Referensimalukuid,Ambon-Penyidik Kepolisian Resort Kabupaten Maluku Barat Daya dikecam lantaran lebih dari 2 tahun pengaduan keluarga besar Letelay matarumah Pahionno terhadap Agustinus Dahoklory (Pahimiri) tak digubris atau patut diduga tak diproses lanjut sebagaimana Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia tentang Pengaduan Masyarakat (Dumas). “Kami kecewa dengan kinerja penyidik Polres Maluku Barat Daya yang tak gubris laporan pengaduan keluarga besar Letelay (Pahionno) sejak disampaikan pada 24 Agustus 2020,” kecam salah satu perwakilan keluarga besar Letelay (Pahionno), Andre Letelay melalui keterangan persnya ke referensimaluku.id via WhatsApp, Selasa (23/5/2023).
Menurut Andre, pihaknya melaporkan AD (Pahimiri) atas dugaan mencemarkan nama baik keluarga besar Letelay (Pahionno). “Sesuai fakta saudara AD (Pahimiri) telah mencemarkan nama baik Bapak Dominggus Letelay sebagaimana yang terekam dalam video sebagai bahan bukti yang telah kami sampaikan ke penyidik Polres MBD,” ungkap Andre.
Selain itu, lanjut Andre, AD (Pahimiri) telah mencampuri urusan pembagian tanah warisan Keluarga Besar Letelay (Pahionno) yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan pribadi AD (Pahimiri). “Saudara AD atau matarumah Irmaru Keluarga Dahoklory sesuai ucapan-ucapan saudara AD (Pahimiri) dalam rekaman video rekaman yang disebarkan dari Tiakur, Moa, diduga yang bersangkutan telah merekam dan mengirimkan video rekaman pencemaran nama baik Keluarga Besar Letelay (Pahionno) tersebut melalui aplikasi messenger kepada saudaranya Krestina Dahoklory di Ambon sehingga pada saat ibadah penyesuaain pemakaman almarhum Yanto Letelay di Tiakur Moa pada 25 Mei 2020, video tersebut diputar dan ditonton oleh banyak orang di tempat itu dan diedarkan melalui aplikasi Handphone di Ambon hingga menyebar di berbagai tempat”.
“Disinyalir saudara AD (Pahimiri) yang memberikan laporan bohong kepada anggota polisi di Kantor Polsek Kisar dan Penyidik Polres MBD untuk menutupi perbuatannya sehingga keluarga Besar Letelay (Pahionno) dirugikan dari berbagai hal yakni waktu, pekerjaan sehari-hari, pikiran dan material,” sebut Andre. (RM-04/RM-06)
KERESAHAN KELUARGA BESAR LETELAY MATA RUMAH PAHI ONNO
Berdasarkan Kronologis diatas Maka Atas Nama Keluarga Besar Letelay Mata Rumah Pahi Onno merasa diresahkan dan dipermainkan oleh saudara AGUSTINUS DAHOKLORY sebagai pihak Korban yang telah memberikan waktu kepada saudara Agustinus Dahoklory namun tidak ada etiket baik sebagai orang bersaudara untuk menyelesaikan permasalahan tersebut malah disinyalir beralibi untuk memperoleh kebenaran sepihak, sementara Keluarga Letelay Mata Rumah Pahi Onno yang adalah pihak korban malah dirugikan pada berbagai sisi, korban perasaan akibat dicemarkan nama baiknya, dirugikan lagi untuk meninggalkan berbagai kesibukan sehari-hari dikisar dan menyeberang laut datang ke Tiakur Moa memenuhi panggilan Polisi pada Polres MBD. Pengorbanan untuk kebutuhan sehari-hari di Tiakur Moa kurang lebih sudah 2 minggu terhitung tanggal tiba keempat Bapak yang dating dari kisar di Tiakur Moa pada tanggal 9 Agustus 2020. Sementara saudara Agustinus Dahoklory enak-enakan bekerja melaksanakan tugas kesehariannya. Memangnya Keluarga Besar Letelay Mata Rumah Pahi Onno melakukan perbuatan jahat apa terhadap saudara Agustinus Dahoklory selama mengurus Pasien saudara Yanto Letelay selama di rumah sakit, rawat di rumah hingga meninggal dan penyelesaian Nisan/Kuburnya ? Saudara Agustinus Dahoklory dirugikan dari sisi apa, dan mengandung unsur Pidana apa sehingga Keluarga Besar Letelay yang ada di Kisar maupun Perwakilan Keluarga Besar Letelay Mata Rumah Pahi Onno menyebrangi Laut datang di Moa memenuhi Panggilan Penyidik Polres MBD maupun Keluarga Besar Letelay yang berdomisi di Tiakur Moa dan sekitarnya harus diperlakukan seperti Penjahat Kelas Kakap oleh saudara Agustinus Dahoklory ?
KRONOLOGIS MASALAH
Berkenaan dengan sakit yang dialami oleh Saudara kami Yanto Letelay yang sebelumnya sakit (Perut Bengkak) dikisar dan selanjutnya datang di Tiakur Moa dan dirawat pada akhir bulan maret 2020 di Rumah Sakit Umum Daerah di Tiakur Moa. Namun karena perut saudara kami yang sakit itu tidak berkunjung membaik sehingga saran dari Dokter dan para medis di RSUD Tiakur kiranya saudara kami itu harus dirujuk ke Ambon atau Kupang untuk dirawat disana karena RSUD Tiakur tidak memiliki peralatan dan obat yang memadai. Ketika itu Kakak perempuan dari Yanto Letelay yang bernama Rosina Letelay meminta kesediaan kepada Jemris S. Letelay sebagai keluarga Letelay yang ada di Tiakur Moa, setelah saudara Jemris Letelay datang ke rumah sakit untuk bertemu saudari Rosina Letelay, Oyang Letelay (Adik dari Yanto Letelay), David Laimeheriwa (Suami dari Rosina Letelay) bersama pasien Yanto Letelay lalu saudari Rosina Letelay menceriterakan permintaan dari dokter (Pihak Medis RSUD Tiakur) lalu saudara Jemris Letelay pulang ke rumah dan memberitahukan kepada Marthinus Yanry Letelay sebagai Kakak Kandung dari Jemris Letelay tentang apa yang disampaikan oleh saudari Rosina Letelay di rumah sakit. Sehingga tepat pukul 19.30 WIT (Setengah Delapan Malam), Marthinus Yanry Letelay berama Istri Lenora Dahoklory, Jemris Letelay dan Saudara Andaria S. Letelay menuju ke rumah sakit setiba di rumah sakit, di rumah sakit ada saudari Rosina Letelay bersama suaminya David Laimeheriwa, Oyang Letelay, Saudara Agustinus Dahoklory sebagai keluarga (Ibu Kandung dari Agustinus Dahoklory adalah kakak Kandung dari ayahnya Yanto Letelay yang sementara sakit) serta beberapa orang saudara yang kami tidak tahu pasti namanya. Setelah Marthinus Yanry Letelay bersama istri Lenora Dahoklory, Jemris Letelay dan Andarias Letelay tiba di rumah sakit dan melihat serta berbincang dengan pasien Yanto Letelay dan menanyakan keadaan yang dirasakan oleh Yanto Letelay pasien (menurut pasien bahwa dia pamalas di rumah sakit karena diinfus sehingga dia tidak bebas dan bosan tidur terus) setelah itu Marthinus Yanry Letelay berbincang