor lari 100 meter putri Olimpiade Tokyo 2020 dengan catatan waktu 10,61 sekaligus memecahkan Rekor Olimpiade (Olympic Record) yang sudah bertahan 33 tahun atas nama pelari Amerika Serikat (AS) Florence Griffith Joyner dengan waktu 10,62 di Olimpiade Seoul, Korea Selatan pada 1988 silam.
“Saya mendapat pengalaman paling berharga dapat ikut satu heat dengan idola saya (Elaine Thompson). Saya lihat bagaimana dia pemanasan, dia ramah menyapa semua peserta, dan bagaimana dia mampu memenangi perlombaan ini dengan caranya yang luar biasa,” kata Alvin kepada referensimaluku melalui saluran telepon dari Tokyo, Jepang, Minggu (1/8) pagi waktu setempat.
Wanita kelahiran Hutumuri, Ambon, itu meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia dan terutama masyarakat Maluku karena belum dapat mengukir prestasi terbaik di Olimpiade Tokyo 2020. “Saya meminta maaf belum berhasil memberikan terbaik. Mudah-mudahan ke depannya saya lebih siap dan lebih keras lagi berlatih,” tekadnya. Saat ini Alvin memfokuskan diri ke lintasan atletik Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua pada Oktober 2021. “Karena Sea Games 2021 Vietnam batal, saya fokus ke PON Papua,” imbuhnya.
Menyinggung target meraih medali untuk Maluku di PON Papua Alvin berujar tentu ada namun belum mau berspekulasi. “Untuk target medali di PON Papua tentu ada. Tapi, heran kok dua bulan mau ke PON Papua belum ada kejelasan soal bonus oleh KONI Maluku, padahal bonus itu juga penting untuk dongkrak prestasi atlet di event olahraga,” ungkapnya prihatin.
Alvin menilai pengurus KONI Maluku tak punya perasaan karena honor anggota Satuan Tugas (Satgas) PON XX Maluku lebih besar dari honor atlet. Honor seorang atlet Rp.2,8 juta per bulan, pelatih Rp.2.850.000 per bulan,sedangkan Satgas diganjar bonus per bulan Rp.3-4 juta per orang.
“Saya anggap pengurus KONI Maluku tak punya hati. Kita susah payah latihan pagi dan sore hanya dikasih honor Rp.2,8 juta. Minta peralatan dan kebutuhan latihan juga susahnya minta ampun. Bukankah pengurus KONI Maluku itu harus melayani atlet dengan tulus karena itu bentuk pengabdian tulus mereka,” paparnya.
Alvin mengimbau Pemerintah Provinsi Maluku dan induk organisasi atletik setempat segera melakukan regenerasi agar ke depannya ada atlet-atlet Maluku yang berlaga di multievent olahraga macam Sea Games, Asian Games hingga Olimpiade.
“Regenerasi itu sudah saatnya dilakukan Pemprov dan pengurus PASI Maluku,” serunya. Semangat Alvin. PON Papua kini menanti torehan menawanmu. (RM-02)
Discussion about this post