REFMAL.ID,-AMBON- Praktik “pancuri kepeng” (mencuri uang) dan persekongkolan “tou (mencuri) kepeng” di dalam kampus Politeknik Negeri Ambon (Polnam) kini telah menjadi “syndrome” akut yang berdampak pada penurunan ranking pendidikan salah satu kampus ternama di Maluku ini di Tingkat Nasional. Sebelum kejahatan “pancuri kepeng” merajalela di Polnam, kampus ini masuk ranking 20 besar nasional, tapi dengan maraknya pat gulipat atau “tou kepeng” menyebabkan prestasi Polnam terjerembab di posisi 100 lebih di level Tanah Air.
Sungguh sangat memilukan dan bahkan memalukan. Selain terdapat “siklus balas dendam” di mana faksi kepentingan yang satu memenjarakan faksi kepentingan yang lain, dan seterusnya sampai saat ini, juga aroma kerja sama “pancuri kepeng” dan laeng tongka laeng pung kajahatang” atau nepotisme negatif juga kian menyengat dan menjadi rumor tak sedap di dunia pendidikan tinggi di Maluku.
Di tengah serunya perang kepentingan di antara kubu-kubuan di enternal Polnam, justru mahasiswa Polnam yang memakan getahnya. Ibarat kata pepatah lawas “Gajah bertarung, pelanduk mati,” begitu kondisi miris potret penyerapan ilmu pengetahuan dan teknologi di Polnam.
Banyak aset-aset bernilai miliaran rupiah dibiarkan “terbengkalai” di gudang Polnam hingga kini berpotensi menjadi besi tua. Salah satu aset berharga Polnam yang kurang terawat dan berpeluang menjadi besi tua adalah mesin produksi bantuan Bank Pembangunan Asia (Asia Development Bank) senilai Rp. 72 Miliar.
Ini tidak termasuk ratusan lebih komputer yang disimpan di gedung hantu Polnam di Desa Passo, Kecamatan Baguala, Kota Ambon, Maluku, namun diduga kuat sebagian besar komputer bekas telah dicuri dan dijual oknum-oknum tidak bertanggung jawab di lingkaran pimpinan Polnam. Mesin produksi bantuan Bank Pembangunan Asia (ADB) ini diharapkan dapat membantu mahasiswa Polnam menghasilkan tenun ikat khas Maluku berkualitas dan gelas plastik berteknologi tinggi yang jika dijual ke pasaran lokal dan nasional dapat menopang Polnam menuju Badan Layanan Umum (BLU) Perguruan Tinggi agar terakreditasi mumpuni di kancah nasional.
Sekarang mesin produksi bantuan ADB ini dibiarkan telantar di gudang kampus utama Polnam di Wailela karena tak ada tenaga teknis yang mahir mengoperasikan mesin mewah ini. Padahal, manajemen Polnam telah menggelontorkan puluhan bahkan ratusan juta rupiah untuk mengirimkan tenaga teknis mengikuti pelatihan di Montreal, Kanada, selama kurun 3 bulan, tapi hasilnya sia-sia. Semua jadi mubasir.
Cukup prihatin jika menyikapi fenomena ini. Sudah begitu, Novie Tetelepta yang bertugas sebagai “tukang kasih panas mesin” yang dulunya pimpinan Pusat Unggulan Teknologi (PUT) Polnam diangkat sebagai salah satu Wakil Direktur Polnam.
Sayangnya ketika dikonfirmasi referensimaluku.id, Rabu (17/4/204) sekira pukul 13.00 WIT hingga pukul 17.30 WIT baik Direktur Polnam Dady Mairuhu, Wadir I Polnam Novie Tetelepta maupun Ketua Tim Hubungan Masyarakat (Humas) Polnam Paulus Titaley sama-sama melakoni Gerakan Tutup Mulut (GTM) sekalipun sejumlah pertanyaan konfirmasi yang diajukan via whatsapp ke handphone mereka menunjukkan tanda terkirim dan diduga kuat pertanyaan-pertanyaan konfirmasi media siber ini telah dibaca ketiga pejabat Polnam tersebut. (Tim RM)
Discussion about this post