bersama Rosina Letelay dan Marthinus Yanry Letelay menanyakan tentang pesan dari Dokter (Pihak Medis RSUD Tiakur Moa) dan dibenarkan oleh saudara Rosina Letelay bahwa pihak rumah sakit minta untuk dirujuk ke Ambon atau Kupang. Ketika berbincang dengan saudari Rosina Letelay, ditempat itu juga ada saudara Agustinus Dahoklory yang ikut mengatakan bahwa pasien suka melawan dengan tidak mau pasang infus terus di tangannya. Setelah pembicaraan itu Marthinus Yanry Letelay meminta kepada Jemris Letelay untuk menanyakan kepada saudari Rosina Letelay tentang persiapan uang dari saudari Rosina Letelay karena apabila pasien dirujuk ke ambon atau kupang maka tentu butuh biaya. Selanjutnya saudara Jemris Letelay berbincang bersama saudari Rosina Letelay sedangkan saudara Marthinus Yanry Letelay bersama Agustinus Dahoklory keluar dari ruangan perawatan yakni pintu sebelah timur dari ruangan tempat pasien dirawat dan duduk dibagian utara diemperan gedung perawatan tersebut. Kemudian saudara Jemris Letelay keluar dan memberitahukan bahwa menurut saudari Rosina Letelay bahwa saudari Rosina tidak memiliki dana yang besar. Sementara perbincangan berlangsung antara saudari Jemris Letelay bersama Marthinus Yanry Letelay, datanglah perawat yang memberitahu bahwa pasien akan dikeluarkan gas dari dalam perut pasien sehingga harus dimasukan slang kecil melalui hidung hingga ke tenggorokan, maka secara serentak semua keluarga yang ada diluar ikut masuk didalam ruangan tempat pasien dirawat untuk mendengar dan melihat langsung apa yang akan dilakukan oleh para medis. Sambil para medis menyiapkan peralatan untuk dilakukan tindakan pelayanan kepada pasien, para medis meminta kepada keluarga pasien agar menandatangani pernyataan kesediaan atas tindakan medis tersebut. Maka saudara Marthinus Yanry Letelay menanyakan kepada Perawat (Tim Medis yang ada) bahwa tindakan yang mau dibuat kepada pasien itu tujuannya apa, lalu jawab Tim Medis yang berjumlah 2 orang itu bahwa menurut dokter ada cairan didalam perut pasien sehingga harus dikeluarkan cairan tersebut dengan memasukan selang didalam hidung hingga ke tenggorokan pasien sehingga bisa mengeluarkan cairan tersebut, namun pasien nanti akan merasa tidak enak karena terdapat benda asing didalam tenggorokannya. Saudara Marthinus Yanry Letelay masih bertanya kepada Tim medis bahwa tapi apakah tindakan tersebut tidak berbahaya bagi pasien ? lalu jawab tim medis bahwa tidak berbahaya karena alat tersebut sama dengan pemasangan kateter sehingga tidak ada resiko yang fatal. Maka Marthinus Yanry Letelay menyetujui untuk dilakukan tindakan tersebut karena para medis tentu lebih memahami pelayanan yang mereka berikan kepada pasien dilingkungan tempat mereka bekerja. Akan tetapi para Tim Medis tersebut meminta agar keluarga menandatangani pernyataan kesediaan dilakukan tindakan pelayanan tersebut maka Marthinus Yanry Letelay menandatangi pernyataan tersebut bersama saudari Rosina Letelay. Setelah selesai pemasangan selang tersebut oleh tim medis dan mereka kembali ke ruang jaga maka kami keluarga Letelay yakni : Marthinus Yanry Letelay, Rosina Letelay, Oyang Letelay, Jemris Letelay, Lenora Dahoklory, Andarias Letelay, David Laimeheriwa, berbincang diruangan tempat pasien dirawat bahwa keluarga tidak memiliki biaya apabila pasien harus dirujuk ke Ambon atau Kupang, maka apakah bisa keluarga mencari perawatan alternative (Perawatan dengan menggunkan obat-obat tradisional). Ditempat itu juga ada saudara Agustinus Dahoklory, maka disepakati untuk dicari orang yang punya keahlian mengobati dengan obat tradisional tersebut dan dijawab oleh saudara Jemris bahwa pada bulan maret tahun 2015 yang lalu saudara Jemris sakit dan dirujuk ke kupang dan disana ada seorang bapak yang meminta kepada pihak rumah sakit untuk saudara Jemris dirawat di rumah dan hasil perawatan dari Bapak itu lalu saudara Jemris sembuh dari sakitnya, dan Bapak itu bernama Bapak Enos sedang berada di Tiakur Moa pada saat itu, sehingga atas kesepakatan bersama pada saat itu lalu saudara Jemris Letelay harus menjemput Bapak Enos datang untuk melihat dulu keadaan pasien. Apalagi tindakan medis sementara berlangsung sehingga keluarga pasien tidak bisa berbuat lebih tanpa seisin pihak medis. Lalu saudara Martihnus Yanry Letelay bersama Agustinus Dahoklory keluar kembali ke tempat sebelumnya di sebelah timur dari gedung perawatan tersebut dan duduk bersama saudara Agustinus Dahoklory ditempat itu sambil merokok dan berceritera. Ceritera itu dimulai oleh saudara Agustinus Dahoklory yang menceriterakan Adiknya (Saudara Kres Dahoklory) yang hampir menikam Mama Tuanya (Mama Aprauwana/ nama rumah dikisar) karena diduga melakukan perbuatan suanggi, kemudian dilanjutkan lagi dengan menyebut oknum keluarga Lainata Mata Rumah Nohorau yang suanggi mengakibatkan Kakaknya Agustinus Dahoklory yakni (alm. Yosina Dahoklory – Lainata) ketika sakit itu katanya ada keluarga Lainata yang membuat almarhumah sakit dengan ilmu suanggi sehingga saudara Kres Dahoklory memukul oknum yang diduga tersebut hingga babak belur, namun tidak ditanggapi serius oleh Marthinus Yanry Letelay, sedangkan saudara Jemris Letelay bersama Andarias Letelay menuju ke rumah Bapak Enos di wilayah PLN di Tiakur dengan menggunakan sepeda motor. Selanjutnya Marthinus Yanry Letelay bersama Agustinus Dahoklory duduk dilantai emperan gedung rawat sambil membicarakan Bapak Enos yang mau dijemput itu dan menurut saudara Agustinus Dahoklory bahwa dia (Agustinus Dahoklory) juga mengenal Bapak Enos itu. Kurang lebih setengah jam kemudian Jemris Letelay, Andarias Letelay bersama Bapak Enos tiba di rumah sakit dan kami sekalian yang ada di tempat itu termasuk Agustinus Dahoklory menuju ke tempat pasien dirawat. Sambil mengelus perut pasien lalu Bapak Enos mengatakan bahwa beliau bisa siapkan obat tradisional untuk mengobati perut pasien lalu Marthinus Yanry Letelay bertanya kira-kira ramuan obat tradisional itu apa saja, dan menurut Bapak Enos bahwa beliau akan pakai kapur makan dan kunyit mai.
