Referensimaluku.id,-Ambon-
Oleh : Dr. M.J. Latuconsina, S.IP,MA
Staf Dosen Fisipol Universitas Pattimura
Bak ungkapan kontemplatif dari Johann Paul Friedrich Richter, yang populer dengan sapaan
Jean Paul (1763-1825), salah seorang penyair berkebangsaan Jerman bahwa, “memori adalah satu-satunya surga yang tidak bisa kita usir.” Demikian halnya memory kita tentang sosok Süleyman Demirel (1924-2015), yang hingga kini masih hangat dalam pikiran kita.
Ia adalah seorang politikus dan negarawan Turki, yang menjabat sebagai Presiden ke-9 Turki dari tahun 1993 sampai 2000. Sebelumnya ia menjabat sebagai Perdana Menteri Turki lima kali antara tahun 1965 dan 1993. Süleyman Demirel adalah pemimpin dari Partai Keadilan (AP) tahun 1964−1980 dan pemimpin Partai Jalan Kebenaran (DYP) tahun 1987−1993.
Suatu waktu tak hanya Süleyman Demirel pernah bertahtah sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan saja di Turki. Melainkan ia pernah berada pada posisi oposisi terhadap Pemerintahan, dimana ia menjadi pemimpin oposisi pada tahun 1971 sampai 1975 sebelum membentuk pemerintahan empat partai yang dikenal sebagai front nasionalis pertama, yang runtuh pada tahun 1977. Ia membentuk kabinet front nasionalis kedua pada tahun 1977 dengan dua partai lainnya, yang runtuh pada tahun 1978.
Sayangnya, ditengah jalan pemerintahan minoritas Süleyman Demirel pada tahun 1979 tidak dapat memilih Presiden pada tahun 1980. Sebagai akibatnya militer Turki pun turun tangan ke arah arena politik, dengan melakukan kudeta terhadapnya di tahun 1980 lalu, lantas melarangnya untuk tampil dalam pangung politik Turki.
Namun ia tak pantang menyerah dalam referendum konstitusi tahun 1987, Süleyman Demirel mendapatkan kembali hak untuk berpartisipasi secara aktif dalam politik dan menjadi pemimpin Partai Jalan Kebenaran. Rupanya “Dewi Fortuna” berpihak kepadanya, dimana ia sukses memenangkan pemilihan umum tahun 1991 dan membentuk koalisi dengan Partai Kerakyatan Sosial Demokrat (SHP).
Ini merupakan periode kelima dan terakhirnya sebagai Perdana Menteri. Setelah kematian mendadak Presiden Turgut Özal, Süleyman Demirel ikut dalam Pemilihan Presiden tahun 1993 dan kemudian menjadi Presiden ke-9 Turki sampai tahun 2000. Dengan 10 tahun dan 5 bulan, masa jabatan Süleyman Demirel sebagai Perdana Menteri adalah yang ketiga terpanjang dalam sejarah Turki, setelah Ismet Inonu dan Recep Tayyip Erdogan.(Wikipedia, Jagokata, 2020).
Dari narasi ini, menujukan Süleyman Demirel merupakan sosok politikus dan negawanTurik, yang begitu mewarnai panggung politik domstik di negaranya. Hal ini ditandai dengan berbagai dinamika politik beserta kompleksitasnya yang dihadapinya, dalam berbagai fase yang dilaluinya. Dimana tidak saja ia berhadapan dengan kekuatan politik sipil, tapi ia juga berhadapan dengan kekuatan militer, yang masih menjadi aspek determinen di negaranya tersebut.
Bahkan ia pun pernah menempati posisi sebagai Kepala Negara (Presiden), dan Kepala Pemerintahan (Perdana Menteri), dengan rentang waktu yang begitu panjang sekitar empat dekade, sejak tahun 1960-an hingga tahun 1990-an. Sehingga Süleyman Demirel merupakan profil politikus dan negawan Turki, yang sangat makan asam garam di negara berpenduduk Muslim terbesar, yang sekularis yang berada di kawasan Asia-Eropa tersebut. (**)










Discussion about this post