Referensimaluku.id, Ambon – Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri 14 Ambon Detje Pariama membantah pemberitaan salah satu media online yang menyebutkan jika siswa di sekolah yang dipimpinnya berjumlah 300 orang. Iya lantas meminta narasumber yang memasukan informasi tidak benar tersebut untuk lebih dulu mengoreksi diri dan tidak mencari-cari kesalahan orang lain.
“Itu berita hoaks. Jangan cari kerjaan lalu ingin jatuhkan orang lain. Koreksi diri dululah. Apakah saudara (yang masukan berita di media massa) sudah bekerja dengan rajin dan profesional di sekolah atau tidak,” tandas Pariama kepada Referensimaluku.id di Ambon, Minggu (23/11/2025) malam.
Pariama merincikan jumlah siswa SMA Negeri 14 Ambon hanya 187 orang, tak sampai 300 seperti yang diberitakan media siber ini. Memang ada tambahan 4 siswa yang baru tapi belum data mereka harus diperbaharui di Dapodik (Data Pokok Pendidikan) sehingga jumlahnya menjadi 190 siswa.
Waktu tahun ajaran 2000/2001 itu jumlah siswa kita lebih dari 200 orang tapi untuk tahun ajaran sekarang hanya 190 orang,” rinci Pariama meluruskan.
Menyinggung soal pengelolaan dan pemanfaatan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), kata Pariama, sesuai keterangan bendahara sekolah ke narasumber pemberitaan bahwa dana BOS hanya dikhususkan untuk biaya operasional sekolah dan dana untuk membayar honorarium guru-guru honor atau guru-guru yang bukan Aparatur Sipil Negara (ASN).
“Mungkin karena si narasumber ini dia ASN dan tidak mendapat bagian dari dana BOS, sehingga dia tidak terima dan memasukan berita di media massa, karena sebelumnya dia sempat mengajukan keberatan ke bendahara soal pemanfaatan dana BOS,” duga Pariama.
Sang narasumber juga, lanjut Pariama, pernah dilaporkan dan disidang secara kode etik sehingga dia memiliki rasa dendam terhadap dirinya selaku pimpinan SMA Negeri 14 Ambon. “Jadi mungkin dia marah karena pernah dilaporkan dan dapat sidang kode etik lalu bikin berita hoaks.Dia ini ASN, tapi malas ke kantor.
Dia datang ke sekolah ibarat Senin-Kamis. Datang ke sekolah ikut suka diri. Lalu berlagak bak raja-raja kecil. Suka perintah orang tapi tak mau melaksanakan perintah dan kewajiban di sekolah.
Terakhir dia marah karena dapat TPP (Tambahan Penghasilan Pegawai) yang jumlahnya kecil atau tidak sama dengan teman-teman ASN lain yang dapat Rp 10 Juta. Mau tuntut hak lebih, tapi malas melaksanakan tugas,” beber Pariama. (RM-02)










Discussion about this post