REFMAL.ID,-AMBON- Pergantian Menteri Keuangan oleh Presiden Prabowo memantik harapan baru sekaligus kekhawatiran. Publik bertanya-tanya: apakah arah fiskal Indonesia akan semakin berpihak pada rakyat atau justru melemahkan kepercayaan pasar global?
Reshuffle kabinet yang diumumkan Presiden Prabowo Subianto awal September 2025 menggemparkan publik. Dari lima menteri yang diganti, kursi Menteri Keuangan menjadi sorotan utama. Sri Mulyani Indrawati, yang selama ini identik dengan disiplin fiskal dan kredibilitas internasional, resmi digantikan oleh Purbaya Yudhi Sadewa.
Langkah ini tidak lepas dari gelombang protes nasional terkait kebijakan ekonomi dan tuntutan keadilan fiskal. Demonstrasi dua pekan terakhir bahkan menimbulkan kerusuhan dan merusak rumah Sri Mulyani. Presiden Prabowo pun bergerak cepat, menunjukkan bahwa pemerintah mendengar aspirasi rakyat.
Purbaya masuk dengan semangat optimistis. Ia berani menyebut pertumbuhan ekonomi 8 persen bukan hal mustahil. Gaya agresif ini dinilai sejalan dengan agenda besar Prabowo: subsidi makan siang untuk pelajar, peningkatan belanja pertahanan, dan program-program pro-rakyat lainnya. Dengan latar belakang sebagai mantan Kepala Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan ekonom, Purbaya dianggap punya modal teknis untuk menopang stabilitas keuangan nasional.
Namun, pergantian ini juga menyisakan risiko besar. Hilangnya Sri Mulyani berarti hilangnya figur yang selama ini dipandang dunia sebagai simbol disiplin fiskal. Investor asing bisa kehilangan kepercayaan, apalagi jika kebijakan baru dianggap longgar dan mendorong defisit. Purbaya pun masih harus membuktikan dirinya di panggung politik nasional yang penuh tekanan.
Di satu sisi, reshuffle ini membuka peluang untuk mempercepat program populis pemerintah dan memperbaiki citra di mata publik. Tetapi ancaman juga nyata: inflasi, beban utang yang kian menumpuk, serta potensi keluarnya modal asing jika pasar menilai arah fiskal Indonesia melemah.
Pergantian Menteri Keuangan ini ibarat pisau bermata dua. Ia bisa menjadi energi baru untuk mempercepat pembangunan dan mengembalikan kepercayaan rakyat. Namun jika salah kelola, bisa pula menjadi sumber krisis kepercayaan yang mengguncang perekonomian.
Kini, semua mata tertuju pada Purbaya Yudhi Sadewa. Keputusan-keputusan yang diambilnya dalam beberapa bulan ke depan akan menentukan wajah ekonomi Indonesia: apakah semakin kuat menopang rakyat, atau justru rapuh di hadapan pasar global.
Pergantian ini juga menandai pergeseran kebijakan dari stabilitas fiskal (Sri Mulyani) ke dorongan pertumbuhan agresif (Purbaya). Purbaya punya kapasitas akademik dan profesional, namun tantangan utamanya adalah menjaga kredibilitas fiskal, meredakan ketidakpastian pasar, serta menghindari konflik kepentingan politik. Jika mampu menyeimbangkan pertumbuhan dengan disiplin anggaran, ia bisa memperkuat posisi Indonesia; jika gagal, risiko instabilitas ekonomi dan politik akan meningkat. (RM-04)










Discussion about this post