Oleh : Dr. M.J. Latuconsina, S.IP, MA
Pemerhati Sosial,Ekonomi&Politik
Referensi Maluku.id,-Sekedar cerita untuk Bang Tamher Amad (Bang Matam), yang militansi AL-nya “super luar biasa”, maklum ia “anak kolong”, yang tempo dulu pernah tinggal di Lantamal-Halong. Foto ini adalah original hasil jepretan saya, bukan download di google atau pintarest. Sambil duduk di café Kampoeng Popsa di Jalan Unjung Pandang, Kota Makassar yang berhadapan langsung di sudut Makassar Port (Pelabuhan Soekarno-Hatta), saya mengabadikan foto ini dikala matahari mulai beranjak tidur diperaduannya.
Café Kampoeng Popsa yang terletak dibibir pantai tersebut, selalu ramai dikunjungi warga Kota Anging Mamiri itu. Apalagi di waktu sore animo warga setempat begitu tinggi hadir disini, untuk menyantap kopi, dan beraneka minuman serta makanan yang dijajakan. Mereka datang di café ini, sambil menikmati sunset dan lalu lalangnya kapal motor tradisional, penumpang milik PELNI maupun kapal peti kemas, yang baru tiba dan meningalkan salah satu pelabuhan terbesar di Celebes Islands ini.
Dari café Kampoeng Popsa nampak sebuah kapal perang milik TNI-AL dengan lambung 351. Awalnya saya mengira itu adalah KRI Teluk Amboina, yang merupakan jenis kepala perang land ship tank (LST). Menjelang malam hari berdampak pada tidak tepatnya identifikasi saya terhadap jenis kepal milik TNI-AL itu. Begitu pula nama kapal perangnya tidak nampak lagi, tapi setelah saya search menemukan jika KRI dengan lambung 351 adalah KRI Ahmad Yani yang berjenis destroyer. Home basenya di Makassar Port lantaran KRI Ahmad Yani merupakan bagian dari armada timur Indonesia.
***
KRI Ahmad Yani (351) merupakan kapal pertama kapal perang kelas Perusak Kawal Berpeluru Kendali Kelas Ahmad Yani milik TNI AL. Dinamai menurut Jendral Ahmad Yani, salah seorang Pahlawan Revolusi. Kapal perang ini merupakan kapal fregat bekas pakai AL Belanda (HNMLS Tjerk Hiddes F804) yang kemudian dibeli oleh Indonesia. Kapal ini bersaudara dekat dengan Fregat Inggris Kelas HMS Leander dengan sedikit modifikasi dari disain RN Leander asli.
Dibangun tahun 1967 oleh Koninklijke Maatschappij de Schelde, Vlissingen, Belanda dan mendapat peningkatan kemampuan sebelum berpindah tangan ke TNI Angkatan Laut pada tahun 1986. Termasuk diantaranya adalah pemasangan sistem pertahanan rudal anti pesawat (SAM, Surface to Air Missile) Mistral menggantikan Sea Cat. Bertugas sebagai armada patroli dengan kemampuan anti kapal permukaan, anti kapal selam dan anti pesawat udara.
Meskipun merupakan kapal perang lawas, namun kapal perang ini memiliki kontribusi rill dalam menjaga, dan mengamankan laut kita selama beberapa dekade. Guna menjawab ekspetasi rakyat Indonesia akan kapal perang yang modernis, maka Pemerintah berencana melakukan modernisasi terhadap 41 kapal perang milik TNI AL melalui Defend ID. Defend ID merupakan perusahaan induk dari BUMN industri pertahanan dalam negeri yang terdiri dari PT LEN Industri, PT Dahana, PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad, dan PT PAL Indonesia.
Modernisasi terhadap 41 kapal perang milik TNI AL oleh Pemerintah dilakukan pada 20 April 2022 lalu dengan kesepakatan dalam bentuk MRO (Maintenance, Repair, Operation) antara PT PAL Indonesia dan Kementerian Pertahanan (Kemenhan RI) senilai 1,1 miliar dolar Amerika Serikat. Jika modernisasi 41 kapal perang milik TNI AL dapat dilakukan secara gradual dengan baik, maka ekspetasi rakyat Indonesia akan terpenuhi, dimana kapal-kapal itu dapat menjaga dan mengankan laut kita.(*).
Discussion about this post