Setelah mendengar jawaban dari bapak Enos tersebut Marthinus Yanry Letelay meminta kepada Jemris Letelay untuk mengundang tim medis yang sementara bertugas datang di tempat pasien dirawat lalu Marthinus Yanry Letelay menyampaikan kepada Tim Medis bahwa apakah bisa diijinkan untuk pasien diobati dengan kapur makan dan kunyit mai atau tidak ? Jawab tim medis bahwa di perut pasien itu ada gas sehingga perut membesar seperti itu lalu bagaimana bisa diobati dengan kapur yang panas itu ? Dan untuk sementara tidak bisa ada pengobatan lain sebelum ada persetujuan Dokter. Oleh karena itu Marthinus Yanry Letelay meminta kepada Bapak Enos untuk memikirkan ramuan yang lain. Selanjutnya menurut Tim Medis tersebut bahwa apabila dirawat pakai obat yang bukan anjuran dokter maka pasien harus pulang di rumah baru bisa dirawat di rumah. Setelah itu tim medis kembali ke ruang kerja mereka lalu Marthinus Yanry Letelay meminta kepada Jemris Letelay bersama Rosina Letelay untuk berkonsultasi dengan dokter bahwa apabila pasien pulang ke rumah lalu dirawat dengan obat tradisional tapi apapila ada hal emergenci bisa tidak pasien dibawa kembali ke rumah sakit karena Marthinus Yanry Letelay harus pulang ke rumah karena ada telpon dari keluarga Lainata di kisar tentang saudara yang juga sementara sakit dikisar.
Besok harinya pukul 10.00 WIT (jam 10 pagi) saudari Rosina Letelay menelpon Jemris Letelay dan meminta Jemris Letelay untuk segera datang di rumah sakit karena pasien gelisah dan berontak semalaman dan minta pulang ke rumah. Saudara Jemris Letelay terlambat ke rumah sakit sehingga David Laimeheriwa (suami dari saudari Rosina Letelay) datang ke rumah saudara Jemris Letelay untuk menjemput Jemris Letelay ke rumah sakit. Setelah tiba di rumah sakit dan berbincang dengan pasien serta saudari Rosina Letelay dan Oyang Letelay dan mereka mengiayakan permintaan dari pasien bahwa selang yang dipasang didalam hidung pasien itu mengakibatkan pasien tidak bisa tidur dan terus gelisah semalaman sehingga pasien minta pulang ke rumah. Selanjutnya Jemris Letelay mendatangi tim medis yang bertugas untuk menyampaikan permintaan pasien lalu tim medis melanjutkan permintaan tersebut kepada dokter lalu dokter menyetujui untuk pasien diijinkan pulang ke rumah, setelah itu baru Jemris Letelay bersama saudari Rosina Letelay menelpon Marthinus Yanry Letelay untuk segera ke rumah sakit. Setibanya Marthinus Yanry Letelay di rumah sakit pasien menyampaikan bahwa dia mau pulang ke rumah saja lalu mau makan bubur panas karena malas taruh selang di hidung karena rasanya membosankan. Dan selanjutnya disampaikan oleh saudari Rosina Letelay bahwa pasien tidak mau lagi pasang selang di hidung dan dia minta pulang ke rumah sehingga sudah disampaikan permintaan pasien itu kepada dokter dan dokter sudah menyetujui sehingga sementara menunggu perawat datang lepas selang lalu pasien bisa pulang ke rumah lalu nanti bapak Enos yang bisa merawat pakai obat tradisional itu rawat pakai obat tradisional di rumah. Menjelang setengah jam kemudian perawat datang untuk melepas selang yang sementara terpasang dihidung pasien dan sekaligus membawa pernyataan yang harus tandatangani keluarga untuk membawa pulang pasien di rumah. Atas kesepakatan bersama Marthinus Yanry Letelay, Rosina Letelay, Oyang Letelay dan David Laimeheria Pernyataan itu ditandatangani oleh Marthinus Yanry Letelay dan Rosina Letelay sebagai keluarga pasien. Bersama pasien dan keluarga yang ada di rumah sakit pada waktu itu pulang ke rumah sudara Rosina Letelay. Setelah tiba dirumah saudari Rosina Letelay di belakang Gedung gereja GPM Tiakur, keluarga langsung siapkan bubur panas lalu dimakan oleh pasien. Setelah pasien selesai makan, Marthinus Yanry Letelay minta diri untuk pulang dan selanjutnya Marthinus Yanry Letelay tidak lagi datang menjenguk pasien karena keluarga Lainata dikisar selalu menelpon minta pikiran dari Marthinus Yanry Letelay terkait keluarga yang sakit dikisar. Sehingga pasien saudara Yanto Letelay selanjutnya diurus oleh saudari Rosina Letelay, Oyang Letelay, David Laimeheriwa bersama Bapak Enos yang merawat pakai obat tradisional itu bersama-sama dengan Agustinus Dahoklory dan keluarga besar yang lain yang selalu datang jenguk pasien dirumah. Setelah satu minggu lebih pasien dirumah dan dirawat oleh Bapak Enos yang berobat pakai obat tradisional itu saudara-saudara di rumah pasien merasa bimbang, resah serta bingung karena perut pasien tidak juga kunjung berubah sehingga mereka bertukar pikiran dirumah pasien bahwa kira-kira bisa cari cara lain atau tidak, pembicaraan itu terjadi antara Andarias Letelay bersama Bapak Enos yang merawat, karena rasanya tidak baik apabila Bapak Enos yang sedang merawat lalu harus keluarga cari lagi orang lain (Orang yang bisa berobat). Menurut Bapak Enos yang merawat itu bahwa beliau bisa buat muncul nama atau wajah dari orang yang buat penyakit itu. Sehingga tanpa berpikir panjang saudara Andarias Letelay bersama Bapak Enos membicarakan waktu dan disepakati waktu waktu 3 hari untuk Bapak Enos berdoa atas bahan-bahan yang nanti beliau pakai untuk cari tahu. Setelah waktu yang disepakati tiba yakni tanggal 12 April pagi hari Andarias Letelay bersama Bapak Efradus Samloy (Bapak mantu dari Andarias Letelay) datang di rumah pasien dan disana sudah ada saudari Rosina Letelay, Oyang Letelay, David Laimeheriwa, Agustinus Dahoklory bersama Bapak Enos serta pasien Yanto Letelay, selanjutnya karena Bapak Enos telah menyediakan kertas HVS putih yang katanya sudah didoakan oleh Bapak Enos, sesuai pengakuan beliau) dan meminta untuk disediakan air bersih didalam Loyang. Setelah air disediakan lalu Bapak Enos meletakan kertas putih itu didalam air yang ada didalam Loyang tersebut dan muncul nama DOMINGGUS LETELAY. Disaat itu ada yang merekam pakai Hand Phone dan pembicaraan dan kertas yang ada didalam Loyang itu dan ketika muncul nama DOMINGGUS LETELAY langsung dikomentari oleh saudara Agustinus Dahoklory yang pertama dalam