Oleh : Dr. M. J. Latuconsina, S.IP, MA
Pemerhati Sosial, Ekonomi & Politik
Referensmaluku.id,-Ambon-“Kebudayaan, memperkenalkan diri kita dengan yang terbaik yang telah dikenal dan dikatakan di dunia, dan dengan demikian dengan sejarah jiwa manusia.”(Matthew Arnold, penyair Inggris).
***
Jonga suatu kata yang asing bagi indra dengar warga masyarakat yang mendiami Kepulauan Maluku (Maluku Islands). Namun bagi sebagian besar warga masyarakat yang mendiami Pulau Sulawesi (Celebes Island) khususnya dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat tidak asing dengan kata jonga.
Pasti bagi warga masyarakat yang berasal dari ketiga daerah di Pulau Sulawesi itu ketika membaca kata jonga mereka pada senyum-senyum, dan bertanya-tanga apa maksud dengan ulasan dalam narasi jonga ini. Tapi bagi mereka yang melihat foto siluet ini sudah bisa menebak dengan jelas bahwa yang dimaksud jonga adalah rusa.
Bahasa daerah dari suku-suku yang mendiami tiga daerah di Celebes Island tersebut rata-rata menyebut rusa dengan sebutan jonga. Rusa sendiri adalah salah satu jenis fauna yang masuk ke dalam ordo Artiodactyla dan famili Cervidae.
Pada ketiga daerah di Pulau Sulawesi itu memiliki fauna jonga yang dikenal dengan rusa Sulawesi, dimana merupakan jenis mamalia unggulata yang hidup di daerah dataran dan bukit-bukit. Ciri-ciri fisik rusa ini mirip seperti rusa pada umumnya dan rusa ini mempunyai tanduk dan mempunyai nama ilmiah Cervus Timorensis Macassaricus. (Agustin, 2022).
***
Terdapat sedikit dari kawan-kawan saya, yang berkisah tentang jonga tatakala kita sama-sama masih kuliah di Kota Makassar, dan Kota Yogyakarta. Mereka ini rata-rata berasal dari Celebes Island yakni suku Tolaki dan suku Bugis.
Pada suatu waktu sahabat saya orang Tolaki menceritakan kakaknya yang kedapatan lagi pacaran dikebun belakang rumah mereka. Ayahnya gelisah lantaran bunyi pohon singkong seperti langkah jonga menerobos masuk di tengahnya. Ia pun lantas bergegas keluar rumah ke arah kebun singkong dengan menggunakan senter.
Dan mengatakan kepada famlynya di rumah jika ada jonga yang menerobos masuk di tengah rimbunan pohon singkong di kebun singkong mereka. Tatkala senter diarahkan ke kebun singkong yang bunyi pohonnya karena diduga diterobos oleh jonga ternyata tidak.
Bapak kawanku itu tidak menemukan jonga, melainkan yang didapatkan adalah anaknya yang lagi berduaan dengan kekasihnya. Lantaran kesal ia pun mengarahkan senter di wajah anaknya, dan katakan dengan suara lantang sebagaimana lazimnya ketegasan ayah pada anaknya : “saya kira kamu jonga padahal kamu lagi pacaran.”
Berikutnya lagi kisah kawan saya orang Bugis, dimana sudah lama mereka menetap di salah satu kabupaten di Sulawesi Tengah. Di kabupaten ini merupakan habitat jonga yang potensial. Kata sahabatku itu pamannya paling hobi berburu jonga, dimana hampir tiap saat ia berburuh jonga dengan senapan berburuh hingga ke tengah hutan.
Jika mendapat buruan jonga ia akan berbagi dagingnya kepada mereka. Namun ia agak kesal lantaran pamannya tiap saat berburu jonga. Hingga dengan nada canda ia katakan, terlalu sering pamannya berburu jonga sampai telinga anak-anaknya lebar seperti telinga jonga. Dan kita yang mendengar sambil tertawa dengan katakan “yang benar saja.”
***
Dua kisah ini bukan sebuah folklore yang secara antropologi merupakan kis#ah lisan tentang jonga dalam kebudayaan orang Tolaki dan orang Bugis. Tapi hanya suatu cerita lepas dari para sahabat saya di dua kota itu, dimana memperkenalkan bahasa daerah mereka yang terkait dengan nama fauna didaerah mereka. Bagi saya ini menambah pengetahuan tentang kebudayaan (culture) mereka. (*)
Discussion about this post