Referensimaluku.id,Ambon –Ketua Harian Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Alumni Universitas Pattimura (IKAPATTI) Ruslan H.S. Tawari mengapresiasi masukan konstruktif media massa maupun khalayak dan alumni terkait eksistensi organisasi ini dalam memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan Unpatti yang lebih maju dan kompetitif sekarang dan ke depan.
“Saya anggap masukan-masukan konstruktif dari teman-teman media, orangtua mahasiswa maupun alumni (Unpatti) relatif penting untuk melengkapi sekaligus memotivasi IKAPATTI agar lebih meningkatkan peran dan fungsinya bagi Unpatti saat ini dan di masa mendatang,” ucap Tawari kepada referensimaluku.id di Kafe Pelangi, Kelurahan Seilale, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, Minggu (16/7/2023) malam.
Lebih lanjut dia membantah IKAPATTI telah “memeras” mahasiswa Unpatti di penghujung studi di Kampus bermoto “Bina Mulia ke Lautan” itu. “Yang pertama-tama yang harus diklarifikasi adalah terminologi mahasiswa dan alumni. Yang namanya mahasiswa itu adalah ketika dia mendaftar, masuk dan kuliah, sedangkan setelah mahasiswa itu selesai ujian skripsi (sarjana strata satu) dan diyudisium maka secara de jure dan de facto saat itu dia sudah berstatus alumni dan bukan lagi mahasiswa.
Ini yang perlu kami luruskan atau klarifikasi di sini. Artinya, IKAPATTI tidak peras mahasiswa,” tegasnya.
Menurut Tawari, IKAPATTI sama sekali tidak pernah melakukan pungutan liar (pungli) terhadap mahasiswa Unpatti seperti yang diberitakan media siber ini (Sabtu, 15/7/2023) tetapi Rp 220.000,00 yang dipatok ke calon wisudawan merupakan uang pangkal anggota yang ditetapkan sekali seumur hidup dan iuran alumni selama sebulan namun dimintakan dilunasi untuk setahun. “Untuk uang pangkal anggota alumni yang hanya sekali seumur hidup itu kami tetapkan sebesar Rp. 100.000,00 per anggota, sedangkan iuran anggota per bulan Rp. 10.000,00 per alumni sehingga jika dikalikan per tahun (12 bulan) totalnya Rp. 120.000,00, sehingga kalau dijumlahkan Rp.100.000,00 ditambah Rp. 120.000,00 menjadi Rp. 220.000,00”. “Kalau mau jujur uang pangkal anggota (alumni Unpatti) dan iuran anggota alumni Unpatti ini mungkin yang terendah di kawasan Timur Indonesia dan bahkan di antara perguruan-perguruan tinggi lain di Maluku. Di Unpatti hanya Rp. 220.000,00 per alumni tapi di universitas-universitas lain berkisar Rp. 300.000,00 ke atas,” paparnya membandingkan.
Tawari memaparkan soal uang pangkal anggota dan iuran alumni sudah lama diberitahukan ke alumni maupun orangtua. Selain itu, pembayarannya bisa dilakukan secara cicilan agar tidak memberatkan alumni maupun orangtua alumni Unpatti. “Informasi soal pembayaran cicil ini jauh-jauh hari sebelumnya sudah disampaikan agar kelak tidak menjadi beban bagi alumni maupun orangtua alumni.
Nah, kalau kemudian ada orangtua yang resah dan merasa beban maka mungkin saja informasi ini tak disampaikan penuh oleh alumni Unpatti tersebut,” paparnya. Tawari menjelaskan Unpatti dan ikatan alumni (IKAPATTI) merupakan dua sisi dari satu mata uang logam yang saling melengkapi dan tak bisa dipisahkan satu dengan yang lain ibarat “sayur tanpa garam”. “Keberadaan ikatan alumni (IKAPATTI) ikut berdampak bagi penentuan raihan akreditasi Unpatti maupun program studi (prodi) yang ada di Unpatti nantinya, karena salah satu indikator akreditasi sebuah universitas maupun prodinya adalah juga soal keberadaan ikatan alumninya.
Hal ini terkait juga dengan kebutuhan dan permintaan lapangan pekerjaan di mana akreditasi lembaga dan prodi itu sangat penting sebagai nilai tawar bagi alumni Unpatti,” jelasnya. Tawari mengungkapkan uang pangkal anggota Alumni Unpatti berikut iuran alumni Unpatti semuanya akan dimanfaatkan untuk kepentingan universitas.
Misalnya, untuk membantu mahasiswa Unpatti yang terkendala membayar uang semester di penghujung studi maupun peningkatan kapasitas alumni Unpatti melalui pendidikan dan latihan atau pemberdayaan-pemberdayaan lain untuk menyiapkan alumni Unpati bersaing masuk ke dunia kerja. “Belum lama ini kita sudah bantu 30 orang (dari 70 mahasiswa Unpatti yang didata IKAPATTI) mahasiswa Unpatti yang tidak mampu membayar uang semester di akhir studi. Itu besarannya Rp. 3.500.000,00 per mahasiswa dan dibayarkan sekali saja,” urainya.
Tawari mengakui banyak alumni Fakultas Teknik Unpatti yang bekerja di perusahaan-perusahaan perkapalan di Pulau Batam, Provinsi Riau, namun mereka belum mampu menerobos ke level pimpinan perusahaan-perusahaan tersebut karena kurang menguasai Bahasa Inggris secara aktif. “TOEFL (Test of English as a Foreign Language) rendah menjadi kendala bagi banyak alumni Unpatti ketika masuk dunia kerja. Semua ini menjadi tantangan bagi pengurus IKAPATTI saat ini dan ke depan,” akuinya.
Setelah kepengurusan DPP IKAPATTI periodesasi 2021-2025 yang diketuai Dr. Muhammad Marasabessy, SP.,ST.,M.Tech dilantik Rektor Unpatti Profesor Dr. Marthinus J Sapteno, S.H.,M.Hum pada 28 Maret 2021, lanjut Tawari, organisasi alumni Unpatti ini digairahkan lagi hal mana ditandai pengelolaan keuangan berhubungan dengan uang pangkal, iuran dan sumbangan alumni Unpatti lebih diperketat.
Hal ini jauh berbeda dengan kepengurusan IKAPATTI di bawah kepemimpinan Dr. Zeth Sabuburua, S.H.,M.H yang redup di mana iuran dan sumbangan alumni diduga kuat itu lebih banyak “mengendap” di rekening pribadi oknum-oknum pengurus tertentu di IKAPATTI maupun oknum-oknum pimpinan tertentu di Unpatti. “Nah saat IKAPATTI dipimpin Pak Mad Marasabessy, organisasi ini mulai hidup atau digairahkan lagi. Tentunya kita lebih ketat soal masuk dan keluar uang terutama yang datang dari alumni.
Justru untuk itulah setiap tahun kita selalu siap diaudit lembaga manapun entah BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) maupun BPK RI (Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia),” cetusnya menantang lembaga audit berkompetensi. (RM-03/RM-05)
Discussion about this post