dialek bahasa kisar (Bahasa Meher) yang mengatakan bahwa nama yang muncul DOMINGGUS LETELAY itu “Pellay” (Nama Rumah dari DOMINGGUS LETELAY). Pernyataan Agustinus Dahoklory itu secara langsung menuduh DOMINGGUS LETELAY “Pellay” menggunakan ilmu hitam (Suanggi) untuk menyakiti saudara Yanto Letelay dengan alasan tanah warisan, sementara dalam rekaman video itu tidak ada nama rumah, yang ada hanya muncul Nama orang yakni DOMINGGUS LETELAY. Yang kedua Tanah warisan yang disebut oleh saudara Agustinus Dahoklory dalam rekaman video itu adalah nama tempat yaitu “Pellay bawah”, nama tempat itu adalah Nama rumah dari Marthinus Yanry Letelay dan Jemris Letelay sedangkan nama rumah Pellay atas adalah nama tempat rumah dari DOMINGGUS LETELAY yang sebelumnya sudah disebutkan oleh Agustinus Dahoklory awal komentarnya ketika muncul nama DOMINGGUS LETELAY pada kertas yang ada didalam air Loyang tersebut. Komentar saudara Agustinus Dahoklory itu balas oleh Bapak Efrads Samloy bahwa semua urusan tanah warisan itu sudah diatur oleh orang tua-tua dulu (Semua komentar dalam rekaman video itu diucapkan dalam Bahasa Kisar/ Bahasa Meher). Selanjutnya saudara Agustinus Dahoklory mengatakan bahwa nanti rekaman itu dikirim ke kisar (sebagaimana pembicaraan sesuai dengan Video yang dikirim oleh saudara Agustinus Dahoklory kepada Adiknya Krestina Dahoklory di ambon melalui messenger lalu video tersebut dibagikan kepada Ina Letelay di Ambon kemudian video itu dikirim kepada Alin Letelay yang adalah anak dari Bapak Dominggus Letelay di kisar). Kejadian pembuatan Mawe itu pada tanggal 12 April 2020 pagi hari sekitar jam 10.00 WIT dan selanjutnya pukul 15.00 WIT (jam tiga sore) Bapak Enos yang buat mawe/ cari tahu itu menelpon Jemris Letelay untuk memberitahu bahwa beliau (Bapak Enos) telah berhasil melakukan mawe/ cari tahu penyebab sakit dari Yanto Letelay jadi Jemris Letelay harus datang kerumah pasien dibelakang gedung gereja GPM Tiakur untuk melihat hasil mawe / cari tahu itu, sehingga sore itu Jemris Letelay bersama Edy Laimeheriwa datang kesana dan Bapak Enos kembali melakukan prakteknya dan menunjukan lagi kegiatannya untuk dilihat oleh saudara Jemris Letelay bersama Edy Laimeheriwa. Setelah ditunjukan mawe itu Jemris Letelay tidak berkata apa-apa karena merasa tidak nyaman untuk membicarakan hal itu karena Jemris Letelay merasa bingung dengan fenomena itu. Setelah pulang dari rumah pasien, Jemris Letelay menyampaikan kepada Marthinus Yanry Letelay tentang fenomena itu namun tidak ditanggapi dan selanjutnya Marthinus Yanry Letelay berpesan agar informasi itu jangan disebarkan karena akibatnya nanti keluarga Letelay Mata Rumah Pahi Onno akan hancur karena tuduhan tersebut yang kebenarannya masih diragukan. Pada waktu itu bertepatan pula dengan Marthinus Yanry Letelay bersama istri dan ponakan-ponakan sedang bersiap-siap serta sibuk komunikasi menunggu detik-detik untuk berangkat ke kisar dengan speed boat menghadiri acara pemakaman iparnya (Adik perempuan dari Istrinya Marthinus Yanry Letelay).
Ketika Marthinus Yanry Letelay berada dikisar kurang lebih satu bulan yakni sejak tanggal 12 April hingga tanggal 13 Mei barulah kembali ke Tiakur dengan KM. Sabuk Nusantara 87. Setelah terjadi mawe / cari tahu itu Jemris Letelay tidak lagi datang jenguk pasien (saudara Yanto Letelay yang sedang sakit) karena istri dari Jemris Letelay sementara menunggu waktu untuk bersalin dan tepatnya tanggal 3 Mei istri dari Jemris Letelay bersalin. Satu minggu lebih dari tanggal 13 Mei yakni setibanya Marthinus Yanry Letelay bersama istri dan ponakan-ponakannya di Tiakur dan tepatnya tanggal 24 Mei pada malam hari beredar informasi bahwa saudara Yanto Letelay buang air besar (B A B) dan yang keluar hanya darah dan sangat banyak sehingga sudah diantar ke RSUD tiakur lagi. Namun Tuhan berkehendak lain sehingga tanggal 25 Mei tepat pukul 5.00. WIT subuh, beredar informasi bahwa saudara Yanto Letelay telah meninggal di Rumah Sakit Umum Daerah Tiakur. Selanjutnya Saudara David Laimeheriwa mendatangi rumah Jemris Letelay dan memberitahu informai duka cita tersebut tepat pukul 8.30 (Setengah Sembilan Pagi) sehingga Jemris Letelay menuju ke rumah sakit setelah tiba dirumah sakit masih ada tim doa sedang berdoa bersama saudari Rosina Letelay dan Oyang Letelay disamping Jasad Yanto Letelay dan kata Tim Doa bahwa saudara Yanto Letelay masih bisa hidup karena masih sementara didoakan, tetapi menurut pihak medis bahwa saudara Yanto Letelay telah meninggal pada pukul 5 subuh. Tepat jam 10 pagi barulah Marthinus Yanry Letelay tiba di Ruang ICU RSUD Tiakur dan meminta Tim Doa untuk mengecek nadi dari Yanto Letelay dan ternyata sudah meninggal sehingga Marthinus Yanry Letelay meminta kepada pihak Perawat RSUD Tiakur yang sementara bertugas untuk menyiapkan ambulance untuk mengantar jenasah almarhum Yanto Letelay kerumah. Setelah tiba dirumah telah berdatangan sanak saudara dan keluarga yang telah mendengar berita duka tersebut dan KeluargaBesar Letelay yang berada di Tiakur berkonsultasi dengan Pihak Gereja Tiakur dan bersepakat untuk memakamkan almarhum Yanto Letelay pada pukul 17.00 WIT (Jam lima sore) karena kondisi tubuh (perut almarhum) yang dikhawatirkan akan mengakibatkan jenasah tidak bisa bertahan lama). Marthinus Yanry Letelay berkomunikasi dengan ayah dari almarhum (Bapak Simon Letelay) serta om/paman dari almarhum sehingga atas kesepakatan bersama jenasah akan dimakamkan di TPU Desa Wakarleli di Moa dan Keluarga besar Letelay Mata Rumah Pahi onno bersama keluarga di kisar mengikuti ibadah penyesuaian pemakaman dari almarhum. Kegiatan di rumah duka dibelakang Gedung Gereja Tiakur berakhir Pukul 00.30 WIT (Setengah satu malam), dan sesuai kesepakatan keluargabesar Letelay di Tiakur pada waktu itu agar 3 hari kemudian akan dilakukan pertemuan Keluarga Besar Letelay untuk bermain tiga malam (kebiasaan masyarakat sesuai ajaran agama dan budayanya) serta membicarakan penyelesaian nisan (Membuat Kubur) dari almarhum.
