Oleh : Dr. M. J. Latuconsina, S.IP, MA
Pemerhati Sosial, Ekonomi & Politik
Referensi Maluku.id,-Ambon- Nampak sebuah mobil Dodge plymouth Coupe 1951 warna kuning yang tengah melewati salah satu ruas jalan di sudut Kota Havana, Kuba yang tidak terlampau ramai. Pada sisi kiri jalan ini terlihat warga Havana yang sedang berjalan dan nampak pula ruko-ruko klasik, yang membawa kita pada memori Eropa di era 1960-an lampau, dimana mirip.
Bukan saja mobil Dodge Plymouth Coupe 1951 yang nampak berseliweran di ibu kota negara yang berada di Kepulauan Karibia, yang populer dengan sebutan Hindia Barat itu, tapi juga mobil merk Chevrolet, Ford, Studenbaker, Chrysler, Rambler, Cadilac, dan Buick yang di produksi sejak 1950-an dan 1960-an ramai dijalan-jalan.
Terlepas dari itu, sosok Stephen Hunter adalah novelis Amerika, yang tertarik dengan Havana. Ia lantas menuangkan pemikirannya dalam bentuk karya sastra melalui sebuah novel yang berjudul : “Havana” yang dipublish oleh Simon & Schuster di tahun 2003 lalu. Dengan kisah dalam novel ini berlatar Kuba selama kemunculan Fidel Castro.
Meski Havana dikelilingi unsur-unsur vintage yang indah dipandang mata, namun pernah harubiru politik serius melanda Havana. Itu terjadi tatkala Fidel Castro (1926-2016) memasuki kota ini, sehingga memaksa rezim Jenderal Fulgencio Batista (1901-1973) turun dari jabatan Presiden di negeri penghasil gula itu pada 2 Januari 1959 lampau, ia lantas hengkang ke sebuah pulau di jirannya Republik Dominika.
Unsur-unsur klasik memenuhi Havana sebenarnya tidak terlepas dari kebijakan di masa kepemimpinan Fidel Casto, dimana enggan melakukan modernisasi ala barat (kapitalisme). Hal ini tidak terlepas dari ideologi kiri yang ia pegang. Kendati Fidel Castro sudah wafat pada 2016 lalu tidak lantas menguburkan suasana vintage di Havana, melainkan tetap semarak hingga kini. (*)
Discussion about this post