REFERENSIMALUKU.ID, AMBON –
Oleh : Dr.M.J.Latuconsina,S.IP, M
___________________________________
Staf Dosen Fisipol, Universitas Pattimura
“Tugas politik yang menyedihkan adalah menegakkan keadilan di dunia yang penuh dosa.” (Karl Paul Reinhold Niebuhr).
Pertama kali melihat novel berlatarbelakang politik, berjudul: “Sepotong Kisah Di Balik 98” di Gramedia, sekilas kita mengira adalah karya dari Dee Lestari. Ternyata bukan merupakan karyanya, melainkan cerita pilihannya. Bagi mereka yang suka karya penulis dan penyanyi tersebut, tentu jika tidak menyimaknya baik-baik akan langsung membelinya.
Meski bukan karya original biduanita yang hits melalui tembangnya berjudul : “Firasat” di tahun 2003 lampau. Tapi karya sastra dari penulis : San Patricia, Aliurrida, Alidi. A dan Dewanto Amin Sadono, yang diterbitkan PT. Falcon Interaktive pada Mei 2025 tersebut, telah memberikan perspektif sisi kelam dari prahara transisi kekuasaan Indonesia di tahun 1998 lalu.
Kisah dalam novel ini, tentu bukan merupakan rekonstruksi dari peristiwa kelabu, yang diwarnai kerusuhan masal, yang disertai tindakan pengrusakan fasilitas publik, pribadi dan kekerasan terhadap warga masyarakat. Ada sisi humanisme disana, tatkala merebaknya hari-hari gelap di penghujung Pemerintahan Orde Baru tersebut.
Karya sastra ini menarik untuk disimak, terutama bagi mereka yang mengandrungi kisah-kisah politik kenegaraan, yang menperhadapkan aparatur negara, elite politik pada satu sisi dengan warga masyarakat pada sisi lain. Akibatnya politik kemudian dituding sebagai “kambing hitam” dari prahara kelam, yang tidak kita inginkan bersama tersebut.
Pada konteks inilah Karl Paul Reinhold Niebuhr (1892–1971), seorang teolog Protestan asal Amerika Serikat, yang populer melalui karyanya berjudul : “The Irony of American History”, menegaskan melalui qoutes kontempaltifnya bahwa, “tugas politik yang menyedihkan adalah menegakkan keadilan di dunia yang penuh dosa.” (***)
Discussion about this post