Oleh : Dr. M. J. Latuconsina, S.IP, MA
Pemerhati Sosial, Ekonomi &Politik
Referensi Maluku.id,-Ambon-Kehadiran Jembatan Merah Putih (JMP) di Kota Ambon, sangat menssuport efesiensi dan efektifitas waktu tempuh perjalanan dari kawasan Kecamatan Teluk Ambon ke pusat kota Ambon, yang terletak di Kecamatan Sirimau, yang lebih singkat dibanding sebelum adanya JMP, dimana waktu tempuhnya nyaris satu jam.
Beroperasinya JMP sejak 4 April 2016 lalu, seiring dengan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo tersebut. Kehadiran JMP disambut antusias oleh warga Kota Ambon. Pasalnya mereka dapat menggunakan kendaraan roda dua, dan roda empat melewati jembatan terpanjang di Provinsi Maluku itu, tanpa harus lagi naik feri, dan melintas melewati jalan darat.
Dahulu warga Kota Ambon selalu kuatir sebelum adanya JMP. Pasalnya, mereka masih menggunakan feri yang beroperasi dengan waktu terbatas yakni, sejak pukul 6.00-20.00 WIT. Kondisi ini tentu tidak nyaman bagi mereka. Jika feri sudah tidak beroperasi lagi, mereka yang memiliki kendaraan roda dua, dan empat terpaksa harus berjalan jauh untuk sampai ke tempat tujuannya.
Sementara bagi warga Kota Ambon yang tidak memiliki kendaraan roda dua dan empat, bisa menggunakan angkutan perahu dari Desa Poka dan Rumatiga ke Desa Galala maupun sebaliknya. Juga bisa menggunakan speeboad dari Kota Jawa dan Wayame ke eks Pasar Lama Gotong Royong serta Pasar Mardika maupun sebaliknya.
Dengan waktu beroperasi yang sama dengan feri, hanya saja perahu yang bisa beroperasi hingga pukul 22.00 WIT, itu pun jika masih ada para pengemudi perahu di pangkalan perahu. Kalau tidak ditemukan para pengemudi perahu di pangkalan perahu, maka terpaksa mengurungkan perjalanannya ke seberang.
Bisa juga mereka menggunakan angkutan umum (angkot) Wayame, Hative Besar, dan Laha dari seputaran wilayah Kecamatan Teluk Ambon seperti : Laha, Tawiri, Hative Besar, Poka, Rumahtiga, Perumnas, Kota Jawa, serta Wayame ke Kota Ambon dan sebaliknya. Itu pun dengan waktu beroperasi angkot, yang terbatas pula layaknya feri. Tentu berbagai moda transportasi itu tidak mampu menssuport aktivitas warga Kota Ambon secara efektif dan efesien.
Kini meskipun rata-rata warga Kota Ambon masih menggunakan berbagai moda transportasi dimaksud, selain feri yang tidak lagi digunakan seiring dengan beroperasinya JMP pada tahun tahun 2016 lalu. Rata-rata warga Kota Ambon lebih memilih menggunakan kendaraan roda dua, dan roda empat melewati JMP.
Hal ini seperti dikemukakan sebelumnya, dimana lebih efektif dan efesien dari sisi waktu tempuh. Hanya saja di saat alam tidak bersahabat, yang ditandai dengan bertiupnya angin kencang di kawasan JMP, maka para pengendara kendaraan roda dua perlu berhati-hati. Sebab, jika sedang bertiupnya angin kencang di tengah ruas JMP yakni, pada spot konstruksi antara Poka-Galala itu, lantas kita melewatinya kita nyaris terpental.
Namun selama beroperasinya JMP hingga saat belum ini ditemukan adanya pengendara kendaraan roda dua, yang terjatuh di JMP lantaran diterpa angin kencang. Akan tetapi untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan yang menimpa para pengendara kendaraan roda dua lantaran dihantam tiupan angin kencang, maka otoritas pengelola JMP kedepan perlu memasang anemometer atau alat pengukur kecepatan angin.
Pemasangan anemometer itu berguna bagi otoritas pengelola JMP, agar sewaktu-waktu dapat memberikan warning kepada para pengendara kendaraan roda dua yang melewati JMP, agar lebih berhati-hati saat bertiupnya angin kencang. Mekanisme pemasangan anemometer dan warning bagi pengendara roda dua, juga sudah sejak tahun 2010 lalu diterapkan di jembatan Suramadu, yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Madura. (“)
Discussion about this post