REFMAL.ID, Tiakur – Suasana di Rumah toko Pasar KalwedoTiakur pada Senin 21 Juli 2025, terasa berbeda. Ribuan pasang mata tertuju pada peringatan Hari Ulang Tahun ke-17 Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) yang dipusatkan di lokasi tersebut.
Di bawah tema “Baku Kele untuk MBD Maju” , Pemerintah dan masyarakat setempat memeringati momen istimewa ini dengan semangat persatuan dan refleksi pembangunan.
Acara diawali dengan upacara resmi yang dihadiri berbagai tokoh penting, antara lain Bupati MBD Benyamin Thomas Noach, Wakil Bupati MBD Drs. Agustinus Lekwardai Kilikily, Ketua DPRD Petrus A. Tunay, TNI-Polri, tokoh agama, tokoh masyarakat, pimpinan OPD, para camat, kepala desa, serta para pejuang pemekaran MBD yang menjadi saksi sejarah berdirinya kabupaten ini.
Hadir pula Wakil Gubernur Maluku Abdullah Vanath bersama Kepala Kanwil Diitjen Imigrasi Maluku, Doni Alfisyahrin dalam momentum peluncuran fasilitas baru di wilayah perbatasan itu.
Dalam pidato reflektifnya, Bupati Noach menekankan rasa syukur dan penghargaan mendalam kepada para pejuang pemekaran yang telah berjuang hingga MBD resmi berdiri sebagai kabupaten otonom. Ia menyebut berdirinya kabupaten ini bukanlah sekadar pencapaian administratif, melainkan titik balik bagi masyarakat MBD untuk menentukan arah masa depan sendiri.
“Kita melewati jalan panjang penuh tantangan. Namun, berkat kebersamaan, kita berhasil menghadapinya,” ujarnya. Noach mengingatkan kembali saat-saat sulit di masa pandemi Covid-19 tahun 2020, yang berhasil dilalui berkat gotong royong seluruh masyarakat MBD.
Benyamin Noach memaparkan berbagai capaian signifikan selama 17 tahun terakhir, khususnya dalam enam tahun terakhir. Ia mengulas angka kemiskinan dan pengangguran yang terus menurun, pertumbuhan ekonomi yang meningkat, serta indeks pembangunan manusia (IPM) yang terus membaik.
Salah satu keberhasilan besar lainnya adalah prestasi enam kali berturut-turut meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari tahun 2019 hingga 2024 dari BPK. Menurutnya lagi, ini bukan semata keberhasilan kepala daerah, tetapi buah dari kerja kolektif seluruh elemen pemerintah dan masyarakat MBD.
Di bidang kesehatan, MBD juga mencatat kemajuan dalam penanganan stunting, yang menjadi perhatian nasional. Hal ini membuktikan bahwa MBD semakin mampu mengelola tantangan secara mandiri tanpa harus bergantung pada daerah lain.
Dari Ketergantungan Menuju Kemandirian Satu pernyataan yang mencuri perhatian publik dalam pidato Bupati adalah perbandingan kondisi masyarakat MBD dahulu dan sekarang. “Dulu, kita harus ke daerah lain untuk mencari kerja. Tapi kini, MBD bisa berdiri di atas kaki sendiri,” ujarnya bangga.
Bahkan, jika MBD tidak dimekarkan, tidak akan ada pejabat daerah atau Ketua DPRD yang berasal dari daerah ini. Pemekaran bukan hanya soal wilayah, tetapi tentang identitas, kemandirian, dan harga diri masyarakat.
Dalam perayaan kali ini, salah satu kabar gembira yang disampaikan adalah peluncuran dan peresmianMall
Pelayanan Publik di MBD. Ini mejadi Mall pertama yang berdiri dan beroperasi di Provinsi Maluku. Mall ini akan menjadi pusat layanan terpadu bagi masyarakat MBD, memudahkan pengurusan dokumen seperti KTP, perizinan usaha, dan administrasi lainnya tanpa harus ke luar daerah.
Tidak hanya itu, MBD kini juga telah memiliki ruang Computer Assisted Test (CAT) untuk pelaksanaan seleksi CPNS. Dari total 11 kabupaten/kota di Maluku, baru empat yang memiliki fasilitas ini, dan MBD menjadi salah satunya. Ini menjadi tonggak penting dalam upaya menciptakan birokrasi yang transparan dan akuntabel.
Dalam momentum HUT ini, Kantor Imigrasi MBD juga resmi diluncurkan oleh Wakil Gubernur dan Kepala Kantor Wilayah Imigrasi Maluku. Kehadiran fasilitas ini diharapkan dapat mempermudah urusan keimigrasian bagi masyarakat setempat.
Kini, warga MBD yang ingin bepergian ke luar negeri, termasuk untuk keperluan perdagangan ke Timor Leste, tidak lagi harus menempuh perjalanan jauh hanya untuk mengurus paspor atau dokumen imigrasi lainnya. Ini adalah salah satu bentuk konkret pemerataan pelayanan publik di wilayah perbatasan.
Menutup pidatonya, Bupati kembali menegaskan pentingnya semangat “Baku Kele” atau saling merangkul. Menurutnya, kemajuan MBD tidak akan mungkin tercapai jika masyarakat masih saling menjatuhkan satu sama lain. Ia mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk melangkah bersama demi kesejahteraan bersama.
“Mari kita Baku Kele, jangan Baku Sikut. Hari ini, kita harus melangkah bersama-sama untuk MBD yang lebih baik,” tutur Bupati.
Pesan ini terasa kuat, tidak hanya sebagai slogan, tetapi sebagai cerminan cara hidup masyarakat MBD yang selama ini terbiasa dengan budaya gotong royong.
Peringatan HUT ke-17 Kabupaten MBD bukan sekadar seremonial tahunan. Ia adalah refleksi akan perjalanan panjang yang telah ditempuh, sekaligus tekad untuk terus bertumbuh dan bertransformasi.
“17 tahun bukan akhir perjalanan, tetapi awal dari langkah besar menuju masa depan yang lebih cerah. Dan dengan semangat Baku Kele, setiap tantangan bukanlah penghalang, melainkan peluang untuk maju bersama,” papar Noach. (RM-05










Discussion about this post