Referensimaluku.id.Ambon — Demand Creation dan Implementasi Human Centered Design (HCD) bekerjasama Pusat Studi Kota Sehat Indonesia (CIHCS) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin dengan UNICEF dan Pemerintah Provinsi Maluku.
Kegiatan diseminasi untuk berbagi proses implementasi HCD bagi Puskesmas di tiga kabupaten/kota di Provinsi Maluku, yakni Kota Ambon, Kota Tual, dan Kabupaten Maluku Tenggara, yang bertempat di Hotel Amaris, Kamis (21/9/2023).
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tenggara Katty Notanubun mengatakan bahwa tantangan di Maluku Tenggara itu terkait sulitnya mengubah pemahaman masyarakat tentang pentingnya kunjungan Posyandu untuk imunisasi. “Mereka takut di suntik karena imunisasi ini kan suntik yang dulunya suntik satu kali sekarang kiri kanan. Karena itulah mereka belum percaya dan takut,” ujar Notanubun.
“Untuk itulah dicari cara untuk mendekatkan sasaran sehingga pihak Puskesmas melakukan inovasi-inovasi. Salah satu yang menarik dari kami yaitu mereka membuat bermain busur panah. Tentu ini busur mainan, tidak berbahaya. Seperti ketika ibunya datang ke Posyandu mereka sediakan lokasi bermain lempar busur mainan. Misalnya kena busur tentang akibat KIPI, dan maka dia menjelaskan tentang KIPI itu, juga tentang imunisasi apa yang ada untuk anak, jadi itu merupakan edukasi. Dan dengan cara itu, diharapkan ibu akan mengingatnya,” lanjut Notanubun.
“Kami di Malra ada 20 Puskesmas, 3 Puskesmas untuk percontohan yaitu Puskesmas Watdek, Ngilngof, dan Ibra,” jelas Notanubun.
Notanubun mengatakan hasil yang kami capai dari implementasi HCD ini yaitu dari 14% cakupan imunisasi naik menjadi 33%, kenaikannya 19%. Dia menegaskan sekembalinya dari pertemuan ini akan melakukan sosialisasi hasil ini kepada 17 Puskesmas yang lain supaya ditiru dan mudah-mudahan setelah ini ada kenaikan yang signifikan.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Ambon Wendy Pelupessy memaparkan cakupan imunisasi di Kota Ambon itu termasuk rendah. Oleh karena itu, Kota Ambon menjadi salah satu lokasi implementasi HCD bersama Maluku Tenggara dan Kota Tual.
“Untuk Kota Ambon sendiri ada 3 lokus Puskesmas yaitu Puskesmas Air Besar, Air Salobar, dan Nania. Kenapa 3 lokus ini dipilih, karena 3 lokus ini masih rendah cakupan imonisasinya,” jelas Wendy Pelupessy.
Rendahnya cakupan imunisasi Puskesmas Air Besar disebabkan sebagian besar orang tua dari anak itu adalah penjual di pasar. Jadi waktu untuk membawa anak ke Posyandu agak sulit.Ketika mau dibawa ke Posyandu mungkin tunggu lama antri. Mereka juga rasa waktu itu terbuang pada mereka yang harus berjualan. Kondisi di Puskesmas Air Salobar juga seperti itu.
“Kalau untuk Puskesmas Nania itu lebih ke rasa takut akan efek dari imunisasi. Jadi kadang-kadang anak pulang imunisasi itu panas, terus kalau setelah disuntik di paha jadi benggak,” lanjut Wendy Pelupessy.
Proses implementasi HCD ini dimulai dari bulan Januari di mana tim yang telah dilatih melakukan identifikasi masalah-masalah yang menyebabkan sasaran tidak ke Puskesmas. Ketika digali permasalahan itu ada beberapa tahapan, tapi intinya temuan permasalahan itu kemudian dibahas dan dikonfirmasi pada sasaran mengenai solusi yang ditawarkan.
Diseminasi hasil implementasi HCD ini dihadiri oleh sejumlah pihak, termasuk Dekan FKM Unhas yang juga merupakan Direktur CIHCS Prof. Sukri Palutturi, PhD yang didampingi oleh perwakilan CIHCS untuk Implementasi HCD di Provinsi Maluku Muhammad Rachmat, SKM, MKes. (RM-04)
Discussion about this post