Besoknya tanggal 26 Mei pukul 11.00 WIT (menjelang siang), Marthinus Yanry Letelay di telpon oleh saudara Olos Letelay (adik kandung dari Andarias Letelay). Saudara Olos Letelay adalah anggota TNI AD yang sementara bertugas di Ambon dan bertempat tinggal di asarama TNI AD di Benteng Atas Ambon, saudara Olos Letelay memberitahukan kepada Marthinus Yanry Letelay bahwa ada video yang ditonton oleh saudara-saudara di rumah saudari Krestina Dahoklory (Adik kandung dari Agustinus Dahoklory) di benteng atas kemarin dalam acara penyesuaian ibadah pemakaman dari almarhum Yanto Letelay. Video itu ada muncul nama DOMINGGUS LETELAY dan didalam Video itu Agustinus Dahoklory menyebut nama rumah dari DOMINGGUS LETELAY (Nama rumah Pellay) sekaligus Agustinus Dahoklory mengatakan bahwa akibat dari tanah warisan sehingga nama yang muncul diatas kertas dalam air Loyang yakni DOMINGGUS LETELAY Pellay menggunakan ilmu hitam/ suanggi lalu Yanto Letelay meninggal. Tanah warisan yang disebut oleh Agustinus Dahoklory adalah Tempat rumah Pellay. Video itu sudah beredar diambon sini jadi beta (Olos Letelay) kirim kepada Bu (Marthinus Yanry Letelay ditiakur Moa). Jadi Bu Marthinus Yanry Letelay) tolong cek siapa yang buat video dan kirim ke ambon sini, kata OLos Letelay mengakhiri telponnya. Satu jam kemudian Ony Letelay (Anak dari DOMINGGUS LETELAY), Ony Letelay adalah anggota TNI AD yang bertugas di Kodim Saumlaki. Ony Letelay menelpon Marthinus Yanry Letelay memberitahukan berita yang sama dan mengatakan bahwa Video tersebut sudah ada padanya sehingga selesai pembicaraan di telpon video tersebut langsung dikirim oleh ONY LETELAY kepada Marthinus Yanry Letelay melalui aplikasi Whatsapp. Setelah video tersebut dikirim Marthinus Yanry Letelay meminta kepada Jemris Letelay agar segera menemui saudari Rosina Letelay di rumahnya di belakang Gereja GPM Tiakur untuk mengecek siapa yang mengirim video hasil remakan mawe itu ke ambon sehingga sudah beredar disemua tempat, sehingga Jemris Letelay mendatangi rumah Andarias Letelay dan mereka berdua pergi ke rumah saudari Rosina Letelay disana ada saudari Rosina Letelay, Oyang Letelay dan David Laimeheriwa, setelah ditanya saudari Rosina Letelay, Oyang Letelay dan David Laimeheriwa mengatakan bahwa mereka tidak mengirim video. Kemudian Jemris Letelay, Andarias Letelay, saudari Rosina Letelay, Oyang Letelay dan David Laimeheriwa sepakat untuk menelpon Agustinus Dahoklory yang pada waktu itu sedang piket jaga dikediaman Bupati Maluku Barat Daya, setelah dipaksakan akhirnya Agustinus Dahoklory datang ke rumah Saudari Rosina Letelay dan mengatakan bahwa dia (Agustinus Dahoklory) yang mengirim video itu kepada adiknya Krestina Dahoklory di ambon melalui aplikasi messenger. Setelah mendengar jawaban dari Agustinus Dahoklory Jemris Letelay mengatakan bahwa Om Agus (Agustinus Dahoklory) bertanggungjawab karena video itu sudah menyebar dimedia masa. Namun Agustinus Dahoklory mengelak dan mengetakan bahwa dia (Agustinus Dahoklory) tidak menyebarkan video dimedia masa tetapi hanya mengirim melalui messenger kepada adiknya Krestina Dahoklory. Hingga besok harinya tanggal 27 Mei Marthinus Yanry Letelay menerima telpon dari Alin Letelay di Kisar dan meminta agar Marthinus Yanry Letelay bicara dengan Bapaknya (Dominggus Letelay) karena ada video yang dikirim oleh Ina Letelay diambon yang menuduh Bapaknya suanggi yang mengakibatkan Yanto Letelay meninggal di Tiakur. Melalui telpon itu Dominggus Letelay mengatakan bahwa dirinya tidak terima dituduh sebagai suanggi karena selama ini dirinya tidak pernah belajar ilmu suanggi lalu berbuat jahat kepada orang lain. Maka dijawab oleh Marthinus Yanry Letelay bahwa video itu baru dikirim oleh Ony Letelaydi Saumlaki jadi nanti Keluarga Letelay yang ada di tiakur akan diundang untuk membicarakan video tersebut dan yang sudah pasti ialah Agustinus Dahoklory yang mengakui bahwa dia yang mengirim video tersebut kepada Adiknya Kristina Dahoklory di ambon. Akibat dari dikirimnya video tersebut ke ambon maka beredarlah video tersebut ke berbagai tempat termasuk ke kisar. Karena sangat emosi dituduh sebagai suanggi, maka pembicaraan itu diakhiri dengan pernyataan bahwa saudara Dominggus Letelay selama ini diangkat sebagai saniri adat keluarga Letelay pada Mata rumah pahi onno merasa Malu sehingga saudara Dominggus Letelay akan mengumpulkan Keluarga dalam Mata Rumah Pahi Onno dan akan meletakan jabatan Saniri Adat. Tanggal 28 Mei Keluarga Besar Letelay Mata Rumah Pahi Onno rapat dan Video itu diputar untuk dlihat dan didengar oleh keluarga besar Letelay Mata Rumah Pahi Onno. Pada hari yang sama yakni diperkirakan pukul 20.00 WIT (Jam delapan malam) Ony Letelay menelpon Marthinus Yanry Letelay dan memberitahukan bahwa video itu telah beredar dimana-mana, yakni telah sampai ke tangan anak, adik serta saudara-saudara dari DOMINGGUS LETELAY diberbagai tempat yakni, Papua, Ambon, Saumlaki, Kisar dan Kupang. Dan ditelpon itu telah tersambung anak, adik serta saudara-saudara dari Bapak DOMINGGUS LETELAY yang ingin mengetahui tuduhan suanggi kepada Bapak DOMINGGUS LETELAY sesuai video itu. Dan melalui telepon itu Marthinus Yanry Letelay berusaha untuk menenangkan mereka yang ada disambungan telpon agar tidak emosi dan harus sabar untuk menyelesaikan masalah yang ada dengan dasar pikir bahwa hidup dan matinya manusia ada ditangan Tuhan sang Pencipta. Pemberi dan Pencabut nafas hidup manusia hanya Tuhan oleh karena itu tuhan suanggi itu tidak benar, dan tidak bisa dibuktikan kebenarannya sehingga sebagai keluarga besar yang ada dalam mata rumah Pahi Onno harus sabar untuk menyelesaikan masalah itu dengan otak dingin, dengan demikian mereka yang ada pada sambungan telpon itu menerima penjelasan dari Marthinus Yanry Letelay dan mengakhiri telponnya. Sementara berlangsung telpon sambungan tersebut saudari Rosina Letelay bersama suaminya David Laimeheriwa datang dirumah Marthins Yanry Letelay untuk meminta kesediaan Marthinus