REFMAL.ID,-AMBON –
Oleh : Dr.M.J.Latuconsina,S.IP,MA
Staf Dosen Fisipol Universitas Pattimura
Bermula dari narasi pengantar penulis yang menarik para khalayak pembaca, dimana penuh dengan makna filosifis dunia para seniman. Ia memaparkan pelukis surialis Indonesia, Afandi (alm), pada awal keterlibatannya dalam jagat lukis berangkat dari corak realism. Ia melukis objek manusia, “ibu” secara realistis sesuai dengan objeknya untuk melatih teknik lukisannya secara benar, baru kemudian menemukan jati dirinya dengan corak gaya yang khas selaras dengan gagasan, penuangan pikiran serta nilai-nilai estetikanya.
Menurutnya, dunia fotografi nyaris sama dengan dunia seni lukis, pelakunya fotografer mayoritas juga memulai kaya memotretnya dengan subjek manusia untuk melatih penguasaan teknik. Perbedaannya hanya terletak pada media berekspresinya. Pelukis mencurahkan pikiran dan gagasan lewat sapuan aneka warna, dengan garis-garis yang digoreskan secara spontan pada kanvas menggunakan kuas. Sementara itu, fotografer mencurahkan gagasan lewat bidikan kamera dan dituangkan dalam kerta juga kanvas.
***
Terlepas dari itu, sedikit dari kalangan profesional yang kemudian dinarasikan jejak leadership mereka, dalam bidang-bidang strategis yang mereka gelutih selama ini, dalam sebuah buku. Mengapa dideskripsikan sisi leadership mereka dalam bidang yang ditekuni dengan serius ?. Tentu tidak lain sebagai sebuah experience (pengalaman), yang penuh dengan nilai-nilai positif, yang patut dicontohi oleh siapapun untuk bergerak maju dalam menggapai kesuksesan.
Sedikit dari kalangan profesional yang kemudian dinarasikan jejak leadership mereka, salah satunya adalah sosok dari Darwis Triadi. Ia adalah salah satu figur profesional dalam bidang fotografi di tanah air, disamping sosok fotografer lainnya seperti : Arbain Rambey, Oscar Motuloh, Erik Prasetya, Nyimas Laula, Rio Wibowo, Barry Kusuma, Gathot Subroto, Kassian Cephas, Andreas Pohl, Jacky Suharto, Stanley Allan, Jimmy Iskandar, dan beberapa fotografer profesional lainnya di tanah air.
Kisah tentang Darwis Triadi tersebut ditulis oleh Atok Sugiarto, dengan judul : “Sang Guru Jalan Hidup Mengabdi Profesi, Fotobiografi Darwis Triadi”. Fotobiografi ini diterbitkan oleh Bukunesia pada tahun 2023 lalu. Penulisnya memaparkan sisi leadership dari Darwis Triadi dengan dunia fotografi, yang digelutinya dengan bersahaja. Sehingga mudah dipahami oleh para khalayak pembaca. Hal ini tidak terlepas dari naratornya yang memiliki latarbelakang sebagai seorang pewarta (wartawan) foto di media massa.
Sebagaimana pendapat Stephen Bull, salah seorang kurator sejarah militer dan arkeologi untuk museum Lancashire, Inggris bahwa, fotografi berasal dari dua kata dasar bahasa Yunani, “phos” (cahaya) dan “graphe” (melukis atau menggambar). Dari pendapat itu, maka profesi yang dijalani oleh Darwis Triadi adalah melukis. Namun tentunya ia melakukan pekerjaannya tersebut, bukan dengan goresan kuas diatas sebuah kanvas, melainkan ia melukis dengan cahaya yang kemudian dicetak dalam sehelai kerta yang juga adalah sebuah kanvas. Hal ini sebagimana komparasinya dalam narasi awal ulasan buku ini.
Fotobiografi karya Atok Sugiarto ini tidaklah tebal seperti layaknya sebuah biografi atau autobiografi seorang tokoh populer. Pasalnya tipis dengan jumlah halamannya hanya sekitar 163 lembar. Begitu juga tema-temanya dalam buku ini tidaklah panjang. Hal ini sesuai dengan jumlah halamannya yang mini. Tema-tema tersebut, diantaranya : 1) Cinta Dalam Filosifi Air Mengalir, 2) “Bersuara” Dari Kemang Raya, 3) Jalan Hidup Mengabdi Profesi, 4) Mata Hati Fotografi, dan 5) Cahaya Hati : Fotografi adalah Cahaya, Nyawa juga Hati.
Kendati berbagai tema dari karya ini cukup pendek, namun menyuguhkan sisi leadershsip yang positif, yang relevan dengan profesi Darwis Triadi dalam dunia fotografi. Bagi para khalayak pembaca yang gemar dengan dunia fotografi, dan para khalayak pembaca yang suka membaca karya-karya biografi-autobiografi, yang memiliki sisi humanisme. Tentu karya Atok Sugiarto, yang menarasikan perjalanan singkat Darwis Triadi dalam dunia fotogri ini direkomendasikan untuk dibaca. Hal ini untuk menambah wawasan para khalayak pembaca berdasarkan pengalaman dari sosok profesional dalam dunia fotografi, yang dinarasikan tersebut. (*)
Discussion about this post