Oleh :DR. M.J. Latuconsina,S.IP,MA
Dosen Fisip Unpatti
Referensimaluku.id,- Mengawali narasi mini ini, saya mengutip qoutes kontemplatif dari Andrie Wongso. Ia adalah seorang motivator sukses dari Indonesia. Sudah lebih dari 20 tahun ia menggeluti bidangnya sebagai motivator untuk berbagai cerita dan memberikan motifasi, yang membangkitkan semangat para khalayak di tanah air.
Motivator yang lahir di Kota Malang pada 6 Desember 1964 lampau ini, dahulunya merupakan keluarga yang papa, yang hidup serba kekurangan. Andrie adalah anak ke dua dari tiga bersaudara. Kakak dan adiknya seorang laki-laki juga. Bapaknya bekerja sebagai seorang nahkoda dengan penghasilan yang serba kekurangan.
Keluarga Andrie Wongso tinggal di sebidang tanah kontrakan. Ibunya berprofesi sebagai penjual kue. Pada suatu kesempatan ia mengatakan bahwa, “disiplin diri merupakan senjata ampuh yang harus dimiliki setiap orang yang mau sukses! Untuk memiliki disiplin harus dibiasakan, tidak jarang pula harus dipaksakan!.”
Qoutes kontemplatif dari Andrie itu ada benarnya, dan sesuai dengan fakta kehidupan rill. Tidak ada seorang pun di muka bumi ini, yang menggantungkan impiannya setinggi langit, lantas dalam kehidupannya sehari-hari tidak disiplin dan kemudian sukses menggapai impainnya. Tentu itu sesuatu yang tidak sesuai fakta kehidupan rill. Agar sukses salah satunya harus disiplin, dibiasakan dan harus pula dipaksakan.
Terlepas dari itu, sudah sekian lama baru hadir lagi ke kampus dan untuk pertamakali sejak jadi akademisi di tahun 2005 lalu, baru pertamakali puka menggunakan finger. Maklum dosen Perguruan Tinggi (PT) yang “terlampau” sibuk diluar hampir 10 tahun, sementara saat aktif di kantor penyelenggara Pemilu level dua masih menggunakan absensi manual.
Saat memposting foto saya yang lagi absensi di finger di kampus pada hari Jumad ini, jangan-jangan ada khalayak tertentu dengan sinis katakan dalam dialeg Malayu Ambon : “oe ternyata antua ini “kamseupay” lai baru pertamakali pake finger..e”..
Tentu bukan “kamseupay bahasa gaul para milineal, yang pertama kali dipopulerkan lewat sinetron berjudul ‘Putih Abu-Abu’, yang tayang pada tahun 2012 lalu di salah satu stasiun televisi swasta berbasis nasional milik Sudwikatmono famly dekat Presiden Soeharto, yakni Surya Citra Televisi (SCTV), dimana memiliki makna “kampungan sekali, udik, payah”.
Namun absensi melalui finger tersebut merupakan bagian dari implementasi akuntabilitas kinerja pada organisasi, dimana parameter penilaian kinerja pada organisasi bukan saja menyangkut dengan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas, yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Akan tetapi disiplin menjadi salah satu aspek determinennya. Banyak organisasi yang diisi oleh para kaum profesional dengan jam terbang yang tinggi, tapi mengalami stagnan kemajuan organisasi, dimana penyebabnya adalah tidak disiplinnya mereka yang profesional itu, untuk datang ke kantor sesuai dengan waktu dan pulang dari kantor juga sesuai dengan waktu. (*)
Discussion about this post