Yanry Letelay sebagai kakak dan orang tua agar segera menindaklanjuti hasil kesepakatan keluarga ketika selesai pemakaman almarhum Yanto Letelay pada tanggal 25 Mei yang lalu yakni Keluarga Besar Letelay di Tiakur harus ke rumah duka untuk membahas penyelesaian Nisan / kubur dari almarhum Yanto Letelay. Permintaan dari saudari Rosina Letelay bersama suaminya dijawab oleh Marthinus Yanry Letelay bahwa tadi siang ada telpon dari kisar dan baru saja ada telpon sambung oleh saudara-saudara yang ada diluar kisar tentang video yang beredar dan menuduh saudara DOMINGGUS LETELAY telah menggunakan ilmu hitam / suanggi untk menyakiti dan membunuh almarhum Yanto Letelay, oleh karena itu saudari Rosina Letelay bersama suami dan Adik Oyang Letelay bersabar sampai masalah tuduhan suanggi itu diselesaikan dulu baru Nisan itu dikerjakan sehingga selesai dikerjakan tidak ada lagi masalah didalam keluarga yang ada dikisar maupun yang ada di tiakur moa. Penjelasan tersebut diterima dan difahami oleh saudari Rosina Letelay bersama suaminya David Laimeheriwa.
Selama bulan juni 2020 keluarga Besar Letelay mata rumah Pahi onno beberapa kali rapat dikisar untuk mencari solusi menyelesaikan masalah ini. Dan akhirnya atas arahan dan nasihat dari Bapa Otniel Letelay sebagai orang tua dalam keluarga Letelay Mata Rumah Pahi Onno kepada Bapak DOMINGGUS LETELAY maka beliau bersedia datang ke rumah tua Keluarga Letelay Mata Rumah di Pahi Onno untuk bertemu ayah dari almarhum Yanto Letelay (Bapak Simon Letelay). Dalam pertemuan keluarga besar Letelay Mata Rumah Pahi Onno itu disepakati bahwa Keluarga Besar Letelay Mata Rumah Pahi Onno sudah tidak ada lagi masalah akan tetapi didalam rekaman video yang beredar itu saudara Agustinus Dahoklory menyebut “Pellay” yang adalah nama rumah dari nama yang Muncul pada kertas didalam air Loyang dan menghubungkan nama itu dengan tuduhan akibat dari tanah warisan keluarga yang mengakibatkan Dominggus Letelay “Pellay” (pellay adalah nama rumah dari Dominggus Letelay melakukan perbuatan suanggi untuk menyakiti Yanto Letelay. Oleh karena itu dalam rapat itu keluarga menelpon Marthinus Yanry Letelay ditiakur yang pada saat yang sama sedang bersama-sama dengan Keluarga Besar Letelay yang berdomisili di Tiakur Moa dan sekitarnya berada di rumah saudari Rosina Letelay di belakang gedung gereja GPM Tiakur dan pembicaraan via telpon itu dibuka dengan speaker Hand Phone untuk diperdengarkan kepada semua saudara-saudara keluarga besar Letelay untuk bersama-sama mendengarkan pembicaraan itu. Pembicaraan via telpon pada saat itu juga dibuka/ diperbesar speaker Hand Phone ditengah-tengah keluarga Letelay di rumah Tua Pahi Onno Mata Rumah keluarga Letelay sehingga semua mendengar secara bersama-sama. Pembicaraan via telpon tersebut Marthinus Yanry Letelay berbicara bergantian dengan 4 orang Bapak ditengah-tengah keluarga Letelay yang berdomsili di Tiakur dengan yang pertama Bapak Otniel Letelay, yang Kedua Bapak Markus Letelay (Om / Paman dari Almarhum, ketiga Bapak Dominggus Letelay dan yang ke empat Bapak Simon Letelay (Ayah dari almmarhum Yanto Letelay). Dari keempat Bapak tersebut permintaannya sama yaitu Keluarga Besar Letelay Mata Rumah Pahi Onno tidak ada lagi masalah dan telah disepakati untuk menghadirkan Pendeta ditengah-tengah keluarga untuk berdoa bersama dan menyudahi permasalahan yang ada dan keluarga besar Letelay di Tiakur Moa dimohon kesediaannya untuk segera mengerjakan Nisan/ Kubur dari almarhum di Moa, tetapi keluarga meminta untuk disampaikan kepada Agustinus Dahoklory untuk pulang ke kisar bertemu keluarga untuk menyelesaikan ucapan-ucapannya yang menyebut tanah warisan keluarga Letelay mengakibatkan Dominggus Letelay melakukan suanggi lalu meninggalnya Yanto Letelay. Agustinus Dahoklory juga adalah anak dari Keluarga Besar Letelay Mata Rumah Pahi Onno sehingga diminta untuk pulang kekisar bertemu dengan Keluarga Letelay di Pahi Onno sehingga semua kesalahpahaman tersebut dapat diselesaikan sebagai orang keluarga (orang Tua dan anak). Dari permintaan keluarga tersebut maka kami keluarga Letelay domisili di Tiakur yang sementara bersama-sama pada saat itu meminta saudari Rosina Letelay untuk menelpon saudara Agustinus Dahoklory, pada saat ditelpon saudara Agustinus Dahoklory menjawab telpon dan berbicara dengan Marthinus Yanry Letelay. Permintaan dari Keluarga Letelay yang juga mengakui Agustinus Dahoklory sebagai anak itu disampaikan oleh Marthinus Yanry Letelay kepada Agustinus Dahoklory dan jawaban dari Agustinus Dahoklory bahwa dia bersedia kekisar tapi akan minta ijin dulu kepada pimpinannya, apabila dalam waktu dekat bisa diijinkan maka dia (Agustinus Dahoklory) akan berangkat ke kisar untuk bertemu keluarga Letelay Mata Rumah Pahi Onno di Kisar. Pembicaraan antara Marthinus Yanry Letelay bersama Agustinus Dahoklory pada saat ini suara speaker hand phone di besarkan sehingga keluarga besar Letelay domisili tiakur yang sedang duduk bersama-sama itu mendengar pembicaraan tersebut. Setelah selesai pembicaraan dengan saudara Agustinus Dahoklory berakhir, Marthinus Yanry Letelay kembali menelpon Bapak Otniel Letelay di Kisar via Hand Phone untuk memberitahukan bahwa saudara Agustinus Dahoklory telah bersedia untuk pulang ke kisar tetapi harus Dia (Agustinus Dahoklory) mendapat ijin dulu dari Pimpinannya. Pembicaraan itu membuat Keluarga Besar Letelay berterima kasih karena ada niat baik dari Agustinus Dahoklory sebagai anak dari Keluarga Besar Letelay Mata Rumah Pahi Onno. Untuk tidak membesar-besarkan masalah dalam hubungan kekeluargaan secara adat maka Keluarga Letelay Mata Rumah Pahi Onno yang sedang duduk rapat bersama itu mengutus Bapak Lukas Letelay yang kebetulan rumahnya berdekatan dengan rumah dari orang tua kandung saudara Agustinus Dahoklory untuk memberitahukan kepada orangtua kandung dari Agustinus Dahoklory terkait hasil kesepakatan keluarga Letelay itu untuk diketahui oleh orangtua kandung dari Agustinus Dahoklory.
Setelah pembicaraan itu berakhir Keluarga Besar Letelay domisili di tiakur yang sedang duduk bersama-sama itu sepakat untuk menentukan waktu dan menyiapkan material untuk mengerjakan nisan / kubur dari almarhum Yanto Letelay. Tepat tanggal 18 Juli 2020, Nisan / Kubur dari almarhum Yanto Letelay selesai dikerjakan dan dilanjutkan dengan Ibadah syukur lepas duka dan syukur pembuatan nisan dilakukan oleh keluarga Letelay di Tiakur bersama handai tolan dan tetangga rumah dari saudari Rosina Letelay dibelakang Gedung Gereja GPM Tiakur.
Rencana keberangkatan saudara Agustinus Dahoklory kekisar tidak lagi diketahui oleh keluarga Letelay yang berdomisili di tiakur Moa. Tanggal 24 Juli 2020 tepatnya pukul 11.00 WIT Marthinus Yanry Letelay ditelpon oleh Alin Letelay dikisar dan meminta agar Marthinus Yanry Letelay berkenan bicara dengan Bapaknya Alin yakni Bapak Dominggus Letelay, melalui telpon tersebut diberitahukan oleh Bapak Dominggus Letelay bahwa saudara Kres Dahoklory (Adik kandung dari Agustinus Dahoklory telah dua kali mendatangi Saniri Pemerintahan Keluarga Besar Letelay Mata Rumah Pahi Onno Bapak Alfaris Letelay untuk meminta kepada Keluarga Besar Letelay Pahi Onno segera mengutus utusan dari Keluarga Letelay ke Keluarga Dahoklory sudah karena saudara Agustinus Dahoklory sudah siap berangkat ke kisar dengan kapal laut, dan setibanya Agustinus Dahoklory dikisar selama 3 hari tidak ada utusan dari keluarga Letelay Mata Rumah Pahi Onno maka keluarga mereka (Agustinus Dahoklory dan Kres Dahoklory) akan melaporkan Keluarga Letelay ke Polisi di Polsek Kisar. Sehingga pembicaraan tersebut sudah berlainan dengan pembicaraan awal bahwa apabila saudara Agustinus Dahoklory tiba dikisar dan bertemu dengan Keluarga Letelay Mata Rumah Pahi Onno yang adalah orangtua dan bahagian dari saudara Agustinus Dahoklory maka permasalahan pengiriman video serta sebutan tanah warisan tersebut selesai antara orang tua dan anak karena sesuai tatanan adat dikisar bahwa Ibu Kandung dari Agustinus Dahoklory berasal dari Keluarga Besar Letelay Pahi Onno maka Agustinus Dahoklory tetap diterima sebagai anak dari Keluarga Letelay Pahi Onno. Tetapi kok bisa ada permintaan seperti itu lagi oleh Kres Dahoklory yang adalah adik kandung dari Agustinus Dahoklory. Maka pembicaraan via telpon itu Marthinus Yanry Letelay meminta agar keluarga Letelay menunggu saja Agustinus Dahoklory tiba dikisar dulu baru keluarga Letelay mendatangi rumah Agustinus Dahoklory sehingga tidak melibatkan keluarga Dahoklory yang lain karena Agustinus Dahoklory tidak mungkin dilupakan sebagai anak dari keluarga Letelay Mata Rumah Pahi Onno sebagai orang beradat.
Dengan adanya kehadiran saudara Kres Dahoklory bertemu Saniri Pemerintahan Keluarga Besar Letelay Mata Rumah Pahi Onno maka keluarga besar Letelay Mata Rumah Pahi Onno berapat dan mengirim utusan untuk datang ke rumah Agustinus Dahoklory namun dirumah Agustinus Dahoklory tidak ada orang sehingga utusan tersebut kembali ke keluarga Letelay untuk memberitahukan bahwa di rumah saudara Agustinus Dahoklory tidak ada orang, selanjutnya atas persetujuan keluarga Besar Letelay yang sementara duduk berapat tersebut lalu utusan tersebut menuju ke salah satu anggota keluarga Dahoklory Mata Rumah Irmaru yakni Bapak Hermanus Dahoklory (Nama rumah dikisar Resimaunaha) untuk menyampaikan maksud keluarga Letelay tersebut. Setibanya Agustinus Dahoklory dikisar, keluarga Letelay berapat lagi mengingat permintaan saudara Kres Dahoklory bahwa waktu hanya 3 hari sehingga keluarga Letelay mengutus lagi 5 orang keluarga atas nama : 1. Matheus Letelay (Nama rumah Marehe Onno), 2. Nataniel Letelay (Nama rumah Nowo), 3. Nataniel Letelay (Nama Rumah Inpres), 4. Agustinus Letelay (Nama Rumah Nowo Barat) dan 5. Lukas Letelay (Nama rumah Paihana). Kelima utusan ini datang kerumah saudara Agustinus Dahoklory untuk meminta penjelasan saudara Agustinus Dahoklory atas pengiriman video rekaman pembuatan mawe dan kata-kata Saudara Agustinus Dahoklory yang menyebut tanah warisan milik Keluarga Letelay tersebut. Namun Saudara Agustinus Dahoklory tidak mau mengakui beredarnya video tersebut karena dia (Agustinus Dahoklory) tidak menyebarkan video di media sosial karena dia hanya mengirim melalui messenger, sehingga Dia (Agustinus Dahoklory) mengancam keluarga besar Letelay untuk melaporkan keluarga Letelay Mata Rumah Pahi Onno melalui utusan itu ke pihak kepolisian. Kelima utusan tersebut kembali dan menyampaikan kepada Keluarga Besar Letelay Mata Rumah Pahi Onno yang sedang berapat itu dan akhirnya keluarga sepakat untuk menunggu hasil dari ancaman saudara Agustinus Dahoklory tersebut. Tepat hari selasa tanggal 28 Juli Keluarga Letelay Mata Rumah Pahi Onno yakni kelima utusan dari keluarga itu menerima undangan mediasi dari Polsek Pulau Kisar pada kamis tanggal 30 Juli 2020 atas laporan dari saudara Agustinus Dahoklory dengan tuduhan penyebaran BERITA HOAX, (surat dari Polsek Kisar Terlampir). Setelah menerima surat undangan tersebut Keluarga Besar Letelay berapat pada hari Selasa Tanggal 28 Juli Pukul 17.00 WIT dan bersepakat untuk semua keluarga hadir di kantor Polsek karena utusan yang diminta menghadap di polsek kisar tersebut bukan dengan maunya sendiri tetapi karena diutus oleh keluarga Letelay Mata Rumah Pahi Onno.
Pertemuan tanggal 30 Juli 2020 di Kantor Polsek kisar tersebut tidak ada titik temu karena saudara Agustinus Dahoklory beralasan bahwa Dia tidak ada ketika saudara Yanto Letelay dibawa keluar dari rumah sakit Umum Tiakur, bapak tukang Mawe itu ketika buat mawe itu dia tidak menuduh suanggi dan dia tidak menyebarkan video tersebut dimedia sosial karena dia hanya mengirim video tersebut kepada adiknya Krestina Dahoklory melalui messenger. Oleh karena itu dia minta saksi dari keluarga Letelay, namun keluarga Letelay yang berdomisili ditiakur tidak ada satupun dikisar pada waktu itu sehingga Keluarga Letelay (saudara Saul Ferdinand Letelay) sebagai juru bicara keluarga sekaligus sebagai penerjamah bahasa bagi keluarga Letelay karena ayah kandungnya juga ikut dipanggil ke menghadap di Polsek Kisar meminta agar masalah itu dilanjutkan saja di Polres MBD di Tiakur Moa karena tempat kejadian dan para saksi serta yang buat mawe berada di tiakur moa. Saudara Agustinus Dahoklory menyanggupi dan bersedia melaporkan masalah tersebut di Polres MBD di Tiakur Moa sehingga persoalan berita Hoax itu akan dilanjutkan ke Polres MBD.
Setibanya Saudara Agustinus Dahoklory di Tiakur Moa dan melaporkan masalah tersebut ke Polres MBD dengan tuduhan Pemerasan pada tanggal 2 Agustus 2020 (Surat Panggilan dari Polres MBD terlampir). Keluarga besar Letelay Mata Rumah Pahi Onno merasa aneh setelah menerima surat panggilan dari Polres MBD karena proses dikisar telah disepakati pada tanggal 30 Juli 2020 di Polsek Kisar, sehingga pemerasan tanggal 2 agustus itu dilakukan lagi oleh siapa ? Namun sebagai warga negara yang taat dan tunduk terhadap aturan di NKRI maka nama-nama Keluarga Letelay yang dipanggil yakni 6 (enam) orang tetapi hanya 2 orang yang berkenan datang di Moa memenuhi panggilan Polres MBD bersama-sama dengan Bapak Otniel Letelay sebagai yang dituakan dalam kelarga Letelay Mata Rumah Pahi Onno yang selama proses penyelesaian masalah ini beliau selalu hadir dalam rapat keluarga sampai panggilan ke polsek kisar pun beliau hadir untuk memberikan penjelasan walau tidak ada nama dalam surat panggilan, dan panggilan dari Polres MBD di Moa pun beliau berkenan hadir karena masalah ini telah melibatkan keluarga besar Letelay Mata Rumah Pahi Onno, bersama saudara Saul Ferdinand Letelay mendampingi ke-2 Bapak dari keluarga Letelay yang dipanggil menghadap ke Polres MBD tersebut karena ketika keluarga Letelay Mata Rumah Pahi Onno dipanggil menghadap di Polsek Kisarpun saudara Saul Ferdinand Letelay mendampingi keluarga untuk menghadap di Polsek Kisar, maka saudara Saul Ferdinand Letelay mengetahui kronologis permasalahan yang dialami oleh keluarga besar Letelay Mata Rumah Pahi Onno.
Pada Tanggal 11 Agustus tepat pukul 9.00 WIT Keluarga Besar Letelay domisili di Tiakur mengantar Bapak-Bapak yang di panggil yakni 1. Bapak Dominggus Letelay, 2. Bapak Matheus Letelay bersama Bapak Otniel Letelay dan saudara Saul Ferdinand Letelay (Kedua Bapak ini tidak dipanggil akan tetapi selama proses penyelesaian masalah ini dalam keluarga kedua Bapak ini selalu hadir untuk rapat bersama keluarga dan memberikan pikiran-pikirannya) maka mereka juga datang pada saat itu. Pada waktu itu Penyidik dari Polres MBD menyidik Bapak Matheus Letelay dan selanjutnya Bapak Dominggus Letelay. Pada saat Bapak Dominggus Letelay di panggil masuk ke ruangan penyidikan oleh Bapak AIPTU D.R LOKARLEKY, Bapak Dominggus Letelay didampingi oleh Marthinuus Yanry Letelay, setelah ditanya identitas dari Bapak Dominggus Letelay, Penyidik Bapak AIPTU D.R. LOKARLEKY mengatakan bahwa beliau (Bapak Dominggus Letelay) adalah Korban sehingga tidak perlu diambil datanya. Sehingga Marthinuus Yanry Letelay menceriterakan kronologis permasalahan ini kepada Bapak AIPTU D.R. LOKARLEKY. Tetapi sebagai anggota penyidik wajib untuk mengecek/ menyidik, mengupulkan data secara detail sehingga tanpa surat panggilan saudara Jemris Letelay dan Saudara Andarias Letelay diminta besoknya hari Rabu tanggal 12 Agustus 2020 untuk datang menghadap dan akan dimintai data lagi oleh Bapak AIPTU D.R. LOKARLEKY. Setelah tanggal 12 agustus, tepatnya tanggal 15 Agustus Marthinus Yanry Letelay datang ke kantor Polres MBD menemui Bapak AIPTU D.R. LOKARLEKY untuk menanyakan penyelesaian selanjutnya dari masalah tersebut mengingat permasalahan tersebut hanya sepeleh, sehingga keluarga Letelay meminta untuk dipertemukan dengan saudara Agustinus Dahoklory untuk menyelesaikan permasalahan tersebut sebagai orang saudara dan orang yang memiliki adat dan budaya. Namun hingga laporan ini dibuat tidak ada informasi lanjutannya dan tidak ada etiket baik dari saudara Agustinus Dahoklory sebagai bagian dari Keluarga Letelay Mata Rumah Pahi Onno. (RM-06)
Discussion about this post